Berita

Foto/Net

Bisnis

Penutupan Pabrik Gula BUMN Bikin Rugi Masyarakat Jatim

Dikritik Pakde Karwo
SENIN, 16 JANUARI 2017 | 09:45 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Keputusan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menutup Pabrik Gula (PG) milik perusahaan pelat merah, khususnya di daerah operasional Jawa Timur (Jatim) dikritik Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Rencananya, sembilan PG yang dibangun pada zaman Belanda akan ditutup Menteri Rini Soemarno. Tiga PG di wilayah PT Perkebunan Nusan­tara (PTPN) X Persero, yakni PG Watoetoelis, PG Toelangan, dan PG Meritjaan. Serta enam PG di wilayah PTPN XI Persero, yaitu PG Poerwodadie, PG Redjosarie, PG Kanigoro, PG Wringinanom, PG Olean, dan PG Pandjie.

Soekarwo menyabut, per­masalahan PG tidak hanya se­mata-mata terkait efisiensi dan produktivitas usaha BUMN saja, melainkan juga menyangkut ke­pentingan masyarakat disekitar area kerja pabrik tersebut dan banyak pihak lainnya.


"Sebelumnya Gubernur belum diajak bicara terkait hal ini. Tapi Bu Menteri sudah mengkomu­nikasikannya, ini merupakan satu exit policy yang bagus," kata gubernur yang akrab di­panggil Pak De Karwo itu.

Pak Dengan Karwo menyebut, jika penutupan sembilan PG jadi dilakukan, maka dampak­nya akan luar biasa bagi Jatim. Antara lain, kerugian finansial, yakni hilangnya lahan tebu petani sebesar 27.848 hektar (sekitar 13,9 persen) dari total 200.000 hektar lahan tebu di Jatim.

Kepala Dinas Perkebunan Jatim Samsul Arifien menam­bahkan, penutupan ini juga akan mengganggu roda pereko­nomian, khususnya di wilayah pedesaan. Karena investasi yang dikeluarkan masyarakat untuk lahan tebu sebesar Rp 38,1 juta per hektarnya. Sehingga total kerugian untuk 27.848 hektar mencapai Rp 1,06 triliun.

"Selain itu, produksi gula per musim giling juga akan hilang sebe­sar 147.301 ton. Ini lebih 12 persen dari total produksi gula di Jatim sebesar 1,2 juta ton," bebernya.

Ia melanjutkan, dampak lain yang mungkin timbul adalah hilangnya pekerjaan sebanyak 1,795 juta orang tenaga kerja yang terlibat agrobis tebu di sem­bilan PG yang akan ditutup.

Menanggapi hal ini, Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan, pihaknya akan melibatkan Pemprov Jatim untuk membahas rencana pe­nutupan sembilan PG tersebut.

"Nanti PTPN akan melapor ke Pak Gubernur, kita memang belum bilang ke Pemprov kar­ena hingga saat ini masih terus membahas pemetaan rencana penutupan PG yang usianya su­dah lebih 100 tahun dan dinilai tidak efisien," kata Rini.

Jika pabrik yang rencananya ditutup tersebut dinilai masih cu­kup baik, akan dilakukan direvi­talisasi agar kualitas produknya lebih baik dan efisien.

"15 Januari nanti, PTPN akan saya kumpulkan untuk memba­has ini lebih lanjut. Kalau PG masih bisa dioptimalkan, kita pertahankan dan revitalisasi. Un­tuk PG yang masih dapat mem­produk ethanol dan listrik, juga kita lanjutkan operasionalnya, sambil membangun PG yang baru. Memang investasinya cu­kup mahal, yakni satu PG sekitar Rp 2 triliun," ujar Rini.

Penutupan Bukan Solusi

Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mengatakan, penutupan PG BUMN bukanlah solusi yang tepat saat ini. Pasalnya, masih banyak masyarakat disekitar pabrik yang mengandalkan hidup mereka dari operasional pabrik tersebut.

"Penutupan ini dikhawatirkan mengganggu roda perekono­mian masyarakat sekitar. Ini harus difikirkan dengan matang oleh Kementerian BUMN," kata Edhy Kepada Rakyat Merdeka.

Menurutnya, risiko lain dari penutupan ini adalah berpeluang masuknya gula impor ke Indo­nesia karena produksi PG lokal dinilai tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional.

"Ini yang berbahaya. Kalau gula impor mendominasi, akan membuat kita ketergantungan. Sehingga, saat harga impor naik, kita tidak bisa mengontrolnya, sementara produksi nasional terbatar. Kalau memang masih bisa di pertahankan, sebaiknya pemerintah merevitalisasi PG BUMN, support agar sehat lagi dan produksinya makin baik," tegas Edhy. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya