Berita

Irjen Anton Charliyan/Net

Wawancara

WAWANCARA

Irjen Anton Charliyan: Status Rizieq Kemungkinan Besar Akan Ditingkatkan Jadi Tersangka

SENIN, 30 JANUARI 2017 | 09:25 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Besok Polda Jawa Barat akan kembali melakukan gelar perka­ra terkait kasus dugaan pence­maran nama baik dan penistaan Pancasila yang disangkakan ke­pada Habib Muhammad Rizieq Shihab. Gelar perkara kali ini, diungkapkan Jenderal Anton Charlian, merupakan gelar perkara final untuk menetapkan status tersangka terhadap Habib Rizieq.

Untuk itu perwira kelahiran Jawa Barat, 29 November 1960 ini mengingatkan Rizieq agar tidak usah mengerahkan massa saat pe­meriksaan lanjutan di Polda Jawa Barat. "Tidak usah memobilisasi massa-lah," seru Anton.

Seperti diketahui, Polda Jawa Barat menangani kasus Rizieq atas laporan putri Proklamator Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri. Berikut penuturan lengkap Inspektur Jenderal Polisi Anton Charlian terkait kasus yang mem­belit Habib Rizieq;


Anda mengatakan saat ini status Habib Rizieq 99 persen terlapor, artinya tinggal satu persen untuk ditingkatkan menjadi tersangka. Kapan satu persennya?
Bisa minggu ini, bisa minggu depan. Kalau kita mau lulus saja harus ada ujian dulu. Kita akan rapat. Gelar ke satu, lalu gelar ke dua. Nanti senin (30/1) untuk kasus Pancasila.

Berarti hari Senin nanti sta­tus Rizieq akan ditingkatkan menjadi tersangka?

Nanti kita lihat, jangan men­dahului takdir. Kemungkinan besar akan ditingkatkan sebagai tersangka.

Apa peningkatan status itu juga akan diikuti penahanan kepada Rizieq?
Masalah penahanan itu kan sangat subjektif, bukan harus. Bisa iya, bisa tidak. Makanya, ada alasan subjektif dan ada ala­san objektif. Subjektifnya tidak mengulangi tindak pidana. Akan menghilangkan barang bukti, itu kan alasan objektifnya.

Lalu dari pengalaman ben­trokan massa saat pemerik­saan Rizieq di Polda Jawa Barat beberapa waktu lalu, apa saja langkah antisipasi yang akan dilakukan Polda Jawa Barat?
Agar kalau diperiksa, biasa-biasa sajalah. Itu akan mengang­gu ketertiban. Sekarang hajatan saja yang mengumpulkan tidak sampai 1.000 orang harus izin.

Jika massa FPI tetap datang tanpa memberitahu Polda Jawa Barat?

Ya bisa kita bubarkan. Kalau dianggap menganggu ketertiban ya, kalau bisa jangan datang. Itu juga cukup menyinggung masyarakat Jabar dan Sunda, karena bagi masyarakat Jabar kalau datang orang banyak itu, dianggap seperti 'dion­trog' (didatangi ramai-ramai). Karena sudah ada sejarah, yang bersangkutan pernah menyakiti masyarakat Sunda, Jawa Barat. Sehingga mereka pun kalau be­reaksi jangan disalahkan.

Lalu, bagaimana dengan massa dari GMBI, siapa yang mengerahkan?
Masyarakat sendiri. Semua kan ada izinnya. Kalau saudara Rizieq kan tidak ada izinnya. Apakah mengemukakan pendapat tidak boleh? Kan panggilan H-10 sudah kita sampaikan. Begitu di media sosial ternyata memobilisasi masa, apakah di medsos secara terbuka tidak dibaca oleh orang? Dengan terbuka ini, jadi wajar-wajar saja.

Bagaimana dengan ka­sus penyerobotan tanah di Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat?
Kita lidik ternyata sudah ada laporan di Bareskrim.

Polda Jawa Barat tidak akan melanjutkan?
Ya belum tentu. Kita masih menunggu dari hasil dari gelar internal. Diserahkan Bareskrim karena TKP-nya di Jawa Barat, mungkin saja. Jadi mungkin nanti kita akan koordinasi dengan Bareskrim apakah ditangani di Bareskrim atau ditangani di Jawa Barat. Tapi kita juga sudah menu­runkan tim lidik. Kan untuk sama-sama menangani masalah itu.

Anda sudah ke TKP yang dilaporkan?
Belum. Baru tim lidik saya yang melihat ke sana.

Dari pemantauan tim lidik, apa hasilnya?

Wah, rahasia itu.

Sebenarnya tanah itu milik siapa?
Dari laporannya, ada tanah pribadi ada tanah Perhutani. Semua itu untuk perkebunan, jalan. Bahkan menurut laporan, sebagian masuk hutan lindung. Makanya kita itu harus cek dan ricek. Harus diperiksa. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya