Berita

Nasaruddin Umar/Net

Menangkap Makna Simbolik Hijrah (9)

Dari Qabilah Ke Ummah

SABTU, 08 OKTOBER 2016 | 08:35 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

HIJRAH dari sistem masyarakat qabilah ke sistem masyarakat ummah salahsatu misi risalah Nabi Muhammad Saw. Kata kabilah/qabilah dari bahasa Arab (qabilah) yang biasa diartikan den­gan suku (tribe). Sedangkan kata ummah berasal dari bahasa Hebrew/Ibrani, alef-mmm yang arti dasarnya cinta kasih. Kemu­dian menyeberang menjadi bahasa Arab umm yang arti dasarnya ibu. Umm diartikan ibu kar­ena ibu memiliki cinta kasih yang paling dalam. Dari akar kata alif-mim membentuk kata amam (keterdepanan, keunggulan), imam (imam sha­lat, pemimpin), ma'mum (pengikut imam, rakyat), amamah (konsep yang mengatur antara imam dan makmum serta pemimpin dan rakyat). Kes­eluruhan makna dasar ini menghimpun suatu ko­munitas khusus yang bernama ummah. Konsep ummah betul-betul sebuah kenyataan yang luar biasa bagi masyarakat Arab. Mukin ini merupak­an wujud revolusi mental yang pernah dilakukan seorang Nabi Muhammad Saw. Konsep ummah ideal (khaira ummah) inilah yang mengangkat na­manya disebut oleh Michael Hart dalam karyan­ya 100 tokoh yang pernah lahir dari perut bumi ini dan the best man-nya ialah Nabi Muhammad Saw. Thomas Carlile membatasi 11 tokoh dunia terbaik dalam sepanjang sejarah dan the best-nya tetap Nabi Muhammad Saw.

Kabilah dalam literature modern sering diartikan sebagai suatu komunitas yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan primordial seperti ikatan kesukuan, ikatan persamaan latar belakang sejarah, etnik, dan bahasa. Qabilah biasa diartikan dengan tribe dalam bahasa Inggeris yang berarti suku bangsa tertentu yang menghimpun sejumlah suku-suku local yang kecil-kecil, namun belum bisa disebut umat karena tidak memiliki unsur-unsur tenten­tu. ummah lebih bersifat universal-cosmopolitan. Ternyata jauh sebelum lahirnya Negara modern, yang kemudian dikenal sebagai nation state sen­di-sendinya sudah dipraktekkan dalam komuni­tas ummah yang dibangun Rasulullah Saw. Tidak heran kalau para pengamat dan ilmuan Barat me­nyebut Nabi Muhammad terlalu cepat lahir men­dahului zamannya.

Sebuah masyarakat bisa disebut ummah jika unsure-unsur pokok sudah tercakup di dalam masyarakat. Di anranya ialah: Adanya kasih sayang yang mengikat dalam suatu komuni­tas, adanya pemimpin yang disegani dan ber­wibawah, adanya makmun atau rakyat yang kri­tis tetapi santun, adanya system yang mengatur antara yang memimpin dan dipimpin, dan adanya ideology kebersamaan yang bersifat kosmopoli­tan. Jika ada unsur yang kurang dari lima unsur ini maka tidak bisa disebut umat. Mungkin hanya bisa disebut golongan (khizb), suku (sya’bun), ko­laborasi beberapa suku (qabilah), atau komunitas tanpa idealisme dan ideology yang jelas (qaum). Dalam tradisi masyarakat Arab masih banyak lagi penggolongan komunitas.


Jika kita mendalami konsep komunitas di da­lam Al-Qur’an maka ada sejumlah komunitas muslim sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. al- Hujurat/49:13: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan se­orang perempuan dan menjadikan kamu ber­bangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu".

Mungkin pertanyaan menarik ialah, apakah komunitas Islam Indonesia bisa disebut umat atau belum kita lihat unsur-unsur yang mem­persatukan komunitas Islam di Indonesia. Da­lam lintasan sejarah bangsa Indonesia, secara politis belum pernah tampil sebagai pemenang di dalam pemilihan umum. Kaum nasionalis se­lalu lebih dominan, meskipun kaum nasionalis itu pada umumnya diisi oleh komunitas Islam. Sebagian pakar mengklaim bahwa komunitas muslim Indonesia sudah dapat disebut umah mengingat unsur pokok yang harus dipenuhi sebuah umat sudah lengkap. Namun sebagian lainnya belum bisa menyebutnya sebagai suatu umat karena ikatan-ikatan keumatan masih terkalahkan oleh ikatan-ikatan lainnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya