Budayawan dan ahli sejarah Betawi, Ridwan Saidi, mengatakan, sampai saat ini tidak ada yang bisa dibanggakan dari calon gubernur petahana di Pilkada Jakarta, Basuki Purnama alias Ahok.
Alasan-alasan Ridwan mengatakan hal itu adalah beberapa fakta yang ia simak. Pertama, praktik penggusuran yang dilakukan Ahok di ratusan titik sebagian besar tanpa dasar hukum. Ahok menggusur warga di bantaran sungai tanpa memperhatikan jarak sempadan yang ada dalam peraturan.
"Kalau mau gusur bantaran kali itu kan harus ada batas. Misalnya, gusur pemukiman di bantaran rel kereta yang melanggar batas 7 meter. Terus sekarang berapa batas untuk membangun pemukiman di bantaran kali? Di (lokasi penggusuran) Kalijodo itu 60 meter baru ada rumah dari sungai," kata Ridwan dalam diskusi Adu Strategi di Tanah Betawi, di Cikini, Jakarta, Sabtu (1/10).
"Penggusuran itu harus ada dasar hukumnya," tekan Ridwan.
Selain itu ia menyebut kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta adalah manipulasi terhadap Keputusan Presiden 52 Tahun 1995 Tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Di era Gubernur Fauzi Bowo, reklamasi yang dimaksudkan adalah pengurukan pantai, bukan offshore development.
"Reklamasi itu pengurukan, bukan offshore development. Jadi di zaman Fauzi Bowo itu pengurukan," tegasnya.
Menurutnya, selain penggusuran dan reklamasi, ia melihat dua tahun terakhir ini situasi sosial politik di DKI Jakarta tidak pernah mengalami kedamaian. Hal itu terjadi karena sang pemimpin Pemprov selalu mengeluarkan pernyataan yang meresahkan masyarakat.
"Jadi apa yang mau dibanggakan dari Ahok? Kita serahkan saja kepada rakyat Jakarta. Warga Jakarta sudah nonton debat Donald Trump dan Hillary Clinton (pasangan calon di Pilpres Amerika Serikat). Nanti kita akan lihat siapa yang jadi Donald Trump," ucapnya.
[ald]