Berita

Salamuddin Daeng/Net

Bisnis

Hati-hati, Dunia Tengah Dihantam Badai Dan Turmoil

MINGGU, 26 FEBRUARI 2017 | 20:18 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

SELURUH analis ekonomi dan politik pasti sepakat bahwa dunia yang kita diami sekarang tengah dilanda badai dan turmoil yang hebat. Bukan sekadar ketidakseimbangan "unbalance" tapi kerusakan sistem yang sifatnya mendasar.

Amerika Serikat menanggung utang yang besar. China utang publiknya mencapai 31,7 triliun dolar. Arab Saudi sejak kejatuhan harga minyak akhirnya membuka wajah krisis negara tersebut. Tahun 2015 Arab Saudi menjadi negara paling agresif dalam memperdagangkan surat utang.

Kondisi fiskal Arab Saudi adalah yang paling mengkuatirkan di dunia one of the worst fiscal deficit. Tingkat defisit fiskal Arab Saudi pada tahun 2015 hampir mencapai 15 persen dari GDP mereka.

Sementara harga minyak rendah tampaknya akan bertahan lama. Ada dua penyebab utama. Pertama China yang selama ini sebagai motor penggerak pertumbuhan global mengalami kontraksi yang besar. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut tersisa 5 hingga 6 persen saja dari pertumbuhan double digit sebelum tahun 2010. Ekonomi china tidak mungkin tumbuh lagi. Namun sangat mungkin untuk jatuh lebih dalam. Kedua, Amerika Serikat sebagai konsumen minyak terbesar tidak lagi membutuhkan impor minyak dikarenakan negara ini mampu memproduksi seluruh kebutuhan minyak mereka. Bahkan di saat OPEC menurunkan kuota produksi minyak justru AS meningkatkan produksi mereka.

USA telah menendang minyak sebagai bahan bakar semata dan tidak lagi menjadi dasar bagi nilai mata uang dolar. Sama seperti era tahun 1970-an ketika mereka menendang emas sebagai perhiasan semata. Dolar Amerika Serikat sudah semakin independen sebagai mata uang global. Dolar bahkan sudah tidak menggantungkan dirinya pada kebijakan Amerika Serikat. Melahirkan instrumen akumulasi sendiri melalui cara-cara spekulasi.

Itulah mengapa terjadi buble finance. Uang begitu banyak, namun semua negara menanggung utang. Utang global sudah mencapai 150 persen dari PDB semua negara. Jumlah uang sudah melampaui 10 kali dari PDB dunia. PDB dunia 60 triliun dolar. Tapi produk pasar keuangan mencapai 600 triliun dolar lebih. Uang tidak lagi memiliki dasar. Emas bukan, minyak bukan, PDB bukan, negara juga bukan. Akibatnya uang mencari mekanisme pengamanan sendiri. Mencari ruang ekploitasi yang paling efektif.

Tetapi over produksi, over akumulasi dan buble finance capita, tidak lagi dapat diatasi dengan pembukaan pasar, Liberalisasi barang publik, dan delegasi keuangan. Mengapa? Karena daya beli masyarakat dunia sudah jatuh. Orang sangat miskin mencapai 2 miliar manusia. Negara-negara tidak sanggup lagi menyerap utang. Sebagian besar negara telah menanggung utang melebihi PDB mereka. Bahkan negara-negara maju rata-rata sudah di atas 100 persen PDB.

Hanya ada satu peristiwa yang dapat menyelesaikan krisis yakni puncak krisis itu sendiri. Apa itu? Tidak lain adalah perang global. Perang menciptakan penghancuran, perampasan, pasar baru dan akhirnya keseimbangan baru. Lalu di mana perang ini akan dilangsungkan....wallahualam. [***]

Penulis adalah peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) 

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

CM50, Jaringan Global dan Pemimpin Koperasi

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:45

Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih ke 232 Lokasi di Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:15

TNI Kawal Mediasi Konflik Antar Pendukung Paslon di Puncak Jaya

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:45

Peran para Bandit Revolusioner

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:19

Pengecer Gas Melon Butuh Kelonggaran Buat Naik Kelas

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:59

DPD Apresiasi Kinerja Nusron Selesaikan Kasus Pagar Laut

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:39

Telkom Beri Solusi Kembangkan Bisnis Lewat Produk Berbasis AI

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:19

Pengangkatan TNI Aktif sebagai Dirut Bulog Lecehkan Supremasi Sipil

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:59

Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:48

KPK Diminta Periksa Bekas Ketua MA di Kasus Harun Masiku

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:35

Selengkapnya