Berita

Soni Sumarsono/Net

Wawancara

WAWANCARA

Soni Sumarsono: Kalau Panwaslu Rekomendasikan Ada PNS Yang Tidak Netral, Pasti Akan Saya Tindak

JUMAT, 18 NOVEMBER 2016 | 09:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Plt Gubernur DKI Jakarta ini ikut turun gunung me­nyelidiki dugaan pelanggaran pidana kampanye yang dilakukan Walikota Jakarta Barat, Anas Effendi. Soni sudah mengumpulkan beberapa bukti dan menelitinya. Kini bukti dan hasil kajian tersebut sudah diserahkan kepada Pengawas Pemilu (Panwalu) DKI Jakarta.

"Untuk selanjutnya saya serahkan keputusannya kepada Panwaslu dan Bawaslu. Kami hanya akan menunggu rekomen­dasi mereka," ujarnya.

Soal keputusannya Soni menyerahkan kepada Panwaslu karena itu masuk ranah pilkada.


Seperti diketahui, Anas ikut menghadiri kampanye cawagub DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat di Kembangan Utara, Jakarta Barat beberapa waktu lalu. Saat itu Anas berkilah, kedatangannya untuk membantu pengamanan, lantaran kampa­nye pasangan cagub-cawagub nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat kerap ditolak warga. Berikut ini penuturan Soni terkait kasus yang melilit anak buahnya itu;

Tadi Anda bilang sebel­umnya Pemprov DKI su­dah mempelajari kasus ini. Hasilnya?
Menurut kami Pak Anas tidak melanggar.

Alasannya?
Karena keberadaan dia di sana saat itu memang dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai Walikota. Jadi kedatangan Pak Anas ke sana itu dilatarbela­kangi adanya laporan mengenai rencana aksi penolakan terhadap Pak Djarot. Jadi pihak kepolisian meminta agar Walikota da­tang ke lokasi untuk membantu mencegah situasi yang tidak diinginkan.

Tapi bukankah untuk uru­san pengaman sudah menjadi tanggung jawab polisi?
Itu juga menjadi tugas tambahan bagi seorang Walikota untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

Mereka boleh mengintervensi apabila ada ganguan ketentra­man di masyarakat, terutama jika diminta oleh pihak kepoli­sian.

Apalagi di sana Pak Anas ini tidak hanya dikenal sebagai pimpinan wilayah, tetapi juga sebagai sesepuh, tokoh Betawi. Jadi paslah untuk dimintai ban­tuan guna mencegah hal yang tidak diinginkan.

Jadi tidak masalah dong jika seorang Walikota ada di tempat kampanye?

Iya. Tapi perlu diingat, itu tergantung pada maksud dan tujuanya. Bila untuk memantau dan meredakan ketegangan warga, itu memang menjadi tugas­nya. Tapi kalau dia mengantar paslon kampanye atau blusukan atau apa istilahya, itu salah besar. Sebab itu artinya sudah melang­gar, karena di luar kapasitasnya sebagai Walikota.

Sejauh ini Walikota kan ba­ru terlihat hadir di kampanye salah satu paslon. Bukankah itu menunjukkan indikasi ketidaknetralan?
Tidak juga. Mungkin kebetulan baru bisa, dan dibutuhkan hadir saat itu saja. Bagaimana pun yang banyak mendapat penolakan kan baru salah satu paslon. Yang penting pemberian bantuan pengamanan ini harus diberlakukan adil untuk semua paslon. Tidak boleh hanya paslon tertentu saja. Ini menunjukkan sikap sama rata terhadap semua calon dalam kompetisi pilkada.

Tadi Anda bilang, Pemprov DKI akan menungu rekomen­dasi Panwaslu. Apakah sudah diterima?
Sampai saat ini kami belum menerima rekomendasi dari Panwaslu. Nanti kalau ada re­komendasi saya akan laksanakan apa pun rekomendasinya.

Dengan adanya kasus ini, apakah Anda tidak khawatir hal ini akan menyebabkan PNS menjadi tidak netral?
Saya sudah berkali-kali mengingatkan seluruh PNS DKI un­tuk menjaga netralitas di pilkada. Saya katakan kepada mereka, bah­wa PNS tidak boleh mendukung ataupun memojokkan salah satu pihak dalam pilkada. Kalau tidak netral akan diberikan sanksi.

Apa sanksinya?
Tergantung dari bentuk pe­langgarannya. Mulai dari ad­ministrasi, hingga pemecatan. Sanksinya akan diberikan secara bertahap.

Selain kasus Anas apakah anda sudah menemukan kasus dugaan ketidaknetralan PNS lainnya?
Sejauh ini belum ada lainnya, dan saya harap tetap tidak ada. Aparat harus netral, supaya bisa menyukseskan pilkada yang aman dan nyaman

Apa yang akan Anda lakukan untuk memastikan hal itu?

Pertama, saya akan menga­wasi setiap kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Saya akan pastikan supaya tidak ada yang berpihak kepada salah satu paslon saat Pilkada DKI 2017. Birokrasi harus netral. Kedua. sa­ya meminta peran serta masyarakat untuk ikut mengawasi. Lapor kepada Panwaslu atau Bawaslu jika menemukan adanya dugaan PNS yang tidak netral. Selama Panwaslu memberikan rekomen­dasi ada yang tidak netral, pasti akan segera saya tindak. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya