Salah satu korban yang masih kritis akibat pagar Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ambruk adalah Abbaiya Al Faiq.
Bocah lima tahun ini masih dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, kemarin.
Abbaiya tidak sendirian. Dua keluarganya, bahkan menjadi korban tewas. Yaitu, kakaknya, Aisyah Zahra Ramadani (8) dan neneknya, Sri Hartati (52).
Saat ini, Abbaiya masih diraÂwat intensif di ruang PICU yang berada di lantai tiga Gedung Bougenville, RSUP Fatmawati. Ruang perawatan khusus gawat darurat itu, bisa diakses mengÂgunakan lift.
Sesampai di lantai ini, langÂsung berjumpa ruang perawatan khusus anak-anak. Seluruh akses pintu menuju ruang perawatan tertutup rapat. Hanya keluarga pasien yang bisa keluar masuk ruang perawatan.
Ruang tunggu di dekat kamar perawatan juga dibatasi, hanya dua orang yang diperbolehkan masuk. Selebihnya, keluarga besar pasien disediakan ruang tunggu yang berada di samping ruang perawatan.
Ruangannya cukup lebar dan bisa menampung hingga 50 orang. Namun, Wini Riesta, staf humas RSUP Fatmawati melarang awak media bertemu keluarga korban Abbaiya. "Maaf, ibunya Abbaiya masih terus meÂnangis. Keluarganya juga sudah membuat pernyataan tertulis ke kami, tidak mau memberi ketÂerangan ke media," ujar Wini.
Wini menjelaskan, kondisi Abbaiya masih belum stabil, sehingga masih dirawat intenÂsif di ICU. "Mungkin kalau kondisi anaknya sudah stabil, keluarganya baru mau bicara," katanya.
Wanita yang mengenakan seragam warna coklat muda ini menambahkan, Abbaiya masuk ke ruang ICU sejak Minggu pagi (25/9). "Sebelumnya dirawat terlebih dahulu di ruang emerÂgency karena kondisinya luka berat di kepala akibat benturan," jelasnya.
Namun kemarin, lanjut Wini, kondisinya sudah berangsur-angsur membaik, walaupun masih belum stabil. "Masih diobservasi oleh dokter bedah syaraf. Kalau kondisinya sudah memungkinkan, baru dilakukan operasi," jelasnya.
Untuk biaya perawatan Abbaiya selama di rumah sakit, Wini mengatakan, hingga saat ini belum diketahui dari mana sumber dananya. "Tapi, saat Abbaiya masuk ke sini, orang-orang Pemprov DKI sudah mendata, siapa saja korban yang dirawat," ucapnya.
Wini mencatat, korban JPO yang dirawat di RS Fatmawati hanya satu orang. Selebihnya, dirawat di beberapa rumah sakit berbeda seperti RS Siaga, RS Pasar Minggu dan RS Tarakan. Seperti diketahui, dalam peristiwa ini, tiga orang meninggal dunia dan tujuh menderita luka berat. "Biasanya kalau sudah ada yang mendata, semua biaya ditanggung pemerintah," ucapnya.
Sebab, kata dia, biaya perawaÂtan selama di ICU cukup besar. Setiap harinya sebesar Rp 1,2 juta. "Biaya tersebut belum terÂmasuk obat dan tindakan dokter. Total seluruhnya bisa sampai 3 juta per hari," jelasnya.
Setelah dari ruang ICU, lanjut Wini, korban tidak diperbolehÂkan langsung pulang dan harus dirawat terlebih dahulu di ruang rawat inap selama beberapa hari hingga kondisi pasien betul-betul sehat. "Paling cepat seminggu," sebut dia.
Namun, ia belum bisa memasÂtikan berapa lama Abbaiya akan dirawat di RS Fatmawati karena semua sangat tergantung kondisi korban. "Kalau sudah sehat, bisa langsung pulang. Yang penting, semoga pasien lekas sembuh," doanya.
Di kesempatan sebelumnya, Hendra, ayah Abbaiya melurusÂkan informasi yang menyebut anaknya meninggal dunia akibat tertimpa JPO di Pasar Minggu. "Kabar itu salah," kata Hendra.
Pria berumur 30 tahun ini, mendapat kabar keluarganya kena musibah tertimpa JPO hari Minggu (25/9) pukul 04.00 WIB. "Habis kerja malam, saya pulang. Tak lama kemudian, adik ipar saya telepon. Kemudian melihat pemberitaan. Kabar dari keluarga saya cuma dua yang meninggal, tapi pemberitaan tiga nama. Aduh, saya makin kalut," kata Hendra dengan suara berat.
Setelah mendapat kabar terseÂbut, Hendra langsung meminta izin atasannya dan buru-buru balik ke Jakarta, dan sampai di Jakarta pukul 09.00 WIB. Setelah sampai, dirinya meÂnyempatkan diri terlebih dahulu menghadiri pemakaman mertua dan anak sulungnya di TPU Kampung Srengseng Sawah, Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setelah menghadiri pemakaÂman mertuanya, Hendra berÂsama keluarganya menuju ke RS Fatmawati untuk menjaga anak bungsunya. "Yang terÂpenting, anak saya yang tersisa sehat. Sama-sama berdoa saja," pintanya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Koesmedi Priharto menyebut, saat ini masih ada lima korban luka akiÂbat robohnya JPOPasar Minggu yang dirawat di rumah sakit. Yaitu, Abbaiya, warga Kampung Pitara, Pancoran Mas, Depok, yang dirawat di RS Fatmawati, masih dalam keadaan kritis. "Dua orang di RSUD Pasar Minggu dan dua lagi di RSUD Tarakan," ujar Koesmedi.
Koesmedi mengatakan, kedua orang korban yang masih diraÂwat di RSUD Pasar Minggu atas nama, Ardiansyah (8) dan Yanah (32), warga Jalan F, Gang C, RT 07/04, Kebon Baru, Tebet. "Keduanya merupakan anak dan ibu," sebut dua.
Sementara, yang dirawat di RS Tarakan, atas nama Rumaisah Azizah (22), tercatat warga Totosari RT 03/14, Kelurahan Panjang, Lawean, Kabupaten Surakarta yang kos di Jakarta. Sedangkan korban lain atas nama Azikri Alkabi (5), merupakan anak dari korban Yanah dan adik dari korban Ardiansyah yang dirawat di RSUD Pasar Minggu.
Sedangkan ketiga korban yang dipebolehkan pulang yaitu, Karima Nur Firdausy (23), warga Windan Baru, RT 04/07, Gumpang, Kertasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, yang kos di Jakarta. Kemudian, Didi (18) warga Serang, Banten dan Ahlan (15) warga Kampung Jawa, Pasar Mingu. "Tapi ketiÂganya masih rawat jalan. Karima di RSUD Pasar Minggu, sedangÂkan Didi dan Ahlan di RS Siaga Raya," jelasnya. ***