Berita

Nasaruddin Umar/Net

Harapan Dunia Terhadap Indonesia (19)

Thailand Lebih Tertarik Belajar Islam di Indonesia

RABU, 16 NOVEMBER 2016 | 09:36 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

JUMLAH mahasiswa yang berasal dari Thailand di Per­guruan Tinggi Agama Islam di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Tadinya hanya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Jogyakarta, dan Riau, tetapi sekarang su­dah menyebar ke beberapa perguruan Tinggi lain seperti UII Jogyakarta, UIN Aceh, IAIN Palembang, IAIN Padang, dan UIN Malang. Bukan hanya jumlah daerah dan Perguruan Tingginya bertambah, tetapi jumlah mahasiswanya pun bertambah. Mereka memilih Indonesia karena selain relatif dekat dan murah, juga dinilai Studi Islam di In­donesia lebih komperhensif dan moderat. Pimpi­nan komunitas muslim Thailand setiap tahun se­lalu berkonsultasi dengan Kementerian Agama tentang urusan penentuan awal Ramadhan dan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Thailand dan Indonesia memiliki banyak per­samaan, di antaranya sama-sama diapit benua Australia, China, dan India. Sejarah panjang masuknya Islam di Asia Tenggara, Thailand merupakan tempat persinggahan para penye­bar Islam ke Nusantara, baik yang datang dari Timur Tengah maupun melalui India. Thailand Selatan adalah wilayah yang amat penting di dalam sejarah Islam di Asia Tenggara. Se­bagian besar penduduk Thailand beragama Budha dan Islam di sana termasuk kelompok agama minoritas sebagaimana halnya Kristen, Katoloik, Konghucu, dan Hindu.

Islam di Thailand mengalami perkembangan pesat. Islam adalah agama minoritas terbe­sar di sana, melampaui agama-agama minori­tas lainnya. Thailand Selatan yang ibu kotan­ya Pattani dihuni oleh etnik melayu-muslim. Di Thailand Selatan sering terjadi konflik den­gan kelompok agama Budha, karena secara geografis Thailand Selatan tetap bagian dari negara Thailand, namun secara komunitas muslim mayoritas mendiami wilayah ini. Ser­ingkali ada kebijakan pemerintah pusat yang di­anggap tidak adil bagi warga Thailand Selatan yang mayoritas beragama Islam. Terlebih set­elah kerajaan melayu dihapuskan pada tahun 1902, masyarakat melayu dalam keadaan san­gat tertekan. Khususnya pada pemerintahan Pibul Songgram (1939-1944), orang-rang me­layu-muslim sering merasa didiskriminasikan oleh pemerintah Thailand yang didukung oleh mayoritas Budha. Hingga saat ini masyarakat muslim Pattani masih sering merasa ada per­lakuan diskriminatif, meskipun selalu dibantah oleh pemerintahnya. Dekade terakhir ini posisi politik umat Islam di sana mengalami perlakuan lebih wajar ketimbang sebelumnya.


Populasi muslim di Thailand Selatan yang disebut negeri gajah putih ini, meliputi Provinsi Pattani 80%, Yala 68,9%, Narathiwat, Satun 67,8% juga Songkhla. Semula Thailand masih menjadi satu wilayah kekuasaan di bawah kepemimpinan kerajaan Pattani Raya hingga abad ke-12. Keadaan berubah setelah Kera­jaan Sukhotai berdiri. Di Kerajaan ini banyak umat Islam merasakan berbagai tekanan. Na­mun demikian, Thailand yang terkenal sebagai negeri Budha, sekarang Kerajaan cukup mem­beri dukungan terhadap pertumbuhan dan ke­hidupan umat Islam. Tanggung jawab urusan agama Islam di Thailand dipegang oleh se­orang mufti yang memperoleh gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini ada di bawah Kementerian Dalam Negeri serta juga Kemen­terian Pendidikan serta bertanggungjawab pada raja. Mufti bertugas mengatur kebijakan yang bersangkutan dengan kehidupan muslim, sep­erti penentuan awal serta akhir bulan Hijriyah. Jumlah kaum muslimin di Thailand mencapai 4.6% dengan statistik terbaru sekitar 4 juta dari total 65 juta jiwa. Kini Islam di Thailand menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha.

Jumlah masjid di Thailand belum ada statis­tik terbaru menjelaskannya. Hanya data lama Kantor Statistik Nasional Thailand pada tahun 2007, jumlah masjid sebanyak 3.494 buah, be­lum diperoleh kejelasan apakah angka ini ter­masuk juga mushala atau tidak. Umumnya umat Islam Thailand beraliran sunni (99%) dan selebihnya Syi’ah (1%). Proses masuknya Is­lam di Thailand dimulai sejak Kerajaan Siam mengakui sisi Kerajaan Pattani Raya yang bi­asa disebut Pattani Darussalam.  

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya