Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah melakukan riset ilmiah terkait potensi kerawanan Pemilu. Dari 101 titik yang diidentifikasi, Provinsi Aceh, Banten dan Papua menunjukkan kerawanan hampir di setiap dimensi. Bagaimana dengan hasil analisis Badan Intelijen Negara (BIN).
Dari bincang-bincang Kepala BIN Sutiyoso dengan Rakyat Merdeka, kemarin malam, saat hendak bertolak ke China menunjukkan hasil analisis yang sedikit berbeda. Seperti apa itu? Simak wawancara singkat berikut ini:
Bawaslu sudah merilis Indeks Kerawanan Pemilu, kajian BIN bagaimana?
Ya sama kita kan sudah memÂprediksi.
Ya sama kita kan sudah memÂprediksi.
Seberapa serius sih sebeÂnarnya tingkat kerawanan di Pilkada kali ini?Tapi nggak usah cemaslah, karena pilkada yang lebih banyaktahun lalu saja kita bisa sukses. Masak sekarang yang lebih sedikit, nggak. Gitu aja.
Jadi ancamannya tidak lebih serius dari pada tahun lalu?Paling-paling yang top (tingÂkat teratas kerawanan Pemilu) berikutnya nanti DKI Jakarta sama Aceh. Kira-kira begitu.
Papua?Ya yang itu ranking ke tiga.
Isu-isu separatisme dan GAM masih mendominasi nggak di Pilkada Aceh?Ya memang sangat dominan mereka sekarang.
Berarti masih rawan terÂjadinya intimidasi terhadap pemilih di sana?Iya.
Perlu pengerahan pasukan keamanan tambahan di sana?Tentu. Ya kita conditioning-kan supaya tidak ada seperti itu. Salah satu tuntutannya Din Minimi kan itu juga kan. Orang Aceh, GAM juga dia kan minta ada Tim Independen turun ke Aceh, supaya tidak ada intimiÂdasi itu.
Realisasinya bagaimana sekarang?Ya kita kerjasama lah, tenÂtara, polisi, intelijen. Kita akan mencegah itu semua nanti.
Juga permintaan Din Minimi?Ya itu memang wajar saja permintaannya, dan harus kita respon. Bener permintaannya itu. Karena kalau sampai ada inÂtimidasi ya nggak demokratis, ya nggak sukses, nggak ada Pemilu. Berarti Pilkada nggak sukses.
DKI Jakarta bagaimana?Ini kan ibu kota negara ya. Jadi warganya harus paham bahwa warganya harus jadi panutan provinsi lain. Sebagai warga DKI. Waktu masa (jabaÂtan gubernur) saya pilkada kan
smooth banget. Habis kalah itu berangkulan, nggak ada sedikitÂpun gejolak. Dulu bisa, kenapa sekarang nggak bisa.
Sekarang caranya gimana? Soalnya Ahok kan kontroversi dan ucapannya rawan memancÂing kemarahan kelompok terÂtentu. Sehingga terjadi gesekan di masyarakat.
Apa anda punya saran unÂtuk Ahok, untuk menjaga ucapannya?Ha-ha-ha... Ya itu sudah pemÂbawaan mas, susah juga. Kalau bukan gitu, bukan Ahok naÂmanya. ***