Mulai tahun depan pemerintah akan menerapkan penguatan pendidikan karakter, atau full day school di tingkat SD dan SMP. Konsekuensinya, baik siswa mauÂpun guru akan lebih lama di sekolah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menyatakan, dalam pendidikan karakter, guru harus mendampingi siswa delapan jam selama lima hari. Artinya, 40 jam waktu siswa dan guru akan dihabiskan di sekolah.
Muhadjir meyakini, para murid akan dapat menikmati kebijakan ini. "Sebabnya tidak ada lagi PR di rumah, karena sudah diselesaiÂkan di sekolah," terang bekas rekÂtor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini. Berikut wawancara lengkapnya;
Program full day school ini kan masih banyak mendaÂpat penolakan dari orang tua, karena dianggap membebani siswa?Itu karena banyak yang belum paham. Sebetulnya tidak ada peÂnambahan jam pelajaran. Yang ada hanya penambahan aktifitas sekolah.
Maksudnya?Jadi dengan metode ini, seÂbagian besar jam belajar justru akan dihabiskan di luar kelas. Nantinya guru dan murid dimÂinta untuk lebih aktif dalam pola pembelajaran berbasis, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Apa bedanya dengan metode pembelajaran sebelumnya?Bedanya dengan metode pendidikan karakter, guru diharapkan bisa menerapkan meÂtode pembelajaran yang lebih bervariasi. Supaya bisa memÂbangun karakter siswa didik. Contohnya guru sekarang itu kan terlalu menikmati cara menÂgajar denganmetode ceramah. Padahal banyak metode lain yang bisa dipakai. Nah itu akan kami ubah, misalnya dengan metode role model maupun role playing.
Yang namanya belajar lama tetap saja menambah beban murid?Memang. Tapi kan itu dilakuÂkan dalam rangka pembentukan karakter siswa. Metodenya pun disesuaikan supaya siswa bisa menikmati.
Dan untuk memperingan beÂban mereka, pekerjaan rumah siswa akan dikurangi. Sistem yang saat ini menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) akan dihapuskan. Kami anggap LKS tidak banyak memberikan nilai tambah bagi siswa. Setiap murid memiliki kemampuan berkembang sendiri-sendiri, itu tidak bisa disama ratakan denganLKS.
Banyak juga yang protes karena kebijakan ini dianggap mengurangi waktu dengan keluarga?Kami sadar pelaksanaan proÂgram pendidikan karakter itu waktunya cukup panjang bagi murid dan guru. Maka dari itu kegiatan tersebut hanya dilakukan pada hari Senin-Jumat.
Sementara Sabtu dan Minggu sekolah diliburkan. Sabtu - Minggu akan menjadi hari keÂluarga. Tidak boleh ada PRatau lainnya agar dua hari libur itu, supaya orang tua bisa mengaÂjak anaknya untuk traveling di Indonesia yang sangat kaya tempat wisata ini.
Oh iya, kebijakan ini akan diterapkan sebentar lagi, persiaÂpannya sudah sejauh mana?Kami sudah mulai dengan pelatihan bagi para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah pada 1.500 sekolah sebagai percontohan (piloting) impleÂmentasi program penguatan pendidikan karakter.
Alhamdulillah, sambutan daerah-daerah sangat baik. Sudah banyak daerah yang minta menjadi tempat uji coÂba implementasi PPK, seperti Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Siak, Pasuruan, Gubernur Riau, Kalimantan Selatan, dan NTT. Kalau Sulawesi Tengah belum.
Pedoman teknisnya seperti apa?Di tingkat SD 70 persen pelajaran adalah menyangkut penguatan karakter, dan 30 persennya pelajaran keilmuan yang ditimba di ruang kelas. Sedangkan di tingkat SMP, 60 persen penguatan karakter dan 40 persen keilmuan.
Soal materi penguatan karakÂter Kemendikbud sudah menyÂusun pedoman umum. Namun, implementasi teknisnya, diberiÂkan keleluasaan kepada sekolah untuk mengaturnya.
Kenapa begitu?Sebab kami mau sekolah mandiri dalam merumuskan program penguatan karakter seÂsuai potensi lingkungan dengan mengutamakan kearifan, keungÂgulan, dan kecerdasan lokal. Masing-masing daerah atau sekolah saya harapkan tampil dengan ciri khas dan keungÂgulannya. Bahkan, diharapkan setiap sekolah punya branding atau hal menonjol.
Mungkin ada yang kuat dalam bidang religiositas, ada yang menonjol dalam kemahiran membaca Alquran, atau unggul dalam hal membentuk jiwa naÂsionalisme siswa. ***