Pelaku usaha berharap isu penarikan uang dari bank secara besar-besaran (rush money) tidak terjadi. Rush money akan memukul sektor properti yang saat ini mulai bangkit.
Country Manager RuÂmah123.com Ignatius Untung mengapresiasi, langkah peÂmerintah yang langsung menÂindaklanjuti isu rush money sehingga tidak mengganggu iklim bisnis properti. "Kalau dari kemarin pemerintah teÂlat merespons itu, bisa kena pengaruhnya ke properti. Tapi isunya berkembang tidak lama, jadi tidak begitu terasa sekaÂrang," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, jika
rush monÂey benar-benar terjadi, sekÂtor properti akan merasakan dampaknya. Tapi, tidak diraÂsakan di semua kelas. "Karena ketika
rush money orang akan lebih butuh uang cash daripada barang seperti properti," kata Untung.
Rush money hanya berÂdampak pada masyarakat kaÂlangan menengah ke atas yang memilih berpikir untuk memÂbelanjakan uangnya di sektor properti. Mereka khawatir, jika uangnya dibelanjakan properti sekarang, tidak akan mampu mencicilnya di kemudian hari.
Dia optimis, dalam waktu dekat sektor properti bisa tumbuh lagi. "Kepercayaan diri harus dinaikkan, pemain properti harus bangkit sama-sama," cetus dia.
Wakil Ketua Umum REI Bidang Komunikasi Theresia Rustandi juga menilai, pasar properti di Indonesia sangat potensial. Berbagai isu tidak akan memberi dampak yang besar.
Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah berusaha menÂdorong agar perusahaan yang baru melebarkan sayap dengan meluncurkan lini bisnisnya bisa turut komitmen di sektor ini. "Kita berharap mereka juga punya komitmen yang sama dengan perusahaan yang memang
core business-nya dari awal properti," katanya.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan PeruÂmahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, isu
rush money tidak akan mengÂganggu sektor properti.
Dia mengaku belum mendaÂpatkan laporan dari para pengembang dan asosiasi terkait dampak rush money pada sektor properti. Menurut dia, sejauh ini sektor tersebut masih berjalan normal dan optimistis akan lebih cerah di tahun depan.
"Saya tanya di REI (
Real Estate Indonesia) tidak ada apa-apa. Apersi (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh IndoÂnesia) tidak ada apa-apa dan tidak ada pengaruh," ujarnya.
Jika isu rush money benar-benar terjadi, memiliki potensi dampak pada likuiditas dan stabilitas perbankan di dalam negeri. Namun, Basuki meÂminta agar masyarakat dan pengembang tidak khawatir. "Tidak ada khawatiran. Aman saja, nggak ada apa-apa tuh," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani InÂdrawati mengatakan, isu rush money pada 25 November 2016 sangat mengganggu. Isu tersebut merupakan hasutan akan hal yang tidak baik.
Penarikan uang massal tidak akan menguntungÂkan masyarakat. "Terutama masyarakat kecil," katanya.
Menurut dia, isu rush money justru akan menciptakan suaÂsana saling curiga di antara masyarakat. Situasi tersebut bertentangan dengan keingiÂnan pemerintah untuk memÂperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. ***