Berita

Publika

Tuhan Tak Pernah Tidur

JUMAT, 30 SEPTEMBER 2016 | 17:46 WIB

KETIKA sepi suara lantang di jalan. Ketika sepi muda-mudi gagah bergandeng tangan menghadang barikade pasukan. Dan tak terlihat lagi muda-mudi keluar-masuk perkampungan membawa gagasan dan tindakan kerakyatan. Maka, tak sedikit di antara kita yang masih meletakkan harapannya pada Pemilu.

Jalan konstitusional pada akhirnya harus dilalui. Meski tak serupa kehendak sejati. Demi merawat cita-cita besar. Menjaga kesabaran yang katanya masih revolusioner itu. Masih tekun mendampingi korban. Mewujudkan cinta kasih pada kemanusiaan. Seraya terus berikhtiar terjadi perubahan. Setidaknya pergantian pimpinan.

Namun di sana masih ada saja yang sungguh-sungguh muak pada proses konstitusional bernama Pemilu. Sikap yang demikian, tentu mengandung bermacam alasan. Pun dapat membuka ruang penguasa jahat kembali bebas berbuat bengis nir kontrol publik. Pemilu bagi penguasa jahat tak lebih sekedar sebuah proses melanggengkan perilaku kejam dan bengis. Menggusur kaum papa. Merampas tanah, rumah, pekerjaan, merampas segala kehidupan. Pembangunan yang melahirkan anak-anak kemiskinan. Alih-alih membangun infrastruktur, yang terjadi justru menggusur infrastruktur kehidupan ekonomi kaum papa.


Bagi penguasa jahat, golongan putih Pemilu akan dijadikan sahabat. Setiap hari bertemu dengan kekecewaan, ketidakberdayaan, dan putus asa. Dihadapkan pada kebobrokan, kerusakan hukum dan kehancuran kemanusiaan. Dan hari ini, segala kebengisan dan tindakan brutal penguasa jahat akan diabdikan sepenuhnya demi melahirkan anak-anak golongan putih pemilu.

Janji itu memang setinggi langit. Berujar sungguh-sungguh demi kesejahteraan umum. Atau malah kesejahteraan bagi segelintir cukong hitam?!

Tuhan tak pernah tidur. Begitulah ujaran keyakinan yang masih menyisakan asa. Dari puing-puing rumah tergusur, dari dalam bilik-bilik suara, rakyat akan membuat perhitungan. Hari penghakiman telah tiba. Pengadilan bagi penguasa jahat. Kemenangan kepada kaum papa.[***]


Tino Rahardian S.

Pemerhati sosial budaya di Jakarta


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya