Berita

Foto/Net

Bisnis

Deutsche Bank Mendadak Lirik Sektor Mikro

Disentil BI Karena Pelit Kasih Kredit Ke UMKM
SENIN, 29 AGUSTUS 2016 | 08:25 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Jaringan bank yang masih terbatas dijadikan alasan bank asing ogah mematuhi aturan 10 persen penyaluran kredit ke usaha, mikro, kecil, dan menen­gah (UMKM). Padahal Bank Indonesia (BI) berencana setiap bank yang beroperasi di Tanah air, baik bank lokal maupun asing, nantinya secara bertahap meny­alurkan kredit UMKM minimum 20 persen dari total kredit.

Salah satu bank asing yang beroperasi di Indonesia, Deutsche Bank AG mengaku belum bisa memenuhi porsi kredit UMKM. Karena itu sekarang ini mereka secara intesif melakukan pem­bicaraan dengan regulator terkait ketentuan penyaluran kredit ke UMKM tersebut.

Namun menurut Chief Country Officer Deutsche Bank Indonesia Kunardy Lie, sebe­narnya Deutsche Bank berupaya mengalihkan fokus pembiayaan­nya ke sektor mikro seiring menurunnya permintaan kredit korporasi. Sebab, tren penurunan permintaan kredit, khususnya yang berasal dari korporasi, ke­mungkinan masih akan menga­lami pelambatan ke depannya.


Hal ini sebagai dampak lan­jutan dari kinerja buruk sejum­lah perusahaan, yang terimbas penurunan harga komoditas dan pelemahan ekspor selama semester I-2016.

"Sebenarnya Deutsche Bank tertarik untuk ikut masuk me­nyalurkan pembiayaan ke sek­tor UMKM, tapi kami masih melakukan pembicaraan dengan regulator (terkait besaran porsin­ya), harus hati-hati supaya tepat penyalurannya," kata Kunardy kepada Rakyat Merdeka.

Sebagai bank asing, kata Kunardy, Deutsche Bank jelas tidak memiliki kekuatan bisnis di sektor tersebut. Pasalnya, selama ini mayoritas nasabahnya merupakan korporasi besar, baik lokal maupun asing.

"Kita coba berbicara dengan regulator bahwa kita ada wacana untuk ikut fokus ke UMKM, tetapi kita juga ingin membangun infrastruktur sendiri, sehingga tidak menimbulkan biaya atau risiko yang besar. Jangan sampai kredit ke UMKM malah menim­bulkan biaya mahal," terangnya.

Senada dengan Deutsche Bank, Chief Executive Officer (CEO) Citibank Indonesia Batara Sianturi mengakui, saat ini presentase portofolio segmen UMKM Citibank baru 5 persen terhadap total kredit.

"Di sisi lain kami juga aktif dalam upaya meningkatkan literasi keuangan melalui Citi Peka, dan memberikan penghar­gaan kepada pengusaha mikro berprestasi," tuturnya kepada Rakyat Merdeka.

Berdasarkan laporan keuan­gan, presentase penyaluran kredit UMKM Citibank Indonesia baru mencapai 3,20 persen terhadap total kredit pada kuartal III-2015. Pada periode sama penyaluran kredit terhadap segmen usaha kecil dan menengah (UMK) mereka menyentuh 1,46 persen dari total portofolio kredit.

Ke depan, lanjut Batara, pihaknya akan tetap berkonsentrasi pada penyaluran kredit yang dipatok bisa tumbuh hingga 14 persen.

"Kita berusaha memenuhi kredit UMKM 20 persen dari total kredit Sejauh ini, fokus kamki adalah bisnis ritel, seperti kartu kredit dan nasabah segmen affluent atau Citigold. Di samp­ing itu, dalam segmen korporasi kami fokus memberikan kredit untuk multinational and local company, public sector, dan fi­nancial institution," bebernya.

Sementara Head of Global Markets Hong Kong and Shanghai Banking (HSBC) Indonesia Ali Setiawan mengaku sudah memenuhi ketentuan minimum porsi kredit sebesar 10 persen ke UMKM. "Tapi memang keter­batasan networking bank asing memang menjadi alasan utama tersendatnya penyaluran kredit ke­pada sektor UMKM," tuturnya.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari menuturkan, Bank Sentral tengah menyiap­kan aturan terkait penyesuaian perhitungan pemenuhan kredit UMKM bagi kantor cabang bank asing yang ditargetkan dapat selesai pada tahun ini.

"Kami menyadari kantor ca­bang bank asing (KCBA) itu networking-nya terbatas dan kemampuan atau kapasitasnya memang bukan ke UMKM," ucapnya.

Meski demikian, bank asing tersebut diperkenankan melaku­kan metode linkage atawa pem­biayaan melalui lembaga keuan­gan mikro konvensional dan syariah, serta lembaga keuangan bukan bank untuk memenuhi rasio tersebut. "Bukan hanya dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), melalui koperasi juga bisa," pungkas Yunita. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya