. Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, kembali mengungkapkan ada kemungkinan bahwa Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 diikuti tiga atau empat pasangan calon.
"PDIP masih punya beberapa kemungkinan, bisa ke Ahok sebagai petahana atau juga opsi lain. Koalisi Kekeluargaan juga ada potensi terpecah dua," kata Hanta dalam diskusi Sinema Politik Pilkada DKI di Cikini, Jakarta, Sabtu (17/9).
Mengapa bisa empat pasang? Poros pertama yang sudah pasti adalah poros pendukung Basuki Purnama alias Ahok. Kedua, poros PDIP dengan 28 kursi di DPRD Jakarta bisa maju sendiri tanpa koalisi.
Tetapi, PDIP punya dua pilihan. Mengusung Ahok dan bergabung dengan koalisi yang sudah ada, atau mengusung calon dari internal seperti Tri Rismaharini (Risma).
Ketiga, koalisi Gerindra dan PKS yang makin intim dan sudah menelurkan pasangan Sandiaga Uno-Mardani Ali Sera.
Keempat adalah poros Demokrat PPP, PKB dan PAN yang kemungkinan terjadi karena perpecahan di Koalisi Kekeluargaan setelah Gerindra dan PKS sepihak menentukan pasangan calon.
Untuk poros alternatif ini, kata dia, ada kemungkinan nama mantan Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, ditampung masuk dalam bursa.
"Pak Rizal Ramli bisa masuk di alternatif ke-empat," jelasnya.
Namun, lanjutnya, jika PDIP memilih untuk mengusung Ahok dan bergabung dengan koalisi yang sudah ada (Hanura, Nasdem dan Golkar), maka pasangan calon akan ada tiga.
"Pertama poros Ahok, kedua poros Gerindra-PKS dan ketiga pecahan Koalisi Kekeluargaan. Saya prediksi Pilkada Jakarta dua putaran," ungkapnya.
Selain beberapa kemungkinan tadi, masih ada kemungkinan besar Pilkada Jakarta diikuti dua pasangan calon saja.
"PDIP tidak dukung Ahok, yang bisa jadi adalah Ahok melawan Risma. Risma ini bisa menyatukan koalisi di luar Ahok, semua partai bisa bergabung kalau PDIP mau usung Risma," ucapnya.
"Dalam seminggu ke depan akan sangat banyak kemungkinan terjadi," tambah dia.
[ald]