Berita

Ilustrasi/BBC

Dunia

Populasi Satwa Liar Turun Hingga 58 Persen Sejak 1970

KAMIS, 27 OKTOBER 2016 | 13:26 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Populasi satwa liar global mengalami penurunan drastis selama hampir 50 tahun terakhir.

Menurut peniliatan Living Planet yang dilakukan oleh Zoological Society of London (ZSL) dan WWF, sejak tahun 1970 lalu ada penurunan 58 persen populasi satwa liar global.

Bila tren semacam ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan bahwa pada tahun 2020 mendatang, penurunan populasi satwa liar bisa mencapai dua pertiga hewan vetebrata tahun 2020 mendatang.


Di populasi antara satwa liar yang berkurang adalah hewan yang hidup di danau, sungai dan lahan basah.

Penurunan populasi satwa liar tersebut salah satu penyebab utamanya adalah aktivitas manusia, termasuk hilangnya habitat, perdagangan satwa liar, polusi dan perubahan iklim.

"Ini cukup jelas di bawah 'bisnis seperti biasa' kita akan melihat penurunan terus di populasi satwa liar ini. Tapi saya pikir sekarang kita telah mencapai titik di mana benar-benar tidak ada alasan untuk membiarkan hal ini terus terjadi," kata Dr Mike Barrett. kepala sains dan kebijakan di WWF.

"Kami tahu apa penyebabnya dan kita tahu skala dampak yang manusia pada alam dan pada populasi satwa liar. Ini saatnya kita bertindak," tegasnya.

Laporan Living Planet ini dipublikasikan setiap dua tahun sekali dan bertujuan untuk menyediakan perkiraan soal populasi satwa liar di dunia saat ini.

Analisis ini melihat data yang dikumpulkan pada 3.700 spesies yang berbeda dari burung, ikan, mamalia, amfibi dan reptil atau sekitar 6 persen dari total jumlah spesies vertebrata di dunia.

Para peneliti kemudian menganalisis bagaimana ukuran populasi telah berubah dari waktu ke waktu sejak tahun 1970.

Laporan terakhir yang diterbitkan pada 2014, memperkirakan bahwa populasi satwa liar dunia telah dibelah dua selama 40 tahun terakhir.

Penilaian ini menunjukkan bahwa tren tersebut terus menerus terjadi.

Dr Barrett mengatakan beberapa kelompok hewan telah bernasib lebih buruk daripada yang lain.

"Kami melihat penurunan yang sangat kuat di lingkungan air tawar untuk spesies air tawar saja, penurunan mencapai hingga 81 persen sejak 1970. Hal ini terkait dengan cara air digunakan dan dibawa keluar dari sistem air tawar, dan juga fragmentasi sistem air tawar melalui pembangunan bendungan, misalnya," sambungnya. [mel]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya