Berita

Foto: RM

Hukum

Ini Alasan PBHI Minta Presiden Jokowi Copot Jaksa Agung

SENIN, 06 MARET 2017 | 14:48 WIB | LAPORAN:

RMOL. Dua tahun setengah Kejaksaan Agung dipegang oleh HM Prasetyo. Jaksa Agung yang diangkat dari kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu dianggap minim kinerja dan prestasi dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Majelis Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jakarta Sandi Ebenezer Situngkir menegaskan, Presiden Joko Widodo harus segera melakukan evaluasi terhadap kinerja HM Prasetyo yang duduk sebagai Jaksa Agung itu.

Apalagi, lanjut dia, secara umum kinerja penegakan hukum selama dua tahun lebih pemerintahan Jokowi-JK ini, pemerintah cenderung jadi bulan-bulanan karena banyaknya persoalan hukum di Kejaksaan yang mandeg dan bahkan hilang tanpa jejak.
 

 
"Jaksa Agung yang sekarang tidak ada prestasi dan minim kinerja. Karena itu, memang saya kira perlu segera dilakukan evaluasi terhadap Jaksa Agung ini,” tegas dia di Jakarta, (Senin, 6/3).
 
Sandi mengatakan, penangangan perkara di Kejaksaan Agung, banyak yang jalan di tempat, namun malah terkesan mencari-cari penanganan perkara baru tanpa jelas penyelesaiannya. Sebut saja, lanjut dia, seperti penanganan kasus hukum terkait dugaan Papa Minta Saham yang di awal-awal mencuatnya begitu gencar. Bahkan, seseorang yang disebut bernama Reza Chalid berada di balik permainan saham PT Freeport Indonesia itu entah dimana rimbanya. Politisi senior Setya Novanto yang kini duduk kembali sebagai Ketua DPR pun sudah tidak jelas proses hukumnya.
 
Kemudian, lanjut dia, sejumlah kasus yang berkenaan dengan Bank Mandiri, kasus PT Pertamina, kasus tanah Hotel Kempinski alias Hotel Indonesia, segudang kasus korupsi di daerah-daerah, seperti kasus korupsi pegadaan pesawat di Kabupaten Puncak Papua, yang mana pesawatnya pun sudah jatuh dan tidak bisa dipergunakan. Kasus ini sudah dua tahun lebih tidak jelas penanganannya di Kejaksaan Agung.
 
Sandi mengingatkan, sudah begitu banyak kasus yang masuk ke kejaksaan agung, namun tidak jelas nasibnya kini. "Saban hari, kita hanya disuguhi jadwal-jadwal pemanggilan saksi, bisa hingga puluhan dan bahkan ratusan saksi dipanggil. Di masing-masing kasus itu, tanpa ada perkembangan yang berarti. Tersangkanya siapa pun tak jelas, apanya yang diusut pun tidak ketahuan. Padahal sudah berkali-kali para pejabatnya mengalami mutasilah, kenaikan pangkatlah, pindah tugaslah, tapi enggak tuntas kasus yang ditanganinya.

"Selain atraksi seolah-olah bekerja membuat sprindik dan memanggil saksi, jaksa pun doyan hanya melakukan kegiatan-kegiatan seremonial belaka, seperti pelantikan-pelantikan, pembentukan tim ini tim itu, penandatanganan-penandatanganan MoU, hasilnya enggak jelas buat apa dan untuk apa. Tidak ada kinerja dan prestasi yang ditorehkan Jaksa Agung yang sekarang,” jelas Sandi.
 
Menurut dia, masyarakat awam pun tidak perlu belajar tinggi-tinggi untuk sekedar mengetahui kinerja jaksa seperti itu. Dan tidaklah sulit membuat dugaan bahwa jaksa seperti itu sudah korup dan tidak bisa dipercaya.
 
"Tak perlu sulitlah mengetahui, bahwa jaksa seperti itu diduga sudah masuk angin dan bahkan sarat dengan sogok-menyogok agar kasus yang ditangani diredam dan dihentikan. Ini berbahaya bagi penegakan hukum di Indonesia loh,” jelas Sandi.
 
Karena itu, dia meminta kepada Presiden Jokowi agar segera melakukan evaluasi, membongkar kinerja Kejaksaan Agung, mengganti orang-orang yang tidak kredibel lagi. "Termasuk mengganti Jaksa Agung,” pungkasnya.
 
Sementara itu, Jaksa Agung HM Prasetyo mati-matian menciptakan image baha institusi yang kini dipimpinnya serius menegakkan hukum dan menuntaskan penanganan perkara.
 
Menurut dia, sejauh ini Kejaksaan telah melakukan banyak perubahan dalam pengananan perkara hukum. Kejagung telah mengeluarkan strategi tambahan, yaitu bukan hanya mendasarkan pada segi penindakan, represif melainkan preventif.

"Untuk penanganan perkara kita jalan terus. Yang pasti strategi kita juga ada strategi tambahan, tidak hanya mendasarkan pada segi penindakan, bukan hanya represif tapi preventif,” ujar Prasetyo. [sam]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya