Berita

Prijanto/Net

Wawancara

WAWANCARA

Prijanto: Pemimpin Yang Suka Maki-maki Rakyat Nggak Bakalan Dipilih Rakyat...

SENIN, 19 SEPTEMBER 2016 | 08:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pensiunan jenderal bintang dua TNI AD ini terjun ke gelanggang Pilkada DKI Jakarta. Bukan sebagai calon, Prijanto terjun dalam rangkaian aksi 'merayu' PDIP agar tidak memberi tiket cagub kepada calon petahana Ba­suki Tjahja Purnama alias Ahok.

Digandeng sejumlah aktivis anti-Ahok, pada Jumat (2/9) Prijanto hadir di Rumah Amanah Rakyat Jakarta. Saat pidato dia 'merayu' Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar tidak memberikan tiket cagub DKI Jakarta ke Ahok. "Saya yakin Megawati sebagai anak dari Bung Karno tidak akan mengecewakan Soekarno dengan salah memilih pemimpin DKI Jakarta," ujarnya.

Seperti diberitakan, saat ini arah dukungan PDIP agaknya bergeser ke Ahok, setelah sebe­lumnya PDIP ramai diberitakan bakal memboyong Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk menandingi Ahok di Pilkada DKI Jakarta.


Sinyal adanya pergeseran arah politik PDIP ke Ahok ditan­dai dengan adanya pencopo­tan Bambang DH dari kursi Pelaksana Tugas Ketua DPD DKI Jakarta. Bambang dikenal sebagai kader PDIP yang paling vokal menentang pencalonan Ahok. Sinyal adanya pergeseran arah politik PDIP ke Ahok makin kencang dengan munculnya sinyalemen Mega Cinta Ahok yang banyak digaungkan oleh kader PDIP pro-Ahok. Berikut ini pernyatan Prijanto atas sikap PDIP tersebut;

Anda ingin supaya Ahok tidak dipilih lagi?
Saya nggak ngomong jangan pilih Ahok lho ya, saya hanya ingin mencerdaskan.

Tapi fakta politiknya, sejum­lah partai-partai mulai mera­pat dukung Ahok. Belakangan PDIP kabarnya juga akan dukung Ahok?
Partai semua dukung Pak Ahok nggak apa-apa. Tapi yang dicoblos itu bukan partai, tapi sosok. Tapi kalau sosoknya psikopat, dipilih rakyat nggak? Nggak akan.

Partai itu kan penting seba­gai kendaraan politik calon?
Kendaraan, penting. Tapi rakyat itu memilih sosok. Mana adarakyat yang suka memilih pemimpin yang suka maki-maki rakyat.

Jadi yang didukung Rumah Amanah Rakyat siapa?

Belum. Rumah Amanah Rakyat ini isinya mantan politisi, mantan menteri, mantan TNI/ Polri, aktivis itu ingin mencerdaskan masyarakat untuk memilih.

Dari wani piro, sembako dan uang receh harus kita hilangkan. Karena pemimpin itu sangat menentukan. Segerombolan serigala itu bisa kalah dengan segerombolan domba, karena dombanya dipimpin serigala.

Rumah Amanah Rakyat ini didukung partai-partai nggak?

Wah, saya nggak perlu. Saya itu kelompok aktivis, pensiunan eksekutif, legislatif, yudikatif, ada juga media itu berpikir agar jangan sampai memilihpemimpin yang calonnya harus lamar, wani piro. Nanti waktu coblosan nye­bar sembako. Saya hanya ingin mengajak masyarakat menemu­kan pemimpin yang baik.

Anda kalau ditawarkan un­tuk mendampingi salah satu cagub, mau nggak?
Nggak. Kalau ada tokoh, cagub misalnya terus saya dita­wari wakil, saya akan berikan al­ternatif. Ada yang lebih baik dari saya, masih muda, berprestasi, birokrat, pensiunan tentara, orang Jawa, lengkap.

Kenapa harus tentara dan orang Jawa?
Jadi Pilkada itu ada sentimen untuk mendulang suara ya kan. Kalau pensiunan tentara, ke­luarga besar TNI mesti nyoblos dia, nggak mesti disuruh. Wah Jawa. Orang Jawa kan gede (populasinya). Kemudian dia berprestasi, kan bagus itu.

Saat ini untuk mencari lawan tangguh untuk menandingi Ahok sudah sulit?

Janganlah bilang nggak ada tokoh, tokoh banyak. Tapi ke­tika wani piro itu yang jadi susah.

Jadi hilangkan prosedur calon melamar minta dukungan par­pol, harus diubah parpol men­cari calon yang terbaik. Tapi perlu ada tes kejiwaan, psikopat nggak dalam seleksi internal partai. Baru didaftarkan ke KPUD. Itu baru cakep.

PDIP sampai saat ini belum menentukan pilihan. Apa yang ingin Anda sampaikan?

Kata kuncinya, saya katakan begini: Megawati trah Bung Karno tidak akan mengecewa­kan almarhum Bung Karno. Dan tidak akan menghilangkan predikat PDIP sebagai partai ideologis. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya