PT Kaltim Parna Industri (KPI) menerima penghargaan Nihil Kecelakaan Kerja dari Kementerian Ketenagakerjaan. Penghargaan diberikan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri kepada PT KPI yang diwakili Direktur Produksi Abdullah Matadji pada 18 Mei 2016 lalu.
Penghargaan Nihil Kecelakaan Kerja diperoleh KPI yang ke 13 berturut-turut atas keberhasilan melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja. Serta berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di lokasi bekerja tanpa menghilangkan waktu kerja.
Sejak mulai berproduksinya pada 2001, pabrik amoniak PT KPI yang berlokasi di Kota Bontang, Kalimantan Timur mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan roda perekonomian di Indonesia seperti, peningkatan ekspor amoniak, penyediaan kebutuhan amoniak dalam negeri, penerimaan pajak negara, pelestarian lingkungan, pendidikan dan penambahan lapangan kerja serta adanya multiplayer effect di sektor regional.
"Saat ini PT KPI adalah satu-satunya pabrik amoniak yang dimiliki swasta nasional di Indonesia. Hal ini merupakan aset nasional yang harus dikelola dan dipelihara dengan baik," ujar Direktur Teknis PT KPI Hari Supriadi di Jakarta, Jumat (23/9).
Hari menjelaskan, dengan pencapaian 4990 hari dan lebih dari 11.000.000 jam kerja (per 4 September 2016) tanpa kecelakaan kerja, menjadikan KPI salah satu industri petrokimia yang terbaik dalam penanganan masalah keselamatan kerja. Mengingat, industri amoniak mempunyai dampak potensi bahaya besar apabila tidak dikelola dengan baik dan cerdas dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
"Kegagalan pengelolaan safety di industri petrokimia dapat mengakibatkan bencana yang fatal. Seperti kejadian di Bopal India beberapa tahun lalu," katanya.
Dalam bidang ketenagakerjaan, KPI sejak tahun 2013 sudah tidak mempekerjakan orang asing lagi, yang artinya sebanyak 300 tenaga kerja di perusahaan ini adalah 100 persen putra-putri bangsa Indonesia yang profesional, banyak lulusan universitas ternama seperti dari ITB, UGM, ITS dan UI bekerja di KPI.
Pabrik amoniak KPI merupakan pabrik petrokimia berbahan baku gas bumi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi, dengan menggunakan teknologi yang terkini. Sistem pengoperasian pabrik didesign dengan automatic system menggunakan fasilitas advanced process control pada saat kondisi normal.
Seiring dengan turunnya berbagai harga komoditi di beberapa waktu terakhir ini, tak terkecuali harga amoniak di pasar dunia, maka kendala yang dihadapi oleh KPI saat ini adalah tingginya harga bahan baku (gas alam) yang dibayar oleh KPI. Akibatnya perusahaan sangat sulit bersaing dengan perusahaan lain terlebih dengan perusahaan luar negeri sejenis yang memproduksi amoniak.
"Tentunya apabila pemberlakuan harga gas yang tinggi ini berlanjut terus akan mengancam kelangsungan perusahaan ini. Tidak dapat dipungkiri, ancaman kelangsungan perusahaan yang telah turut membangun bangsa Indonesia ini, juga menjadi ancaman bagi Bangsa Indonesia," ucap Hari.
Padahal, kata Hari, bila perusahaan bisa mendapatkan harga gas yang wajar, maka perusahaan dapat lebih berperan lagi di dalam program-program pemerintah diantaranya, meningkatkan peran dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan melalui Corporate Social Responsibilty (CSR), melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan dan teknologi dengan institusi-institusi seperti perguruan tinggi, sekolah menengah, dan juga pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi kreatif, serta membantu lingkungan masyarakat sekitar dalam perbaikan infrastruktur, dan lain-lain.
"Ini menjadi suatu kebanggan bagi bangsa Indonesia, bilamana kita dapat bersaing, bahkan menjadi pemenang dalam pasar di Asia Pasific, terutama dalam industri petrokimia. Beberapa perusahaan asing telah belajar banyak di KPI, namun mereka bisa menjadi lebih besar dikarenakan harga bahan baku di negaranya jauh lebih rendah di banding dengan harga bahan baku (gas alam) yang dibayarkan oleh perusahaan swasta nasional ini," jelasnya.
Dengan harga gas yang wajar dan seluruh industri di Indonesia berhasil menerapkan norma-norma K3, diharapkan cita-cita bangsa Indonesia di dalam Nawa Cita sebagai agenda prioritas Pemerintah Indonesia yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional untuk bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dapat segera terwujud.
Dengan harga bahan baku (gas alam) yang wajar dengan tinggat keekonomian yang sesuai dengan industri amoniak, maka KPI sebagai produsen Ammonia di Indonesia, berencana untuk mengembangkan unit bisnisnya. diantaranya: Soda Ash plant, Ammonium Nitrate, Caprolactam, dan Dry Ice plant.
Di samping membuat pabrik turunan dari Ammonia, PT. KPI juga berencana untuk memberikan sumbangsih ke masyarakat dunia, yaitu dengan mendukung budidaya algae oleh masyarakat sekitar buffer zone. Pembudidayaan algae ini akan menjadi pilot project pemanfaatan CO2, baik untuk skala rumah tangga maupun untuk skala industri.
Permasalahan harga bahan baku amoniak yaitu natural gas sebagai trigger dari keseluruhan rencana pengembangan di atas. Dengan mendapatkan harga natural gas yang rendah dan tingkat keekonomian yang layak sudah barang tentu akan menjadi tumbuhnya industri-industri baru.
"Hal ini akan menyerap banyak tenaga kerja baik tenaga ahli maupun tenaga non ahli dari seluruh penjuru Nusantara. Terlebih pada penduduk lokal di sekitar pabrik itu sendiri," demikian Hari.
[wah]