Berita

Basuki Tjahaja Purnama/Net

Wawancara

WAWANCARA

Basuki Tjahaja Purnama: Siapa Tahu Setelah Ini Gue Juga Bisa Jadi Presiden, Kan Enak...

KAMIS, 17 NOVEMBER 2016 | 09:47 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Meski jadi ter­sangka, Basuki Tjahaja Purna­ma alias Ahok tetap pasang target tinggi di Pilkada DKI Ja­karta. Menang satu putaran.
 
Ahok menerima dengan tangan terbuka keputusan Polri yang menetapkannya status tersangka. "Saya kira ini contoh yang baik untuk demokrasi," kata Ahok. Berikut wawancara lengkapnya;


Kalau anda berterima kasih setelah ditetapkan sebagai tersangka, artinya anda tidak mempermasalahkannya?

Kalau anda berterima kasih setelah ditetapkan sebagai tersangka, artinya anda tidak mempermasalahkannya?
Jadi tersangka, ya tersangka saja. Yang malu itu kalau tersangka koruptor. Kalau tersangka belain orang, bangga saya. Ahok dipenjara karena difitnah dan dizalimi, top saya. Siapa tahu malah bisa seperti Mandela.

Maksudnya?
Mandela itu kan dipenjara se­lama 30 tahun, karena menyam­paikan aspirasinya. Tapi setelah menjalani hukuman, akhirnya dia bisa jadi Presiden Afrika Selatan. Siapa tahu setelah ini gue juga bisa jadi presiden, kan enak.

Tapi berbagai pihak justru berpendapat, setelah anda jadi tersangka, dukungan kepada anda justru menurun di Pilkada DKI ?

Saya yakin enggak. Buktinya masih banyak kok warga yang mau ketemu saya, mau foto -fo­to sama saya. Saya yakin, orang Jakarta enggak mau banyak ribut dengan mengadu-adu massa. Saya yakin orang Jakarta hari ini sudah punya pilihan kok.

Buktinya banyak terjadi pe­nolakan di berbagai wilayah?

Biar saja. Menolak kan boleh-boleh saja, selama sesuai ke­tentuan. Orang mau pilih saya atau tidak itu kan hak mereka. Ngapain pusing.

Anda betul -betul tidak khawatir perolehan suara tergerus?

Enggak. Itu kan hak warga dan bukan urusan saya, melainkan urusan timses. Mereka yang atur bagaimana strategi agar saya dapat menyampaikan visi dan misi kepada warga. Kalau urusan saya sederhana saja, yang penting orang Jakarta mau berpikir tenang. Coba bapak ibu bayangkan lima tahun yang jadi gubernur bukan saya, gimana? Jakarta seperti apa?

Apakah anda dan tim pemenangan akan mengajukan praperadilan atas penetapan tersangka ini?
Kalau saya pribadi sih ingin praperadilan supaya bisa langsung live. Tapi akhirnya kami putuskan untuk tidak melakukan langkah hukum praperadilan.

Kenapa berubah?
Karena kami ingin supaya kasus ini segera dilimpahkan ke pengadilan. Kami akan fight di pengadilan seperti kasus reklamasi dan Sumber Waras. Kalau semua orang bisa lihat, ini menarik. Anda bisa banyangkan enggak malunya? Kalau saya ditersangkakan, eh, tahu -tahu kami menang satu putaran. Malu dia. Jadi kami harus fight!

Kalau hanya itu kan bisa lewat praperadilan?
Kalau di pengadilan semua hasil pemeriksaan, berita acara, tuduhan, semua disampaikan di muka umum. Sama kayak reklamasi, saya dituduh gu­bernur Podomoro kan, bilang si Sunny paham-paham duit untuk saya, begitu diputar di pengadilan suara resmi hasil penyadapan langsung diam semua, langsung ketahuan, saya Gubernur Podomoro apa Gubernur Jakarta.

Anda percaya diri sekali?
Bukannya saya kepedean. Tapi bagi saya, di pengadilan bukan memperjuangkan sebuah kasus Ahok saja. Ini untuk menentukan arah NKRI mau gimana ke depan. Karena kami yakin setiap orang itu sama di muka hukum. Makanya saya ingin proses sidangnya ber­langsung terbuka. Kayak TV menyiarkan kasus kopi sianida itu loh.

Kalau ditayangkan live sep­erti kasus Mirna, tapi ternyata anda kalah di pilkada bagaimana?
Makanya, saya mengimbau kepada seluruh pendukung un­tuk menerima status tersangka saya dengan ikhlas. Tapi jan­gan nyerah, jangan putus asa. Penetapan saya sebagai ter­sangka bukanlah akhir. Masih ada rangkaian proses yang bisa diperjuangkan.

Untuk itu kami meminta agar para pendukung tetap datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan gunakan hak pilihnya untuk mencoblos gambar saya atau Pak Djarot. Biar kami bisa menang satu putaran. Kami cuma butuh 50 persen plus 1. Itu saja yang kami harapkan.

Terlepas dari status tersang­ka, pendapat anda terhadap tudingan telah menistakan agama seperti apa?
Menurut saya pasal peni­staan agama mestinya juga bisa menjerat seseorang yang melontarkan ucapan 'lebaran kuda'. Kalau dibilang lebaran kuda, lebaran juga milik orang Islam. Itu bukannya menghina agama?

Tapi karena yang ngomong bukan saya, tapi 'pak prihatin', jadi enggak apa -apa. Kalau saya yang ngomong pasti dapat protes lagi. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya