Berita

RMOL

Politik

Culture Of Poverty Dan Demokrasi Yang Terluka

SELASA, 18 APRIL 2017 | 16:07 WIB | OLEH: SYAHGANDA NAINGGOLAN

MEGAWATI Soekarnoputri telah menyerang SBY pada tahun 2008 dengan menuduh SBY mengajari dan mempertahankan mental budak bagi kaum miskin. Jarena SBY pada masa itu membagi-bagikan uang BLT kepada orang orang miskin. Pas menjelang pemilihan presiden. Kritik Megawati ini dapat dipahami karena salah satu penghinaan terhadap orang miskin adalah menebalkan budaya kemiskinan itu pada orang orang miskin.

Namun, hari hari ini kita melihat dengan kasat mata, orang orang miskin diberikan sembako murah di seantero Jakarta seperti kasus BLT itu. Di kampung-kampung kumuh miskin kota Jakarta berseliweran orang-orang yang bahkan, sebagiannya, terang terangan dikawal aparat keamanan, menistakan orang orang miskin untuk mendapatkan sesuatu santunan seperti pengemis. Megawati ternyata diam saja. Kenapa?

Mengapa rendahnya derajat kaum miskin di mata orang orang kaya yang haus kekuasaan? Mengapa orang-orang miskin rela menunjukkan kemiskinan dan kebodohannya di kota besar dunia yang bernama Jakarta?

Budaya Kemiskinan


Oscar Lewis dalam studi kemiskinan di daerah miskin kota (slum area) San Juan Mexico dan Newyork USA 50 tahun yang lalu, dengan sample keluarga Puerto Rico yang berhubungan family, menemukan teori yang dikenal sebagai "Culture of Poverty" (Budaya Kemiskinan). Teori ini mengetengahkan bahwa budaya kemiskinan itu lebih berbahaya dari kemiskinan itu sendiri.

Kemiskinan adalah sebuah kondisi serba kekurangan. Namun, budaya kemiskinan adalah jiwa yang kalah. Lewis menyebutnya "has strong feeling of fatalism, helplessness, dependence and inferiority". Orang-orang miskin ini kesadarannya hancur sejak semasa kanak kanak dan tumbuh dewasa menyadari bahwa kemiskinan itu memang sudah takdir mereka. Mereka hidup untuk menjadi miskin dan meneruskan siklus kemiskinan pada generasi mereka.

Pikiran Lewis ini melengkapi para kaum strukturalis yang selalu melihat kemiskinan dapat dipecahkan melalui reformasi struktural, yakni meningkatkan penghasilan dan kepemilikan asset orang miskin. Namun, ternyata mental orang orang miskin merupakan persoalan besar juga yang harus ditangani.

Budaya Kemiskinan adalah nilai dan jiwa. Orang orang miskin banyak pula yang tidak dihinggapi budaya kemiskinan. Karena pada jiwanya tidak dihinggapi rasa kalah terhadap nasib dan rasa inferior sebagai makhluk sosial.

Bagaimana bisa menghilangkan budaya kemiskinan? Hal ini, menurut Lewis, antara lain, bisa dilakukan jika pengintegrasian kaum miskin pada sistem sosial yang bermartabat dan diupayakan terus menerus. Sehingga keberartian diri dan spirit pembebasan pada diri orang miskin terjadi.

Sebaliknya, jika orang miskin diperlemah dengan pengasingan (alienasi) dari sistem sosial yang lebih besar atau di diskriminasi, maka mereka semakin susah keluar dari kemiskinan itu. Pemberian sembako sebagai suap pada pilgub, adalah contoh buruk tersebut.

Demokrasi yang terluka


Cara-cara keji dengan membagi bagi sembako, sekali lagi, kasat mata oleh kelompok dominan (secara ekonomi) pada pilgub DKI saat ini. Orang orang miskin disuap untuk memilih dalam pilkada. Mereka akan semakin terjebak dalam budaya kemiskinan. Semua berlangsung seolah-olah demokrasi dan suap itu sesuatu yang normal.

Lalu untuk apa demokrasi itu diadakan?

Dalam konteks sistem politik, demokrasi dan pemilihan (gubernur) itu dimaksudkan untuk menemukan pemimpin terbaik dengan metoda terbaik. Namun, lebih jauh dalam konteks pemberantasan kemiskinan, demokrasi itu dipercaya mampu menumbuhkan martabat orang orang miskin, karena mereka diberikan hak yang sama dengan orang orang kaya untuk menemukan pemimpinnya.

Dan pemimpin yang baik itulah yang akan membantu mereka secara bersama sama keluar dari jebakan kemiskinan. Pemimpin yang baik akan mengintegrasikan mereka dalam kultur yang lebih besar dan bermartabat.

Sayangnya saat ini, di ibukota, sebuah tempat teladan bagi semua kota kota di Indonesia, demokrasi sudah dikhianati. Dihancurkan. Manusia manusia miskin disogok secara terang terangan.

Demokrasi menjadi luka. Luka sebagai sistem politik dan luka karena menghina orang miskin. Untuk apa mereka penghancur penghancur demokrasi itu bagi orang miskin? Jika mereka berkuasa dan menang?

Besok warga Jakarta akan memilih. Lusa Mike Pence, wakil presiden negara adidaya, Amerika, yang dulu mengekspor demokrasi pada kita, akan mendarat di ibukota Jakarta. Kita sudah mempertontonkan kedunguan kita sebagai sebuah bangsa. Bangsa yang menista orang miskin dan bangsa yang menista demokrasi.

Kini Demokrasi terluka.... [***]

Penulis adalah Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC).

Populer

IKN Ibu Kota Terhijau Dunia Omong Kosong Jokowi

Rabu, 05 Juni 2024 | 12:42

Investor IKN Hanya Dongeng!

Kamis, 06 Juni 2024 | 11:12

Bukan Hanya Tiket Pesawat, Mertua Menpora Dito Ternyata Juga Pesankan Visa Umrah untuk Rombongan SYL

Rabu, 05 Juni 2024 | 21:21

Perwakilan Kontraktor Minta Penegak Hukum Periksa Bupati Keerom

Senin, 10 Juni 2024 | 10:37

Dugaan Korupsi Askrida Naik Lidik

Senin, 10 Juni 2024 | 22:37

Bey Machmudin Pastikan Tak Ada Ormas Keagamaan di Jabar yang Kelola Tambang

Rabu, 12 Juni 2024 | 00:19

Bey Machmudin Siapkan Bonus Kontingen Peparnas 2024

Selasa, 11 Juni 2024 | 13:16

UPDATE

Program Sabina Cara Ampuh Tim Pengabdi FIK UI Sosialisasikan Perawatan Ibu pada Masa Nifas

Minggu, 16 Juni 2024 | 02:00

Pemberian Izin Tambang ke Ormas Agama Rawan Lahirkan Oligarki Baru

Minggu, 16 Juni 2024 | 01:44

Prabowo Tak Berencana Naikkan Rasio Utang RI jadi 50 Persen PDB

Minggu, 16 Juni 2024 | 01:26

Spanyol Bungkam Kroasia dengan 3 Gol Tanpa Balas

Minggu, 16 Juni 2024 | 00:59

Ketum Definitif PPP Harus Sosok Pemersatu

Minggu, 16 Juni 2024 | 00:42

Berkat Prabowo, Indonesia jadi Negara Paling Konkret Bantu Palestina

Minggu, 16 Juni 2024 | 00:23

Pertamina Pastikan Stok BBM dan LPG Aman Selama Idul Adha

Sabtu, 15 Juni 2024 | 23:56

Hasnu Ibrahim Maju Calon Ketum PB PMII untuk jadi Penyempurna

Sabtu, 15 Juni 2024 | 23:31

IMM Serukan Penghentian Genosida dan Penjajahan Israel terhadap Palestina

Sabtu, 15 Juni 2024 | 23:16

Sosialisasikan ASI, Tim Pengabdi Keperawatan FIK UI Turun ke Permukiman Tebet

Sabtu, 15 Juni 2024 | 22:46

Selengkapnya