Berita

Khofifah Indar Parawansa /Net

Hukum

Mensos Sebut Rp 72 Triliun Duit Rakyat Buat Beli Narkoba

Di Depan Santri Magetan
SENIN, 26 SEPTEMBER 2016 | 08:21 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kementerian sosial (Kemensos) meminta lapisan masyarakat, utamanya orang tua dan para pendidik untuk mewaspadai peredaran narkoba di kalangan anak-anak. Sebab, selain di sekolah peredaran narkoba sudah masuk sampai ke kelurahan dan desa-desa.

Hal tersebut disampaikan, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri acara Tabligh Akbar dan Ikrar Laskar Antinarkoba Muslimat Nahdatul Ulama (NU) se-Magetan, kemarin.

Turut hadir, Bupati Magetan Sumantri, dan ribuan anggota Muslimat NU.


Mensos menilai, bisnis narkoba memang menggiurkan. Setidaknya ada sekitar Rp 72 triliun uang yang beredar di masyarakat dari bisnis haram ini.

"Tidak heran masih ada segelintir pihak yang berani menekuni bisnis ini kendati pemerintah telah menetapkan hukuman mati bagi para penge­dar narkoba ini," katanya.

Menurut data terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN), ada sekitar Rp 72 triliun uang rakyat untuk beli narkoba dalam setahun.

"APBD Magetan saja Rp 1,6 triliun. Kalau Rp 72 triliun itu dipakai oleh Magetan, maka bisa setara dengan membangun Magetan sampai 40 tahun. Jadi ini sudah sangat meresahkan dan membahayakan negeri ini," kata Khofifah.

Khofifah menilai, peredaran narkoba saat ini makin mem­prihatinkan. Sebab, narkoba tidak hanya beredar pada orang dewasa, tetapi juga beredar di kalangan anak-anak. Yang lebih mencemaskan, peredaran narkoba bahkan masuk sampai ke kelurahan dan desa-desa.

"Di berbagai pertemuan den­gan kepala desa, mereka tidak ada yang berani mengklaim desanya bebas narkoba. Artinya, narkoba sudah masuk ke ma­na-mana, bahkan sampai ke desa. Karena memang bisnis narkoba sangat menggiurkan," kata Khofifah.

Ketua Umum Muslimat NU ini menuturkan, sebenarnya bahaya laten narkoba sudah di­deteksi sejak tahun 90-an.

"Pada 1997 lalu, saya su­dah sampaikan dalam dalam forum PBB untuk membahas permasalahan tentang bahaya narkoba. Sebab, dalam forum tersebut, ada dua menteri dari Eropa yang bilang pil ekstasi rakitan Indonesia, paling disu­kai anak-anak muda di negeri mereka," katanya.

Menurut Khofifah, banyak pihak yang masih merasa bahwa narkoba itu merupakan produk yang datang dari luar negeri. Padahal, keterangan dua orang menteri dari Eropa tersebut, kata Khofifah, sudah cukup untuk menyebutkan bahwa Indonesia sudah termasuk produsen narkoba dunia.

"Tahun 1997 sebetulnya kita sudah bisa memproduksi pil ekstasi sampai dengan tahun 2016, bisa dibayangkan bahwa ini sudah masuk ke sangat banyak lini-lini strategis masyarakat Indonesia," katanya.

Karena itu, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat utamanya kepada para orang tua termasuk para pendidik untuk mewaspadai peredaran narkoba di kalangan anak-anak. Apalagi dia melihat narkoba saat ini telah masuk lingkungan sekolah.

Khofifah lalu mengutip pernyataan salah satu kepala daerah yang menemukan dalam satu sekolah ternyata banyak yang mengonsumsi narkoba.

"Saya pernah berdialog den­gan salah satu wali kota, memba­has permasalahan narkoba yang sudah menjangkiti kalangan remaja. Dia bercerita pernah melakukan pemeriksaan seluruh murid di salah satu SMA di ko­tanya. Di salah satu kelas, dari total 38 siswa di kelas, tenyata hanya 3 yang mengaku tidak pernah mengonsumsi narkoba," tuturnya.

Yang lebih mengkhwatir­kan, sambung dia, anak-anak ternyata ada yang menjadi kurir narkoba.

Khofifah menuturkan pengalaman saat mengunjungi salah satu Lapas anak, di mana dia mendapati lebih dari 50 persen anak penghuni lapas tersebut merupakan kurir narkoba.

Para bandar, kata dia, ternyata memanfaatkan anak-anak ini untuk mencari celah menghin­dari hukum. Sebab, mereka tidak bisa mendapatkan pemberatan hukuman dan maksimum sepa­ruh dari maksimum hukuman orang dewasa.

"Jadi ini PR kita sebab mereka adalah generasi penerus pem­bangunan di negeri ini," kata Khofifah.

Dia pun meminta para Laskar Anti Narkoba ini terus mem­bentuk jaringan hingga ke desa-desa. Diharapkan, melalui para laskar ini masyarakat mewas­padai bahaya narkoba di mana pun berada.

"Bisa disampaikan di setiap forum dan pengajian terkait bahaya narkoba. Jadi, kalau membangun karakter bangsa, kita harus sehat lahir dan ba­tin. Jangan sampai mencoba narkoba, sekali mencoba akan ketagihan. Kalau ketagihan sama saja menjemput ajal," tambah dia. *** 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya