Kelompok bisnis kehutanan dan perkebunan asal Korea Selatan, Korindo Group, membantah telah membakar lahan konsesi secara sengaja untuk membangun perkebunan kelapa sawit.
Menurut Manager Palm Oil Korindo, Luwy Leonufna, pembukaan lahan yang dilakukan pihaknya tidak dengan cara membakar.
"Jadi, pembukaan lahan yang kami lakukan tidak menggunakan api. Tapi, hasil pembersihan lahan yang dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada," tegasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/9).
Luwy menjamin, tidak ada titik api di konsesi Korindo sepanjang Januari-September 2016.
Begitu juga dengan kemunculan, titik-titik api sepanjang 2013-2015, dipastikan bukan berasal dari pembakaran lahan.
Melainkan, hasil pembakaran yang dilakukan masyarakat ketika berburu dan kemudian meluas karena fenomena El Nino.
Untuk itu, Luwy mengklaim, pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah pencegahan dan pengawasan kebakaran.
"Selama 2013-2015, memang lagi banyak muncul titik api di Indonesia. Termasuk di Papua. Paling ekstrem tahun lalu," ujarnya.
Selain itu, Luwy meyakini jika pihaknya juga tidak melakukan deforestrasi melalui penebangan pohon secara ilegal untuk perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Papua.
Mengingat, perkebunan Korindo berada di area penggunaan lain (APL) yang memang masih memiliki tutupan hutan.
"Kita selalu patuh pada Undang-undang yang berlaku. Kebun kami terletak di kawaan APL. Kita juga selalu konsultasi ke publik terkait lokasi pembukaan lahan," paparnya.
Sebelumnya, sebuah konsorsium lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terdiri dari Mighty, SKP-KAMe Merauke, PUSAKA, European Federation for Transport and Environment, dan Korea Federation for Environmental Movements, merilis hasil investigasi berupa bukti-bukti pembakaran lahan di konsesi Korindo lewat citra satelit, foto, dan video.
Selama kurun 2013-2015, citra satelit menunjukkan ada 894 titik panas di konsesi Grup yang memiliki tujuh entitas perkebunan di Merauke dan Boven Digul dengan luas total 149.000 hektare (ha) itu.
Konsorsium juga memperlihatkan foto lapangan berupa pembangunan jalur tumpukan-tumpukan kayu (
stacking) yang biasanya untuk dibakar.
Konsorisum LSM juga menuding Korindo membabat sedikitnya 50.000 hektare (ha) hutan tropis dataran rendah di Papua maupun di Maluku Utara untuk perkebunan kelapa sawit. Luasan ini setara dengan luas ibukota Korea Selatan, Seoul.
[zul]