Berita

Foto/Net

Bisnis

Jantung Mentan Seperti Copot

Harga Cabe 200 Ribu
JUMAT, 13 JANUARI 2017 | 08:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Harga cabe kian meroket. Di Cirebon, Jawa Barat, cabe jenis rawit merah menembus rekor tertinggi yakni Rp 200 ribu per kilogram. Melonjaknya harga ini membuat Mentan Amran Sulaiman deg-degan. Pedasnya membuat jantung Amran seperti copot.

"Kami merasa terganggu beberapa hari ini harga cabe rawit meningkat sehingga membuat jantung saya melompat," ujar Amran saat kunjungan kerja di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, kemarin. Alhasil, tingginya harga ini membuatnya pusing. Padahal, tidak semua jenis cabe harganya selangit. Hanya jenis cabe rawit merah yang melambung tinggi. "Yang kemarin-kemarin dibahas cabe terus, aku hanya bisa urut dada. Padahal yang mahal itu jenis cabai rawit. Begitu banyak cabe, tapi satu cabe jadi pembahasan," katanya.

Menurut Amran, melonjaknya harga cabe mestinya tidak dibesar-besarkan. Cabe sendiri merupakan bagian dari 14 komoditas pangan yang diperhatikan serius pemerintah. Di sisi lain, hanya cabe rawit yang dipermasalahkan. "Kita fokus pada 14 komoditas dengan yang kami handle luas lahannya 70 juta hektar dan diawasi 24 jam. Yang turun (produksi) cuma kedelai. Cabe jadi celah. Syukur nggak impor. Ya Allah ampunilah hamba-hamba yang nggak bersyukur ini," ucapnya.


Nah, menyiasati tingginya harga cabe, Amran menyarankan ibu-ibu rumah tangga melakukan aksi tanam cabe, minimal lima pohon. Cara ini efektif mengantisipasi fluktuasi harga cabe yang berulang setiap tahun. "Ini cabe saja berteriak 'malas'. Kenapa malas? Ibu-ibu ada 126 juta penduduk Indonesia, kalau bergerak tanam cabe, mengurangi gosipnya lima menit, dengan tanam cabe lima menit, selesai persoalan cabe di Republik ini yang selalu kita bahas," terangnya. Tujuan penanaman cabe di pekarangan rumah itu, lanjut Amran, agar kebutuhan cabe segar bisa terpenuhi, menekan pengeluaran belanja dan menekan inflasi.

Seperti diketahui, di sejumlah daerah harga cabe rawit merah nyaris tinggi. Faktor kelangkaan dan cuaca buruk membuat ketersediaan cabe terbatas dan sesuai hukum ekonomi, barang langka itu harganya melambung tinggi. Harga di Kota Cirebon, Jawa Barat, per kilogram harganya Rp 200 ribu, dari harga sebelumnya Rp 60 ribu. Hal itu terungkap saat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon menggelar sidak ke tiga pasar yakni Pasar Perumnas, Pasar Pagi dan Pasar Kanoman, kemarin.

"Harga cabe rawit merah Rp 200 ribu per kilogram ini sudah terjadi sejak seminggu terakhir," ujar Sarah, pedagang sayuran di Pasar Pagi, Cirebon. Sarah mengeluh, tingginya harga cabe membuat omsetnya terjun bebas. Hal senada diungkapkan pedagang sayuran, Marfuah. Bahkan, kini dia tidak lagi menjual cabe rawit merah karena sepinya peminat komoditas tersebut sejak harganya melonjak tinggi. "Para pembeli akhirnya memilih membeli cabe jenis lain," terang Marfuah.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon, Abdul Madjid Ikram menjelaskan, dalam sidak itu, pihaknya memantau sepuluh komoditas di pasar tradisional di Kota Cirebon. Selain cabe, juga bawang, daging ayam, daging sapi, minyak goreng dan lainnya. "Rata-rata harga seluruh komoditi itu tak terlalu melonjak. Yang fluktuatif terutama cabe rawit merah," kata Abdul.

Di Jakarta, sekalipun harganya tidak setinggi di Cirebon, sesuai data dari infopangan.jakarta.go.id, harga cabe rawit merah mencapai Rp 120 ribu per kilogram. Sementara, cabe rawit hijau seharga Rp 73 ribu per kilogram, cabe merah keriting Rp 55 ribu per kilogram dan cabe merah besar Rp 45 ribu.

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hermanto Siregar menduga pemerintah tidak fokus mengelola masalah hortikultura. Baginya, soal harga cabe meroket bak ulang tahun. "Iya ulang tahun, berulang setiap tahunnya. Kalau serius pasti bisa diselesaikan, karena polanya sama setiap tahun," ujar Hermanto kepada Rakyat Merdeka.

Dia tidak memungkiri kalau penyebab utama tingginya cabe kali ini adalah stoknya yang terbatas. Para petani sulit mendapat panen karena curah hujan saat ini cenderung tinggi. Alhasil, banyak gagal panen yang dialami para petani. Untuk menyelamatkan petani cabe sekaligus menjaga stabilitas harga, Hermanto menyarankan pemerintah melakukan tiga hal.

Pertama, tingkatkan teknologi budidaya tanam di rumah kaca. "Kalau ditanam di tumah kaca, tidak ada lagi persialan musim. Panas soal tidak soal," katanya, Kedua, pengelolaan stok cabe di petani. Diharapkan, pemerintah menyediakan tempat penyimpanan massal skala besar, yang dapat digunakan para petani cabe. Pasalnya, cabe adalah jenis tanaman yang cepat membusuk. Ketiga, bersedia membeli cabe petani ketika panen dan segera dilakukan industrialisasi atas cabe. Nantinya, cabai diolah dan dijual dari bentuk lain yang lebih tahan lama seperti bubuk cabe. "Nah, kalau ini dilakukan harga cabe pasti konstan," katanya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya