Rohadi, Panitera Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara dikenal sebagai PNS tajir, alias kaya raya. Namun, jauh sebelum mendapatkan semua hartanya seperti sekarang ini, Rohadi dikenal hidup sederhana.
Sebelum tinggal di rumah yang terbilang bagus di Harapan Baru Regency, Bekasi, rumah Rohadi sebelumnya cukup sederÂhana di Rawa Bebek, Bekasi.
Rumah Rohadi di Rawa Bebek, masuk ke sebuah gang sempit. Tamu yang menggunaÂkan kendaraan roda empat, harus turun di sebuah mulut gang. Di mulut gang itu terdapat sebuah warung makan yang hanya buka malam hari. Sedangkan di sisi lain, sebuah rumah besar.
Dari mulut gang itu, harus berjalan kaki atau membawa sepeda motor pelan-pelan. Gang kecil itu berkelok-kelok dengan pemandangan baju-baju warga yang digantung di depan rumah-rumah.
Setelah berjalan 300 meter dari gang utama, bagi yang ingin berkunjung ke rumah Rohadi, harus masuk gang lagi yang lebih sempit dari gang utama. Rumah Nomor 22 itu "tersembunyi" sekitar 7 meter dari gang utama.
"Rohadi pindah ke sini awal tahun 90-an hingga 2003," kata Ketua RT 3 Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat, Mikun Prayitno saat ditemui.
Rohadi tinggal di rumah ukuÂran 21 meter itu setelah diterima bekerja sebagai sipir di Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Saat itu, dia datang dengan istri dan anak pertamanya.
Sebelum kaya, sehari-hari Rohadi berjalan kaki, lalu pergi ke kantor menumpang temannya yang membawa sepeda motor. Selain menjadi sipir, Rohadi juga dikenal jualan bakso dan mie ayam di tempat kerjanya.
"Dia pulang pergi memakai baju sipir. Dulu dia tidak punya kendaraan," jelas Mikun.
Sekarang yang menempati rumah di gang sempit ini bukan lagi Rohadi dan keluarganya. "Rumah itu ditinggali keponaÂkannya Pak Rohadi. Tapi, alamat di KTP Pak Rohadi masih di sini. Kalau aslinya, dia tinggal di rumah barunya, tidak jauh dari sini," lanjut Mikun.
Sebelum ditahan KPK, Rohadi tinggal di rumah barunya yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah lamanya. Namun, dua bangunan itu tampak kontras.
Rumahnya yang baru terletak di kompleks perumahan Harapan Baru Regency, Bekasi. Rumah berlantai satu itu, memiliki teras yang luasnya sekitar lima kali ruÂmah sebelumnya. Di ujung jalanÂnya, dua pos petugas pengamanan yang berjaga siang dan malam.
Seorang tetangganya menyeÂbut, Rohadi tidak tinggal berÂsama keluarganya di rumah baru itu. "Cuma Pak Rohadi, sopir dan pembantunya yang tinggal di rumah itu," sebutnya.
Meski rumah sederhananya sudah ditempati anggota keÂluarga lain, silaturahmi Rohadi dengan bekas tetangganya tetap berjalan. "Walau cuma sebentar, dia datang kalau ada acara warga atau ada yang meninggal," tamÂbah Mikun.
Mikun menambahkan, ada peningkatan kemakmuran yang signifikan pada Rohadi sejak 2003. Selain pindah ke tempat tinggal yang jauh lebih mewah, setiap datang ke tempat tinggal lamanya, dia selalu memakai mobil. "Kalau datang ke sini, sopirnya parkir di depan gang. Dia masuk jalan kaki, kan gang ini tidak muat mobil," ujar Mikun.
Hidup sederhana Rohadi muÂlai berubah saat ia diterima sebagai pegawai di Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut). Dari yang dulunya tidak punya kendaraan, hingga mampu memÂbeli sepeda motor dan mengiÂkuti harta-hartanya yang lain, termasuk sebuah rumah sakit di Indramayu.
Rohadi ditangkap tim penyeÂlidik KPK seusai menerima Rp 250 juta dari pengacara bernama Berthanatalia. Uang itu diduga untuk mempengaruhi putusan kasus artis Saipul Jamil. KPK juga menemukan Rp 700 juta di mobil Rohadi. Saipul Jamil, seperti diketahui, terjerat kasus pelecehan seks terhadap seorang pria muda.
Latar Belakang
Rohadi Punya 19 Mobil, Rumah Sakit, Kapal, Perumahan Dan Water Boom
Sejak kasus suap perkara Saipul Jamil diungkap KPK, Rohadi jadi omongan publik, terutama kekayaannya.
Rohadi sehari-hari bekerja sebagai PNS di Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut) dengan posisi sebagai Panitera Pengganti.
Secara resmi, pekerjaannya mengatur administrasi perkara yang akan disidangkan majelis hakim, menjadi notulen dan meÂnyelesaikan berkas perkara usai diketok. Gajinya pun tidak lebih dari Rp 8 jutaan per bulan.
Tapi, kekayaannya membuat publik tercengang. Dia memiliki rumah sakit, kapal, proyek peruÂmahan dan water boom, hingga memiliki 17 mobil. Kekayaan itu terungkap setelah KPK menangÂkapnya karena menerima sejumÂlah uang dari pengacara Saipul Jamil, Berthanatalia Ruruk dan Kasman Sangaji.
Setelah mendalami kasus itu, KPK memutuskan mengemÂbangkan perkara baru terhadap Rohadi. "Mengatur perkara di MA," kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha.
Jejaring Rohadi yang hanya PNS setingkat PN, cukup luas. Menurut Priharsa, Rohadi kerapbertemu politikus Partai Gerindra yang juga anggota Komisi II DPR, Sareh Wiyono. Uang yang dibawa di mobilnya saat ditangkap KPK sebesar Rp 700 juta, diduga KPK sempat mampir di ruang kerja Sareh.
Tapi, Sareh dan pihak Rohadi masih berselisih paham soal siapa pemilik uang Rp 700 juta itu. Yang jelas, Sareh adalah beÂkas hakim. Dia antara lain perÂnah menjabat Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
KPK telah menggeledah rumah Rohadi di Indramayu, Jawa Barat. Dari penggeledahan itu, KPK menemukan seÂjumlah dokumen dan menyita sebuah mobil. Penggeledahan itu berkembang dengan menggeleÂdah sebuah apartemen di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Selain ditetapkan sebagai terÂsangka kasus suap, Rohadi juga ditetapkan sebagai tersangka perkara pencucian uang. Harta Rohadi disebutkan mulai dari 3 rumah, rumah sakit, hingga 17 unit mobil.
Dalam persidangan terdakwa Kasman Sangaji, terungkap bahwa Rohadi bukan hanya punya 17 mobil, melainkan 19 mobil. Hal tersebut disampaikan sopir Rohadi, Koko, saat berÂsaksi untuk terdakwa pengacara Saiful Jamil, Kasman Sangaji di Pengadilan Tipikor Jakarta.
"Ada 19 mobil. Ada yang dititipkan di rumah saudara-saudaranya, ada yang dipinjam dan ada yang dipakai anaknya," ujar Koko yang bekerja untuk Rohadi sejak 2015.
Jaksa penuntut umum (JPU) bertanya kepada Koko, apakah dia tahu apa pekerjaan Rohadi. Koko menyebut, Rohadi adalah Panitera Pengganti. "Saya kan di kantornya, jadi tahu," jawab Koko.
Rohadi diduga menerima suap Rp 250 juta dan RP 50 juta terkait penanganan perkara Saipul Jamil di PN Jakut. Saat ditangkap KPK, di mobilnya juga ditemukan uang Rp 700 juta. Rohadi mengaku, itu perÂtama kalinya menerima uang. Menurut Koko, majikannya itu kerap menerima kresek di berÂbagai tempat. ***