Kementerian sosial (Kemensos) meminta lapisan masyarakat, utamanya orang tua dan para pendidik untuk mewaspadai peredaran narkoba di kalangan anak-anak. Sebab, selain di sekolah peredaran narkoba sudah masuk sampai ke kelurahan dan desa-desa.
Hal tersebut disampaikan, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri acara Tabligh Akbar dan Ikrar Laskar Antinarkoba Muslimat Nahdatul Ulama (NU) se-Magetan, kemarin.
Turut hadir, Bupati Magetan Sumantri, dan ribuan anggota Muslimat NU.
Mensos menilai, bisnis narkoba memang menggiurkan. Setidaknya ada sekitar Rp 72 triliun uang yang beredar di masyarakat dari bisnis haram ini.
"Tidak heran masih ada segelintir pihak yang berani menekuni bisnis ini kendati pemerintah telah menetapkan hukuman mati bagi para pengeÂdar narkoba ini," katanya.
Menurut data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN), ada sekitar Rp 72 triliun uang rakyat untuk beli narkoba dalam setahun.
"APBD Magetan saja Rp 1,6 triliun. Kalau Rp 72 triliun itu dipakai oleh Magetan, maka bisa setara dengan membangun Magetan sampai 40 tahun. Jadi ini sudah sangat meresahkan dan membahayakan negeri ini," kata Khofifah.
Khofifah menilai, peredaran narkoba saat ini makin memÂprihatinkan. Sebab, narkoba tidak hanya beredar pada orang dewasa, tetapi juga beredar di kalangan anak-anak. Yang lebih mencemaskan, peredaran narkoba bahkan masuk sampai ke kelurahan dan desa-desa.
"Di berbagai pertemuan denÂgan kepala desa, mereka tidak ada yang berani mengklaim desanya bebas narkoba. Artinya, narkoba sudah masuk ke maÂna-mana, bahkan sampai ke desa. Karena memang bisnis narkoba sangat menggiurkan," kata Khofifah.
Ketua Umum Muslimat NU ini menuturkan, sebenarnya bahaya laten narkoba sudah diÂdeteksi sejak tahun 90-an.
"Pada 1997 lalu, saya suÂdah sampaikan dalam dalam forum PBB untuk membahas permasalahan tentang bahaya narkoba. Sebab, dalam forum tersebut, ada dua menteri dari Eropa yang bilang pil ekstasi rakitan Indonesia, paling disuÂkai anak-anak muda di negeri mereka," katanya.
Menurut Khofifah, banyak pihak yang masih merasa bahwa narkoba itu merupakan produk yang datang dari luar negeri. Padahal, keterangan dua orang menteri dari Eropa tersebut, kata Khofifah, sudah cukup untuk menyebutkan bahwa Indonesia sudah termasuk produsen narkoba dunia.
"Tahun 1997 sebetulnya kita sudah bisa memproduksi pil ekstasi sampai dengan tahun 2016, bisa dibayangkan bahwa ini sudah masuk ke sangat banyak lini-lini strategis masyarakat Indonesia," katanya.
Karena itu, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat utamanya kepada para orang tua termasuk para pendidik untuk mewaspadai peredaran narkoba di kalangan anak-anak. Apalagi dia melihat narkoba saat ini telah masuk lingkungan sekolah.
Khofifah lalu mengutip pernyataan salah satu kepala daerah yang menemukan dalam satu sekolah ternyata banyak yang mengonsumsi narkoba.
"Saya pernah berdialog denÂgan salah satu wali kota, membaÂhas permasalahan narkoba yang sudah menjangkiti kalangan remaja. Dia bercerita pernah melakukan pemeriksaan seluruh murid di salah satu SMA di koÂtanya. Di salah satu kelas, dari total 38 siswa di kelas, tenyata hanya 3 yang mengaku tidak pernah mengonsumsi narkoba," tuturnya.
Yang lebih mengkhwatirÂkan, sambung dia, anak-anak ternyata ada yang menjadi kurir narkoba.
Khofifah menuturkan pengalaman saat mengunjungi salah satu Lapas anak, di mana dia mendapati lebih dari 50 persen anak penghuni lapas tersebut merupakan kurir narkoba.
Para bandar, kata dia, ternyata memanfaatkan anak-anak ini untuk mencari celah menghinÂdari hukum. Sebab, mereka tidak bisa mendapatkan pemberatan hukuman dan maksimum sepaÂruh dari maksimum hukuman orang dewasa.
"Jadi ini PR kita sebab mereka adalah generasi penerus pemÂbangunan di negeri ini," kata Khofifah.
Dia pun meminta para Laskar Anti Narkoba ini terus memÂbentuk jaringan hingga ke desa-desa. Diharapkan, melalui para laskar ini masyarakat mewasÂpadai bahaya narkoba di mana pun berada.
"Bisa disampaikan di setiap forum dan pengajian terkait bahaya narkoba. Jadi, kalau membangun karakter bangsa, kita harus sehat lahir dan baÂtin. Jangan sampai mencoba narkoba, sekali mencoba akan ketagihan. Kalau ketagihan sama saja menjemput ajal," tambah dia. ***