Berita

Hendardi/Net

Hukum

Jokowi Jangan Cuma Jadi Penonton Skandal Korupsi E-KTP

SELASA, 14 MARET 2017 | 14:55 WIB | LAPORAN:

Korupsi pengadaan e-KTP yang diduga melibatkan banyak aktor merupakan salah satu praktik korupsi terbesar yang terjadi pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.

Ironisnya, orang-orang yang disebut dalam dakwaan sidang mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Irman, dan mantan Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Sugiharto, pada Kamis lalu (9/3), sebagian dari mereka adalah memegang posisi kunci di lembaga-lembaga pemerintahan saat ini.

"Kasus korupsi e-KTP akan dicatat dalam sejarah sebagai kasus korupsi terbesar yang terjadi di era SBY. Dan para pelaku sebagian besar  pemegang posisi kunci di lembaga pemerintahan," kata Ketua Setara Institute, Hendardi, Selasa (14/3).


Pada sisi lain, menurut pendiri Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) ini, akibat pengungkapan kasus tersebut, KPK justru menghadapi persoalan serius. Lembaga antirasuah itu, dia menambahkan penghadapi pelemahan serius dari DPR melalui rencana revisi siluman UU KPK dan pengguliran hak angket

Oleh karena itu menghadapi persoalan ini, pihaknya berharap agar Presiden Joko Widodo yang secara terbuka mengkritik proyek ini, tidak cukup hanya menjadi penonton pasif, tetapi harus memastikan dukungan terbuka pengungkapan praktik korupsi ini dengan cara menghentikan rencana revisi UU KPK tersebut.

"Presiden memiliki kewenangan  50 persen membentuk UU dan segera mendorong partai-partai pendukung pemerintah untuk menolak revisi UU KPK dan pengguliran hak angket," tegasnya.

Sebab menurut Hendardi lagi, pengungkapan kasus ini bukan hanya pertaruhan keberpihakan Presiden pada pemberantasan korupsi, tetapi juga pertaruhan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel.

Di sisi lain, tegasnya, gagalnya pengungkapan secara tuntas kasus e-KTP akan meruntuhkan martabat DPR dan Presiden di masa kini dan mendatang. Ketidakpercayaan rakyat pada penyelenggara negara akan semakin menguat dan sulit dipulihkan. Karena itu semua pihak harus memberikan dukungan pada pengungkapan kasus tersebut.

Kepada KPK, Setara Institute berharap agar secara paralel perlu mempercepat penanganan kasus dengan cara memeriksa dan menetapkan tersangka orang-orang yang  disebut dalam dakwaan, sehingga penyebutan nama-nama tersebut segera memperoleh klarifikasi.

Hendardi mengingatkan KPK untuk tidak lagi memberi ruang kepada mereka yang nyata-nyata menikmati uang hasil korupsi melakukan klarifikasi dan konsolidasi untuk menyerang balik KPK sambil menolak keterlibatannya.

"KPK tidak perlu menunggu proses-proses persidangan untuk menetapkan tersangka baru, karena berlama-lama dalam menetapkan tersangka justru diduga berpolitik. Basis penetapan tersangka adalah bukti-bukti permulaan dari hasil pemeriksaan, jadi tidak relevan kalau KPK justru menanti terlalu lama proses persidangan," demikian Hendardi. [rus]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya