Masa tanggap darurat banjir bandang di Kota Bima, Nusa Tengara Barat (NTB) diperpanjang hingga 19 Januari 2017. Semula masa tanggap darurat berakhir 5 Januari 2017.
Selama masa perpanjangan ada lima poin kegiatan utama. Pertama penanganan pascabenÂcana berupa optimalisasi dapur umum dengan memusatkan pelayanan hanya di Pemkot Bima.Kedua, memastikan korban yang rumahnya rusak berat atau hanyut memperoleh jaminan hidup, peralatan rumah tangga, dan pembangunan rumah.
Total jaminan hidup yang telah diberikan Kemensos yakni senilai Rp1,32 miliar dengan perincian Rp 1,2 miliar kepada 1.335 jiwa di Kota Bima dan Rp 120,6 juta kepada 134 jiwa di Kabupaten Bima. Masing-masing jiwa memperoleh Rp 900 ribu untuk tiga bulan.
Ketiga, Kemensos melakuÂkan peninjauan berkala bagi masyarakat yang masih tinggal di pengungsian. Keempat, optimalisasi gerakan kerelawanan sosial untuk kebersihan lingkungan rumah, sarana pendidikan,sarana kesehatan, dan fasilitas sosial. Terakhir melakukan rotasi anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang berasal dari kabupaten terdekat dengan Kota Bima. Berikut pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru HM Zainul Majdi;
Kajian Anda, faktor apa sebenarnya yang menyebabÂkan terjadinya bencana banjir bandang ini?Itu sebenarnya bagaimana kesesuaian. Kesesuaian antara pembangunan dengan tata ruang misalnya. Jadi apakah ada hal-hal di tata ruang itu yang belum terimplementasikan dengan baik. Kawasan-kawasan yang meruÂpakan serapan, apakah masih terjaga atau tidak. Kemudian, lebih jauh dari itu ya kita mengaÂmankan hutan kita.
Kenapa dengan hutannya?Karena, saya dapat informasi Pak Danrem (Komandan Korem) kemarin keliling pakai helikopter, itu di bagian atas di hulu, daerah Mawu itu hampir rata penggundulan hutannya.
Lalu?Jadi, itu kan kombinasi dari semua ya. Geografis Bima ini letaknya di muara, curah hujan yang sangat tinggi. Dan juga ada penggundulan hutan yang masif. Sehingga daerah resapan itu habis.
Apa akan dilakukan invesÂtigasi, siapa cukong di balik penggundulan hutan?Investigasi dalam makna inÂtrospeksi iya. Tetapi dimana pun bencana kayak begini kan tidak perlu saling salah-menyalahkan. Namun, karena salah satu indikasi sebab utamanya itu adalah penggundulan hutan, ya tentu tindakan represif untuk menindak para pelaku illegal logging.
Tindakan represif seperti apa itu konkretnya?Saya pikir kita punya Polhut, Kepolisian, TNI, ya kita beresin rame-rame. Tangkap-tangkapin bandar-bandarnya. Masukin penjara.
Di awal-awal kejadian, banÂyak keluhan masyarakat atas lambatnya penanganan dari pemerintah?Ya memang, ini bencana baru tumben terjadi. Seumur-umur ada terjadi di kota Bima. Jadi semua pihak, walaupun secara teori kita sudah diajari simulasi dan segala macam, tapi begitu kejadian kita kaget semuanya. Ini masif sekali, mungkin di daÂlam distribusi bantuan itu tidak serta merta dilaksanakan dengan solid, ada kekurangan-kekuranÂgan. Tapi terus dibenahi. Pak Danrem di sini selalu standby, dari tanggal 22 (Desember), jadi beliau terus memimpin, termasuk distribusi bantuan.
Sejauh ini bantuan dari peÂmerintah pusat bagaimana?Perhatian dari pemimpin naÂsional itu besar sekali. Insya Allah, dengan demikian upaya kita untuk tanggap darurat akan lebih terkonsolidir.
Nah nanti pasca-tanggap daruÂrat, upaya rehabilitasi juga akan lebih bagus. Insya Allah, mudah-mudahan.
Terakhir, pesan Anda untuk warga Bima?Yang paling utama, sikapi denÂgan sabar. Sabar itu adalah untuk ketahanan fisik kita, ketahanan mental, saling mengingatkan. Jangan sampai dalam situasi seperti ini kita saling salah menyalahkan. Ada kekurangan misalnya dalam distribusi, atau makanan kurang sesuai dengan harapan ya kita terus perbaiki. Tapi intinya, yakinlah bahwa pemerintah itu sungguh-sungguh bekerja untuk menangani itu. ***