Jarang-jarang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berkelakar di depan warga. Tapi, kemarin, saat meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo, Jakarta Barat, dia lebih banyak bercanda. Eks bupati Belitung Timur itu berniat menanggalkan identitasnya sebagai Ahok, yang menurutnya identik dengan sosok pemarah dan kontroversial. Bahkan, dia ingin mengganti rupa mirip orang Jawa, seperti nama depannya, Basuki. "Doakan ya supaya jadi Basuki beneran," katanya yang disambut tawa hadirin.
Basuki, merupakan nama yang berasal dari suku Jawa, artinya selamat. Ahok menginginkan nama Jawa yang sudah ada pada dirinya itu dimaksimalkan. Sambil berkelakar, terdakwa dugaan penistaan agama Islam ini juga sudah belajar menjadi Jawa dengan murah senyum dan mempelajari bahasanya.
Sambil bercanda, Ahok juga mengatakan pejabat Pemprov DKI saat ini harus murah senyum. Bila senyumnya tidak bagus, dia akan memarahi pegawai tersebut. Soalnya, Ahok ngaku saat ini dia juga sudah murah senyum. "Jadi pejabat DKI itu senyumnya sudah kayak odol gigi, bagus. Kalau senyumnya nggak bagus, kita cek lewat CCTV, nanti kita marahi. Gubernurnya saja sudah senyum, kalau marah-marah kan dulu, sekarang nggak lagi," canda Ahok.
Ahok mengaku saat ini sedang belajar bahasa Jawa. Tujuannya untuk mendalami makna dari nama Basuki itu sendiri. "Kalau malam saja ketemu orang bilangnya sugeng ndalu. Kalau dulu kan 'selamat malam'. Penak jamanku to dadi Gubernur (enak zamanku kan jadi Gubernur)? Iso tuku daging murah (bisa beli daging murah). Sakit ora bayar (bila sakit maka tak usah bayar pengobatan). Lagi belajar bahasa Jawa, jadi omongnya lebih pelan," ujar Ahok yang lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Adapun yang dimaksud Ahok adalah para pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP) dapat membeli daging sapi seharga Rp 35.000 per kilogram. Warga yang sakit dan berobat ke puskesmas dan RSUD kelas III disubsidi oleh Pemprov DKI Jakarta.
Kendati begitu, Ahok mengaku pernah mendapatkan pertanyaan yang sempat membuatnya kesal. Tapi karena sedang berupaya menjadi 'Jawa', dia mencoba menjawab pertanyaan itu dengan santai.
"Yang tinggal di rusun pernah marah-marah, 'Anak saya boleh nggak tinggal di rusun?'. Saya jawab 'boleh'. Disambung terus, 'Cucu boleh?'. 'Boleh'. 'Cicit boleh?'. 'Boleh. 'Kalau Ahok yang dulu bilang 'bodohnya minta ampun'," ujar Ahok.
"Tapi sekarang sudah jadi Basuki, beda. Sekarang jawabnya, 'Aduh, Ibu masak doain cicitnya tinggal di rusun. Doain jadi presiden apa gubernur, kek," katanya.
Intinya, Ahok saat ini sedang berusaha mengubah sikap kerasnya menjadi lembut. Dalam hal ini, dia ingin menjadi orang Jawa dengan perumpamaan menjadi Basuki yang sesungguhnya. "Saya lagi belajar bahasa Jawa, ngomongnya lebih pelan. Doakan saya jadi Basuki beneran," pungkasnya.
Untuk diketahui, acara persemian RPTRA Kalijodo ini dihadiri juga oleh Presiden ke-5 yang juga Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hadir juga dalam acara tersebut Sekda DKI Saefullah dan Ketua Penggerak PKK DKI Veronica Tan. Juga Dubes Singapura untuk Indonesia Anil Kumar.
Dalam peresmian, Ahok dan Megawati yang mengenakan baju berwarna merah duduk bersebelahan. Sesekali keduanya asyik mengobrol. Mereka juga sempat diajak berfoto bersama saat ibu-ibu PKK DKI selesai menyanyikan lagu 'Mars PKK'.
RPTRA Kalijodo merupakan RPTRA hasil CSR dari perusahaan Sinarmas. Seperti diketahui, sejak dulu Kalijodo merupakan salah satu kawasan narkoba dan prostitusi di Jakarta. Namun saat ini semua berubah, Ahok membongkar kawasan Kalijodo dan menggantinya dengan menjadi RPTRA. ***