Berita

AS. Hikam/Net

Politik

Konflik FPI Vs GMBI Implikasi Kemacetan politik

RABU, 18 JANUARI 2017 | 06:37 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Konflik antara ormas Front Pembela Islam (FPI) dengan ormas Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) adalah contoh kemacetan politik.

"Saya lebih cenderung melihat masalah konflik antar-ormas seperti FPI vs GMBI ini sebagai salah satu implikasi dari kemacetan politik elektoral di era reformasi," kata pengamat politik senior, Muhammad AS. Hikam seperti dikutip dari laman facebooknya, Rabu (18/1).

Menurutnya, karena kemacetan ini maka organisasi masyarakat sipil Indonesia (OMSI), seperti ormas dan LSM, cendekiawan, serta kelompok-kelompok profesional, menjadi wadah penyaluran kepentingan politik dari rakyat yang kian tidak percaya kepada DPR, parpol, dan politisi.


"Sayangnya OMSI kemudian menjadi terpolitisasi secara tidak sehat, sehingga perbedaan kepentingan pun menjadi sumber konflik. Ujungnya konflik seperti FPI vs GMBI bisa juga terjadi di daerah-daerah lain," ujar AS. Hikam.

Khusus untuk penyelesaian konflik FPI vs GMBI, Ia lebih mengusulkan solusi non politik dan bahkan non hukum, walaupun bisa juga proses hukum digunakan.

"Saya mengusulkan pendekatan budaya dan komunikasi sosial agar titik temu diupayakan dengan tujuan akhir menyudahi konflik secara damai," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut AS. Hikam, peran pihak-pihak penengah alias mediator dan penegak hukum sangat penting. Mediator bisa dilakukan oleh tokoh-tokoh atau ormas-ormas besar seperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan bahkan MUI kalau perlu. Dan penegak hukum seperti Polri ikut memberikan dukungan di dalam proses tersebut.

"Saya memilih alternatif ini ketimbang solusi hukum yang kendati baik, tetapi akan bertele-tele dan bahkan terbuka terhadap politisasi," tukasnya. [rus]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya