Berita

Politik

Wina Armada: Sanksi Bagi Pers Yang Membuat Hoax Harus Diperberat

SENIN, 01 MEI 2017 | 14:51 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Perkembangan informasi teknologi yang terjadi sekarang dapat dinikmati tidak saja oleh kalangan elite tapi juga hampir seluruh masyatakat. Dulu, informasi sempat dikuasai oleh riset intelijen militer, tidak demikian dengan ere kekinian.

"Dengan satu HP (handphone) bisa menyebarkan apa saja. Kalau enggak pakai HP, bisa pakai arloji, pakai kalung dan seterusnya. Yang ingin saya katakan, perkembangan teknologi adalah keniscayaan yang tidak bisa ditolak," ujar Sekretaris Dewan Kehormatan PWI, Wina Armada, dalam diskusi "Memerangi Hoax, Memperkuat Media Siber Nasional" di arena World Press Freedom Day 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (1/5).

Menurut pakar hukum pers ini, dari perkembangan teknologi itu terjadi demokratisasi dan masyarakat bisa mengkritik siapa saja. Struktur masyarakat pun berubah, informasi membanjir murah dan gratis, proses belajar berubah drastis dan tata nilai masyarakat bergeser.
 

 
Dalam konteks dunia pers, penguasaan teknologi informasi sudah dimiliki semua masyarakat. Artinya, jika dahulu hanya pers yang bisa produksi informasi yang massal dan murah, kini masyarakat pun bisa melakukan hal sama.

"Di situ ada industri yang terancam, terutama media massa pers cetak. Pers cetak jadi lamban dan mahal. Teras iklan di media cetak semakin melorot dan tergerus di seluruh dunia. Semakin ke perkotaan semakin besar dampak teknologi informasi ini," ujar Wina.
 
Dampak lainnya, informasi bisa muncul mendadak dan melahirkan citizen reporter yang tidak membutuhkan kode etik tertentu. Inilah cikal bakal hoax.

"Saya katakan citizen reporter, bukan citizen journalism. Karena jurnalisme membutuhkan kualifikasi tertentu. Sehingga muncullah banyak wartawan abal-abal. Mementingkan informasi yang cepat. Dari sini muncul ujaran kebencian, fitnah dan adu domba," jelas Wina.
 
Ia katakan, informasi-informasi hoax memiliki beberapa ciri utama. Yaitu, provokatif, sumber tidak jelas, aktual, diskriminatif, biasanya dengan tanda-tanda khusus seperti huruf tebal dan huruf besar, dan hampir sebagian besar dari hoax mengandung unsur editing.

Untuk memerangi hoax di dunia pers profesional, ia menyarankan Dewan Pers menetapkan langkah-langkah, dimulai dari memperjelas badan hukum dari lembaga-lembaga pers. Kemudian, harus ada riset yang memperjelas bahwa sebagian besar hoax bukan berasal dari kalangan pers.

Dewan Pers harus mengusahakan agar pers menjadi institusi paling kredibel dan terpercaya di mata publik. Jika masih ada insan pers menyebarkan atau membuat hoax, sanksi baginya harus diperberat.

"Harus ada penegakan kebebasan pers, tapi ketaatan pers pada kode etik dan kaidah pers harus diperketat," tegas Wina.

"Pers adalah profesi yang terpercaya maka Anda diberikan keistimewaan. Konsekuensinya, Anda harus menegakkan nilai-nilai itu. Kalau tidak, Anda akan mendapat sanksi berat, misalnya tidak boleh menjadi wartawan lagi" imbuhnya.

Terakhir, ia mengusulkan berdirinya pusat informasi anti hoax. Pusat informasi ini harus lembaga independen bebas dari pengaruh pemerintah. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya