Berita

Foto :Net

Bisnis

Harga Rokok Naik Semata Motif Agenda Dagang Produk NRT

SELASA, 30 AGUSTUS 2016 | 10:43 WIB | LAPORAN:

Wacana menaikkan harga rokok menjadi lebih mahal patut dicurigai semata-mata karena motif agenda perang dagang industri farmasi yang tengah menggencarkan penggunaan produk Nicotine Replacement Therapy (NRT) bikinan Amerika Serikat.

"Ini semua berawal dari agenda global yang didorong industri farmasi," tegas pengamat hukum, Gabriel Mahal, Selasa (30/8).

Menurut dia, salah kaprah jika kemudian harga rokok Indonesia dibandingkan dengan Singapura yang tidak memiliki kepentingan apapun terhadap tembakau. Apalagi negara itu juga tidak punya petani tembakau.  


Meski tak punya kepentingan terhadap tembakau, di Singapura saja, ada fasilitas perokok. Di Jepang, di kereta, bahkan di stasiunnya ada gerbong khusus untuk perokok. Orang boleh merokok dan disiapkan kkhusus tempat nyaman sampai korek apinya. Sementara di Indonesia, industri hasil tembakau dipojokkan.

"Kampanye negatif terhadap tembakau ini semata kepentingan bisnis nikotin sintesis dengan dukungan perusahaan farmasi," kritiknya.

Ia mewanti-wanti, dalam regulasi FCTC ada poin berbahaya lain yakni keharusan pemerintah untuk menggunakan produk nikotin sintesis untuk terapi terapi. Ujungnya, negara mendapat beban tambahan impor. Padahal, dana itu dari APBN bersumber dari pajak.

Jika sampai lolos, maka sama saja perang dagang ini didukung lembaga internasional, dilakukan lembaga internasional, dan dibiayai negara.

"Kalau pabrik produk NRT itu di sini, mungkin masih menyerap tenaga kerja, ini kan jika FCTC diratifikasi berlaku dipaksa impor, negara pemerintah berubah menjadi importir," jelasnya.

Dalam Pasal 6 FCTC, terang Gabriel, ditetapkan menaikan harga dan cukai pasti berdampak terhadap kurangnya permintaan tembakau hingga harga rokok jadi mahal dan orang tidak lagi mudah membeli rokok. Keadaan ini memaksa orang berhenti merokok. Dengan berhenti merokok, orang akan merasa menjadi sehat.
 
Asumsi tersebut di atas menurutnya layak diragukan kemurnian tujuannya. Kata dia, kepentingan utama tetap memenangkan persaingan harga antara produk-produk tembakau dengan produk-produk obat-obat pengganti nikotin dari korporasi-korporasi farmasi internasional yang sama-sama jualan nikotin. 

"Ini praktek tirani kesehatan publik, orang kritis dihajar habis habisan," tegasnya.

Kepentingan di balik strategi peningkatan harga dan pajak cukai, diimbangi dengan produk NRT,  tidak lain daripada kepentingan dagang.

"Apakah kita mau utamakan kepentingan nasional di bidang tembakau, khususnya kretek yang merupakan rokok khas Indonesia, atau kepentingan korporasi-korporasi farmasi internasional yang sejak awal mendanai proyek Prakarsa Bebas Tembakau dengan segala agenda kampanye anti tembakaunya itu," tandasnya.[wid] 

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya