Ratusan pedagang korban kebakaran Pasar Senen berjualan di pelataran parkir Blok I Pasar Senen, Jakarta Pusat. Sebelumnya, mereka menawarkan dagangannya di sepanjang Jalan Kramat Bunder dan Jalan Stasiun Senen. Akibatnya, jalanan menjadi macet.
Kios-kios semi permanen berdiri di area parkir Pasar Senen. Lokasi yang hanya seluas sepaÂruh lapangan sepak bola itu terlihat penuh sesak oleh ratusan pedagang yang menjual berbagai macam baju bekas impor. Situasi semakin padat dengan banÂyaknya pembeli yang lalu lalang di tempat itu.
Agar tidak terkena sengatan matahari, beberapa pedagang memilih memasang terpal di atas kios mereka. "Mulai hari ini kami berjualan di pelataran parkir," ujar Capung, salah satu pedagang korban kebakaran di Pasar Senen, kemarin.
Kondisi kios sangat mempriÂhatinkan. Sebab, luasnya hanya 1x1,5 meter. Antara kios satu dengan kios lain hanya ditandai dengan cat pilox warna putih. Walhasil, setiap pedagang hanya bisa menempatkan paling banyak dua tiang untuk menggantung pakaian bekas yang dijual.
Sebagai tempat berteduh, beberapa pedagang memilih berdiri di bawah pohon sembali menunggu pembeli. "Dari pagi tadi, baru dua orang yang beli," keluh Capung.
Sedangkan Blok I dan Blok II Pasar Senen yang sebelumnya terbakar hebat, hanya menyiÂsakan puing-puing yang sudah menghitam. Kendati sudah hamÂpir dua minggu kebakaran telah berlalu, bau gosong samar-samar tercium karena tipuan angin.
Untuk mencegah terjadinya penjarahan, di sekeliling geÂdung tiga lantai itu dipasang seng setinggi dua meter. Garis polisi juga masih terpasang di beberapa pintu masuk. Di depan seng dipasang spanduk warna merah. Isinya, "Seluruh pedagang proyek Blok Idan II, kami mohon maaf belum dapat memberikan izin untuk pengemÂbalian barang-barang sampai ada penyelesaian penyidikan dari pihak kepolisian".
Capung mengaku penjualanÂnya merosot drastis sejak keÂbakaran menghabiskan kiosnya yang berada di Blok 1, lantai tiga. Sebab, saat masih di tempat semula, paling tidak omzet setÂiap harinya mencapai Rp 2 juta. "Sekarang paling banyak Rp 500 ribu setiap hari," ucapnya.
Tidak hanya itu, lanjut dia, dulu setiap minggunya hampir 500 pakaian bisa terjual habis. "Sekarang 100 pakaian saja beÂlum habis selama dua minggu," kata dia.
Kondisi bertambah berat karÂena semua barang jualannya ludes terbakar, hanya menyiÂsakan beberapa pakaian yang selama ini ditinggal di gudang. "Saya rugi hampir Rp 500 juta," sebut pria yang tinggal di kaÂwasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini.
Agar bisa berjualan kembali, Capung mengaku harus meminÂjam modal kepada sanak saudara sebesar Rp 30 juta. "Sekarang yang penting bisa untuk makan dan minum," tandasnya.
Usai kebakaran, kehidupannya diupayakan lebih sederhana. Agar tidak banyak pengeluaran, Capung mengaku makan dua kali dalam sehari dengan menu yang lebih murah. "Kalau tiga kali bisa tekor pendapatan," ujar pria tiga anak ini.
Lain lagi dengan Simbolon. Salah satu pedagang korban kebakaran Pasar Senen ini, menÂgaku tidak banyak terpengaruh antara berjualan di Blok 1 mauÂpun di jalanan usai kebakaran. "Sama-sama dapat Rp 500 ribu setiap harinya," sebut dia.
Malahan, kata pria berkulit geÂlap ini, berjualan di trotoar lebih menguntungkan karena mudah dijangkau pembeli, sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh menyusuri gedung hingga lantai tiga. "Dulu punya dua unit kios di lantai tiga. Pembeli jarang ke lantai itu," kata dia.
Kendati demikian, dia menÂgakui kebakaran Pasar Senen menyebabkan modal kerjanya habis tidak tersisa. "Saya rugi hampir 100 juta," sebutnya.
Dia berharap, pemerintah bisa secepatnya melakukan reÂlokasi seluruh pedagang korban kebakaran ke tempat sementara yang lebih nyaman agar tidak terganggu kondisi cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini. "Kalau berjualan di area parkir sering kehujanan dan kepanaÂsan," keluhnya.
Simbolon mengaku tidak mengetahui pasti kapan pasar Blok Idan Blok IIselesai diperÂbaiki. "Tapi dengar-dengar palÂing cepat dua bulan renovasi tuntas," kata dia.
Sementara, Riyadi salah satu pedagang baju bekas menolak rencana bergantian berjualan dengan pedagang kue subuh di area parkir Blok I. Pasalnya, cara itu sangat merepotkan di tengah keterbatasan waktu yang ada. "Repot harus beresin barangnya. Kalau enggak tepat waktu, engÂgak enak sama pedagang kue subuh," ujar Riyadi.
Untuk itu, pria berumur 42 taÂhun ini meminta agar pengelola memberikan tempat alternatif, agar para pedagang memiliki kejelasan terkait tempat berÂjualan.
Koordinator Trade Center, PT Pembangunan Jaya Real Properti, Edi Santoso mengatakan, tempat penampungan sementara pedaÂgang (TPS) di area parkir Blok Irencananya akan digunakan seÂcara bergantian antara pedagang kue subuh dan pedagang pakaian bekas dan pengusaha reklame. "Awalnya disatukan semua di depan area parkir Blok I. Tapi, ditolak karena mereka tidak mau bergantian dengan pedagang kue subuh," ujar Edi.
Akhirnya, kata Edi, disepakÂati bahwa pedagang kue subuh ditempatkan sementara di Blok IV dan V, pedagang pakaian bekas di depan area parkir Blok I, dan pengusaha reklame di area parkir Blok II yang menghadap ke Utara.
Untuk tempat kios sementara, kata Edi, pedagang menolak denÂgan cara pengundian nomor kios. Mereka lebih suka lokasi berÂdagangnya disesuaikan dengan tempat mereka sebelum peristiwa kebakaran terjadi. "Mungkin hanya disesuaikan dengan kios mereka berdagang di lantai 3 Blok I yang dulu," ucapnya.
TPS di area parkir Blok I, lanjut dia, diupayakan rampung pada awal minggu ini sesuai denÂgan instruksi Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede, yang menginginkan agar para pedaÂgang tidak tercecer di pinggir jalan hingga menyebabkan jalan di sekitar Pasar Senen Blok I dan II macet setiap saat.
Terpisah, Direktur Kepatuhan PT Bank DKI Budi Mulyo Utomo mengatakan, pihaknya siap mengalokasikan kredit bagi pedagang Pasar Senen yang menjadi korban kebakaran dengan model kredit investasi dan kredit modal kerja.
Model itu, kata dia, bunganya di bawah 10 persen agar tidak memberatkan pedagang. "Kredit investasi dapat digunakan untuk membeli kios. Sementara, kredit modal kerja dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan permodaÂlan," ujar Budi.
Budi menambahkan, besaran kredit yang dapat diberikan mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Namun, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi pedagang, terutama usahanya minimal sudah berjalan selama dua tahun.
"Bila plafon kredit lebih dari Rp 50 juta, ada tambahan persyaratan lain berupa izin usaha dan rekoÂmendasi dari PT Pembangunan Jaya terkait penempatan kios," pungkasnya. ***