Sabtu (8/4) petang, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror berhasil menangkap seorang pria yang dicurigai terlibat jaringan teroris ISIS, di Bandara Internasional Juanda. Belakangan diketahui pria yang ditangkap adalah Muhammad Nadir Umar, anggota DPRD Kabupaten Pasuruan dari PKS. Menanggapi insiden ini, partai berlambang bulan sabit kembar itu seperti belingsatan, segera membentuk tim investigasi. Harapannya Densus salah paham.
Proses penangkapan kader PKS itu terjadi di Terminal T2 Bandara Internasional Juanda sekitar pukul 15.21 WIB. Nadir diamankan setelah melewati bagian imigrasi, setelah turun dari pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan XT327 rute Kuala Lumpur–Surabaya. Saat penangkapan MNU langsung dibawa oleh Densus 88 ke Markas Polda Jatim untuk dilakukan pemeriksaan dan belum diketahui secara pasti perihal dibawanya pria asal Bangil tersebut. Sampai kemarin sore, Nadir Umar masih menjalani pemeriksaan.
Kabiro Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Rikwanto mengatakan Nadir Umar bukan ditangkap, melainkan dijemput terlebih dahulu sebelum diperiksa. Dalam keterangannya, Rikwanto menjelaskan Umar dijemput Densus 88 di Bandara Juanda Surabaya pada Sabtu (8/4) pukul 15.00 WIB kemarin. Saat itu dia pulang dari kawasan Turki. Selain Umar, ada pula 1 orang lagi yang dideportasi dari Turki namun dijemput di Bandung. Keduanya dideportasi oleh otoritas Turki gara-gara mencoba masuk ke Suriah. "Untuk kedua WNI tersebut masuk ke wilayah Suriah dengan menggunakan cover relawan misi kemanusiaan," kata Rikwanto.
Berdasarkan hasil interogasi, keduanya berniat menyalurkan dana sebesar 20 ribu dolar AS untuk didonasikan kepada para pengungsi di Turki dan Lebanon. Karena ada permasalahan visa, mereka lalu dideportasi oleh Turki. "Karena setiap deportan yang berhubungan dengan Turki maupun informasi radikal dari pemerintah lain, seperti biasanya diberitahukan ke Densus 88 untuk dilakukan pemeriksaan," kata Rikwanto.
Kini Umar sedang diinterogasi oleh Densus 88 di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RSPA) Kementerian Sosial, Bambu Apus, Jakarta Timur. "Begitu selesai interogasi, dikembalikan ke keluarganya," kata Rikwanto.
Kabid Humas Polda Jatim Frans Barung Mangera menjelaskan pemeriksaan masih dilakukan. Barung menjelaskan, penjemputan dilakukan oleh Tim Densus 88. Sebelumnya pria tersebut diamankan petugas bandara setelah melewati bagian imigrasi dan pemeriksaan barang bea cukai.
Dengan rangkaian peristiwa penangkapan dan penembakan teroris yang terjadi di Jatim selama dua hari berturut-turut, Barung mengatakan, pihak kepolisian kini meningkatkan kewaspadaan. "Kami telah meningkatkan keamanan di daerah-daerah yang sekiranya rawan," tuturnya.
Pada hari yang sama, di Tuban petugas gabungan dari Polres Tuban, Brigade Mobil (Brimob) dan TNI menembak mati terduga teroris saat kontak senjata pukul 17.00 WIB.
Terduga teroris sempat menembak salah seorang anggota Satlantas Polres Tuban saat mobilnya dihentikan petugas kepolisian di jalur Tuban arah Semarang, di Desa Beji, Kabupaten Tuban. Peristiwa itu terjadi ketika dilakukan kegiatan pengamanan pascapenangkapan teroris di Lamongan, Jawa Timur, Jumat (7/4). "Keenam jenazah terduga teroris akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim di Surabaya," imbuhnya.
Bagaimana tanggapan PKS? PKS membenarkan anggotanya ditangkap Densus 88 Antiteror. Bahkan, partai dakwah ini segera membentuk tim hukum untuk menginvestigasi insiden penangkapan tersebut. Ketua DPP PKS yang juga anggota Komisi III DPR Aboe Bakar Al Habsy ditunjuk sebagai ketua tim tersebut. Sayang, Al Habsy belum mau bicara banyak dan masih belum mengetahui alasan kadernya itu diciduk Densus 88.
"Nanti saja penjelasan lengkapnya. Kami masih bekerja," kata Al Habsyi kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. Sementara Politikus PKS lain yang juga anggota Komisi III DPR, Nasir Jamil mengaku tidak mengetahui alasan Densus 88 menangkap Muhammad Nadir Umar.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Timur Arif Hari Setiawan mengatakan bahwa partainya menghormati proses hukum yang berlaku dan meminta aparat penegak hukum melaksanakannya dengan profesional serta objektif, termasuk memberikan hak-hak terduga.
Dia mengaku kaget dengan informasi diamankannya kader PKS yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Pasuruan aktif tersebut hingga dimintainya keterangan di Mapolda Jatim. Sepengetahuannya, MNU tidak terkait dengan jaringan kelompok yang ada di luar negeri termasuk ISIS.
"Apalagi doktrin PKS yang kemudian menjadi pegangan serta pemahaman kader dan pengurus adalah menolak cara-cara dakwah yang menggunakan kekerasan," kata Arif. ***