Berita

Net

Nusantara

Bandingkan Data BPS, Oxfam Internasional Sebut Indonesia Negara Paling Timpang Di Dunia

SABTU, 25 FEBRUARI 2017 | 20:38 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MASALAH ketimpangan ekonomi menjadi masalah krusial yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Sejak era ada reformasi ketimpangan ekonomi Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Tampaknya masalah ini menjadi perhatian utama pemerintahan Jokowi. Meskipun hal ini tidak tercantum secara eksplisit dalan Nawacita yang menjadi visi dari pemerintahan Jokowi.

Pemerintah Jokowi bisa berbangga dan menepuk dada karena dalam dua setengah tahun berkuasa berhasil mengurangi ketimpangan ekonomi di Indonesia. Paling tidak itu yang tergambar dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada bulan Januari 2017 yang menyatakan bahwa ketimpangan ekonomi yang ditunjukkan oleh koefisien gini (gini ratio) Indonesia mengalami menurun.

Dalam laporan BPS disebutkan: "Gini Ratio September 2016 turun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,397 dan turun 0,008 poin dibanding September 2016 yang sebesar 0,402. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 0,409, turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,410 dan turun dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,419. Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar 0,316 turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,327 dan turun dibanding September 2015 yang sebesar 0,329."

Hasil survei BPS tersebut di atas merupakan gambaran sekaligus "pernyataan resmi" pemerintah Jokowi tentang keberhasilan pemerintah dalam mengatasi ketimpangan ekonomi Indonesia yang meningkat pesat sejak era reformasi dan keberhasilan pemerintah dalam mengangkat kehidupan masyarakat miskin indonesia.

Namun laporan BPS tersebut terpatahkan oleh hasil survey salah satu lembaga independen yang menyatakan bahwa kekayaan empat orang taipan Indonesia setara dengan kekayaan 100 juta penduduk miskin Indonesia. Oxfam adalah lembaga sosial yang cukup ternama merelease pada Rabu 23 Februari 2017 bahwa Indonesia merupakan negara yang paling timpang di dunia. "Indonesia as one of the most unequal countries in the world". Indonesia adalah sebuah negara yang paling timpang di dunia.

Dalam laporan Oxfam tersebut digambarkan empat orang taipan terkaya di Indonesia memiliki kekayaan setara dengan 40 persen masyarakat Indonesia atau kekayaan 100 juta penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Oxfam mendasarkan perhitungan ini dari standar kemiskinan yang dikeluarkan World Bank.

Tentu saja Badan Pusat Statistik terpukul dengan berita ini, karena lembaga pemerintah yang paling kredibel dalam hal data dan menjadi rujukan kebijakan pembangunan ini harus mengevaluasi ulang hasil survei mereka. Tentu dunia iternasional sangat memandang laporan Oxfam tersebut. Tentu saja BPS harus mengevaluasi ulang metode survei mereka dalam mengukur ketimpangan ekonomi.

Tidak hanya itu, pemerintahan Jokowi sendiri bagaikan disambar petir. Bayangkan, pemerintah begitu membanggakan hasil kerja mereka selama dua setengah tahun terakhir dengan program membangun dari pinggiran, proyek Rp 1 miliar per desa dan berbagai program pembangunan infrastruktur ternyata belum bisa menggeser posisi Indonesia sebagai negara paling timpang di dunia.

Kekayaan empat orang taipan setara dengan pendapatan 100 juta penduduk miskin, apakah ini yang disebut demokrasi ekonomi/
Ingat pak presiden, ketimpangan bukan takdir bagi 100 juta bangsa Indonesia, penguasa yang adil bisa mengatasinya... [***]

Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

CM50, Jaringan Global dan Pemimpin Koperasi

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:45

Telkom Salurkan Bantuan Sanitasi Air Bersih ke 232 Lokasi di Indonesia

Rabu, 12 Februari 2025 | 04:15

TNI Kawal Mediasi Konflik Antar Pendukung Paslon di Puncak Jaya

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:45

Peran para Bandit Revolusioner

Rabu, 12 Februari 2025 | 03:19

Pengecer Gas Melon Butuh Kelonggaran Buat Naik Kelas

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:59

DPD Apresiasi Kinerja Nusron Selesaikan Kasus Pagar Laut

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:39

Telkom Beri Solusi Kembangkan Bisnis Lewat Produk Berbasis AI

Rabu, 12 Februari 2025 | 02:19

Pengangkatan TNI Aktif sebagai Dirut Bulog Lecehkan Supremasi Sipil

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:59

Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:48

KPK Diminta Periksa Bekas Ketua MA di Kasus Harun Masiku

Rabu, 12 Februari 2025 | 01:35

Selengkapnya