Berita

Politik

Dimana Joko Bersembunyi???

JUMAT, 04 NOVEMBER 2016 | 19:17 WIB | OLEH: DJOKO EDHI

SELAMAT untuk Kapolri dan Panglima TNI telah menjaga bangsa sehingga demo 4 November 2016 berjalan damai. Apakah sukses? Tentu tidak. Sukses dan damai adalah terminologi dekonstruksi semantik.

Sukses 4 November itu hasil prosesi semantik, menunjukkan begitu tak berdayanya rakyat. Silent majority seperti semut yang untuk sekadar bicara tak mampu. Saya lihat demonstran 4 November itu membawa Bendera Merah Putih. Tak didominasi bendera FPI. Tak ada HTI. Tak ada bendera Muhammadiyah, atau NU yang sudah resmi melarang atributnya dipakai. Ada sekelebatan bendera bertulis La Ilaha Illahloh, tapi bukan yang di bendera ISIS. Tak ada saya lihat bendera Al Nusra atau simbol kaum terorisme.

Saya membaca semiotikanya, silent majority yang mencintai Tuhannya, Allah Subhanahu Wataala. Kerumunan orang-orang yang menghormati Al Quran Karim. Mereka yang kemarin difitnah sebagai ditunggangi, sebagai radikalis, etcetera.


Saya lihat mereka adalah bangsa. Semua kulit berwarna, seperti kulit saya. Semua warga negara Republik Indonesia asli yang menyebut diri bangsa. Tak ada di sana warga negara Indonesia berbangsa China.

Sebagian dari mereka datang dari luar Jakarta yang difitnah dibiayai pihak tertentu. Faktanya, banyak yang menjual hand phone-nya untuk ongkos ke Jakarta. Tega-teganya anda memfitnah orang-orang malang itu, silent majority yang sekadar untuk bicara tak mampu. Kini malah Presiden Jokowi tak bersedia menemui mereka.

Mereka menjual hand phone untuk sekadar bisa menyampaikan aspirasinya, malah tak kesampaian. Jokowi tak nongol. Yang nongol Wiranto, Menkopolhukam, Wapres Jusuf Kalla. Tentu saja ditolak. Mereka tahu itu kiat Mukidi.

Saya peroleh determinisme terminologis bangsa dan warga negara kemarin dari Bang Imran dalam seminar 'Indonesia Hari ini: Kami Melawan' di Taman Ismail Marzuki, sebuah catatan tentang Ahok dari Mochtar Efendy Harahap dan Ramly Kamidin.

Naskah proklamasi menyebut kalimat 'Atas nama bangsa Indonesia'. Bukan atas nama warga negara Indonesia. Siapa bangsa? Saya melihat demo 4 November itu atas nama bangsa Indonesia, bukan atas nama warga negara Republik Indonesia. Mereka tak sekadar warga negara yang siapapun bisa, melainkan bangsa Indonesia. Tak bisa anda mengajari mereka berbangsa. [***]

Penulis adalah mantan anggota Komisi III DPR RI  

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya