MASIH ingatkah kita sewaktu Gusdur baru terpilih menjadi presiden, mencap lembaga DPR sebagai Taman Kanak Kanak (TK)? Benar.
Memang banyak kisah konyol seputaran anggota Dewan. Dari terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK, beredarnya video mesum antarsesama anggota dewan atau dengan artis, ketangkep nonton video porno dan molor saat rapat, bahkan mukulin pembantunya sampai babak belur di lift gedung DPT.
Dagelan demi dagelan pun dipertontonkan elit parpolnya. Membentuk Koalisi Merah Putih (KMP), katanya untuk melakukan
check and balance terhadap pemerintahan. Setelah mendapat jatah jabatan di parlemen,
eiit... konyolnya elit parpol yang tergabung dalam KMP itu dalam hitungan sekejap mata telah melompat ke penguasa. Tidak ada malu lagi menjilat pantat penguasa demi kursi kabinet.
KMP yang diharapkan publik sebagai oposisi pun bubar. Tinggal Gerindra dan PKS yang konsisten.
Nah biar
kagak terlalu penat dengan soal politik, mari kita menyimak cerita humor seputaran dewan berikut:
Suatu hari di salah satu ruangan gedung MPR atau DPR. Seorang anggota dewan yang baru diangkat, terlihat masih canggung, lugu dan serba kikuk. Rupanya ia adalah wakil dari daerah dan belum pernah bekerja atau memiliki ruangan yang megah.
Beberapa saat kemudian, ada yang mengetuk pintu ruangannya. Sesudah dibuka, berdiri di hadapannya dua orang dengan kopor besar dan segulungan kabel.
Wah ini pasti wartawan TV yang mau mewawancarai aku. Pikirnya dalam hati. Supaya terlihat berwibawa, sibuk dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telpon dia berkata: Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini.
Lalu selama beberapa puluh menit dia menelpon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi, sambil sekali-sekali menyebut-nyebut, demi rakyat atau kepentingan rakyat keras-keras. Setelah selesai telpon dia berkata pada kedua orang tamunya.
Nah, sekarang wawancara dapat kita mulai. Kata anggota dewan tersebut. Kedua orang itu tampak bingung dan perpandangan. Akhirnya salah satunya berkata:
"Maaf Pak, kami datang kesini mau memasang saluran telepon Bapak."
Fuad Abdulloh Pengamat Media