Berita

Hendri Satrio

Pesan Kunci

Siapa Gubernur Pilihan Jokowi Di Jakarta?

SENIN, 10 OKTOBER 2016 | 05:43 WIB | OLEH: HENDRI SATRIO

JOKOWI adalah pusat perhatian politik Indonesia saat ini. Hampir semua yang dilakukan Jokowi menjadi acuan dan tren kegiatan politik di Indonesia.

Bahkan, para pelaku politik Indonesia dipaksa untuk terus memahami Jokowi, lagi dan lagi. Jokowi telah sukses membuat epicentrum politik di Indonesia.

Saat bicara Pilgub Jakarta, publik kembali menolehkan pandangan ke Istana tempat asal aroma Jokowi berhembus kuat.

Jokowi adalah legenda sekaligus pelaku sejarah yang menorehkan jenjang baru politik di Indonesia.

Terlepas kebetulan atau memang garis tangan, Jokowi adalah tokoh yang mampu memanfaatkan momentum politik, dari Walikota, Gubernur dan Presiden. Jakarta jelas tertoreh di garis sejarah itu.

Saat 2012 lalu Jokowi jelas bukan pilihan penguasa saat itu. SBY atau minimal parpolnya ada di kubu petahana, Fauzi Bowo.

Seperti yang kita ketahui, jagoan SBY itu kalah telak dari Jokowi, hingga akhirnya Jokowi juga yang meneruskan tongkat estafet kepresidenan dari SBY.

Untuk Pilkada 2017 kelak, aroma SBY kembali hadir. Melalui anak tertuanya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), publik nampaknya akan disuguhi rangkaian cerita nostalgia zaman SBY.

Jagoan lain yang hadir adalah tokoh yang dicitrakan  sebagai "teman dekat" Jokowi semasa Pemilu Presiden 2014 lalu, Anies Baswedan.

Ketika masa pengabdian Anies di Kabinet Kerja dipercepat oleh si empunya Kabinet, tak pelak publik berpolemik. Apalagi ada pihak yang mencitrakan Anies sebagai tokoh yang sengaja "dimatikan" Jokowi.

Prabowo menangkap sinyal ini. Apapun cerita di belakang pencalonan itu, dipasangkannya Anies dengan Sandi Uno pengusaha muda yang sudah lebih dulu menjajaki Jakarta dinilai publik sebagai langkah jitu.

Hadirnya dua tokoh tadi (SBY dan Prabowo) di gelanggang Jakarta membuat sahabat seperjuangan Jokowi 2012 lalu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berdebar. Kompetisi ini ternyata tidak semudah yang dia duga.

Hampir dapat dipastikan kali ini Ahok akan berkeringat di kompetisi yang sejak menggunakan sistem pilihan langsung tidak pernah ramah kepada petahana.

Adalah Megawati yang membuka gelanggang sengit buat Ahok. Dukungan PDI Perjuangan kepada Ahok ternyata membuat epicentrum Cikeas dan Hambalang menggeliat.

Dari 3 calon tersebut sepintas mudah menebak kemana arah aroma Jokowi hinggap. Hampir semua telunjuk publik Jakarta hampir menunjuk ke Ahok sebagai pilihan Jokowi.

Apalagi Ahok adalah calon yang sering mengumbar kedekatan itu. Dari pernyataan berbau dukungan seperti "Saya hanya melanjutkan program Jokowi" hingga peryataan kedekatan yang memang hanya layak diketahui seorang sahabat seperti "Tanpa pengembang Pak Jokowi tidak bisa jadi Presiden".

Tapi apakah Jokowi pasti langsung meletakkan dukungan Istana untuk Ahok?

Menurut saya belum tentu. Jokowi ini tokoh cerdas yang sulit ditebak. Intuisi politiknya sangat tajam membaca pergerakan politik.

Ahok memang teman dekatnya tapi tidak sedikit momen justru Ahok lah yang menggiring Jokowi menjauh dari loyalis Jokowi, rakyat kecil di Jakarta.

Berikutnya Anies Baswedan, sosok yang juga dekat dengan Jokowi saat Pilpres 2014 lalu. Kemungkinan besar publik yang sering berteriak Jokowi Yes, Ahok No akan mengalihkan suara ke tokoh yang sempat malu-malu untuk maju di Pilkada ini.

Nama Agus Harimurti Yudhoyono mungkin menjadi nama yang paling banyak tidak diunggulkan mendapat "aroma" Jokowi. Tapi belum tentu juga, kendati menyandang merek Yudhoyono, sosok AHY bisa jadi pilhan aman Jokowi bila ingin memperkuat koalisi di Pemerintahan. Bukan tidak mungkin bisa merangkul AHY jalan Jokowi dua periode bisa tercapai, walaupun kemungkinan sebaliknya tetap ada.

KPUD baru akhir Oktober nanti memutuskan secara resmi Paslon yang layak berlaga. Bila tidak ada "keajaiban" maka tiga pasang ini resmi bertanding.

Silahkan tentukan jagoan anda, mungkin saja jagoan anda itu juga penerima "aroma" Jokowi yang berpeluang besar menang di Pilgub 2017 kelak.

Penulis adalah Founder Lembaga Survei  KedaiKOPI, Akademisi Universitas Paramadina  (@satriohendri)

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya