Berbagai masalah kesehatan yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. Salah satunya lantaran kurangnya kesadaran dini tenaga kesehatan dalam membaca kondisi lingkungan sekitar.
Nila berharap, pegiat Keluarga Sehat dari Puskesmas di NTT lebih peka membaca kondisi lingkungan sekitarnya, demi mengakselerasi Indonesia sehat melalui pendekatan keluarga.
"Kesehatan bisa dicapai dan diupayakan. Sebagai tenaga kesehatan tidak boleh berpikir linier agar dapat membaca kondisi. Misal, NTT kekurangan air, kita dapat lapor ke mendes (menteri desa dan PDT) untuk membuka akses air dengan pengelolaan, Kementerian PUPR. Kalau tenaga kesehatan tidak lapor dari hulu ke hilir, kita tidak tahu," jelasnya saat melakukan kunjungan kerja ke NTT, Rabu (3/5).
Nila menyinggung peran serta tenaga kesehatan karena metode yang diterapkan melalui pendekatan keluarga yang diatur dalam Permenkes Nomor 39/2016 tentang Pendekatan Keluarga. Didalamnya terdapat 12 indikator yang harus dipenuhi 100 persen.
"Intinya adalah komunikasi agar kita dapat melakukan intervensi," ujarnya.
Menurut Nila, harus ada intervensi yang dilakukan, sebab Indonesia masih mengalami maldistribusi tenaga kesehatan. Dia menduga salah satu penyebab tidak terdistribusinya tenaga kesehatan secara merata karena kurang minatnya tenaga kesehatan bertugas di daerah.
"Semua maunya di kota, maunya di tempat yang enak. Akhirnya tidak akan terisi di daerah-daerah tertentu. Ini yang harus kita atur, tidak boleh ada perbedaan di kota dan di daerah. Kita coba dalam hal ini," bebernya.
Selain itu, Nila mengingatkan bahwa tenaga kesehatan juga akan menghadapi tantangan dari luar negeri. Sebab, dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tenaga kesehatan di dalam negeri akan tersaingi oleh tenaga kesehatan dari negara lain.
"Kita punya tantangan eksternal. Mobilisasi begitu mudahnya, MEA. Kalau kita tidak mau meningkatkan kualitas, kita akan tergerus oleh mereka dan akan nanti kita bisa menjadi tamu di rumah kita sendiri. Saya kira ini yang tidak kita inginkan. Isu permasalahan kesehatan ada tenaga kesehatan kurang, distribusi tidak merata, kualitas belum memadai. Ada maldistribusi yang banyaknya terjadi," jelasnya.
Sementara, pada sektor dokter spesialis, masalah maldistribusi juga terjadi. Namun, permasalahan tidak meratanya dokter spesialis dapat diatasi dengan membuat program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
"Jadi mereka dikirim untuk satu tahun. Kita menyerahkan sembilan dokter spesialis untuk NTT. Setiap tahun nanti akan bisa bertukar," pungkas Nila.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT Kornelis Kodi Mete menambahkan, kebutuhan dokter spesialis di wilayahnya sangat besar. Namun begitu, dia yakin dengan adanya WKDS akan dapat menjawab kebutuhan dokter spesialis di NTT
"Di sini paling spesifik karena daerah kepulauan. Rata-rata dokter spesialis di sini memang sangat kurang," ujarnya.
Menurutnya, kebutuhan dokter spesialis di NTT adalah 10 dokter spesialis per 100 ribu warga. Maka tinggal dikali dengan sekitar 5.200.000 jumlah penduduk NTT.
"Itu masih tersebar di pulau-pulau. Tapi kita harapkan tidak hanya selesai di situ, namun pemerintah daerah juga membuat dokter spesialis betah. Kalau setelah wajib kerja, dia bisa tinggal di situ," demikian Kornelis.
[wah]