Berita

Ilustrasi/net

Politik

VONIS AHOK

Isu Radikalisme Dan Intoleransi Dimunculkan Oleh Elite Politik

SABTU, 13 MEI 2017 | 11:58 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Aroma intervensi dari pengadilan terhadap Basuki Purnama alias Ahok dalam perkara penodaan agama sarat bau politik. Hal ini wajar terjadi karena Ahok adalah seorang gubernur di Indonesia.

"Masalahnya adalah yang berperkara ini seorang gubernur, maka bisa muncul tafsir politik. Inilah yang jadi dramaturgi. Efeknya dahsyat," kata pengamat sosial politik, Ubedilah Badrun, dalam diskusi "Dramaturgi Ahok" di Cikini, Jakarta, Sabtu (13/5).

Dalam perspektif negara demokrasi yang mengedapankan penegakan hukum, ia menilai Presiden Joko Widodo sudah melakukan hal yang benar.


"Sebenarnya Jokowi sudah ingatkan, dia tidak boleh intervensi proses hukum, biarkan hukum berjalan. Kalau hakim putuskan, dia persilakan naik banding dan itu berjalan. Dalam persepektif demokrasi ini sudah benar," katanya.

Yang menarik, efek sosialnya dari kasus Ahok ini berlarut-larut sampai muncul isu intoleransi dan radikalisme. Ubedilah tegaskan, isu intoleransi dan radikalisme yang mewarnai perkara Ahok diproduksi oleh elite-elite negara, bukan muncul dari kalangan masyarakat.

"Sebelum pilkada, rakyat Jakarta biasa saja. Aman, damai, tidak ada kontestasi ideologi yang ekstrem. Mengapa muncul isu intoleransi saat pilkada, karena itu isu yang diproduksi elite. Pilkada ini produk sistem politik yang liberalistik. Itu menghadirkan pola head to head dalam kontestasi, menghadirkan emosi publik," jelasnya.

Ia berharap, elite politik turun tangan menangani perpecahan sosial yang terjadi akibat kasus Ahok. Karena yang paling bertanggung jawab melebarkan perpecahan itu adalah para elite politik.

"Saya kira elite politik penting untuk menengahi ini. Yang paling bertanggung jawab dalam persoalan ini adalah elite politik," pungkasnya. [ald] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya