Jaringan bank yang masih terbatas dijadikan alasan bank asing ogah mematuhi aturan 10 persen penyaluran kredit ke usaha, mikro, kecil, dan menenÂgah (UMKM). Padahal Bank Indonesia (BI) berencana setiap bank yang beroperasi di Tanah air, baik bank lokal maupun asing, nantinya secara bertahap menyÂalurkan kredit UMKM minimum 20 persen dari total kredit.
Salah satu bank asing yang beroperasi di Indonesia, Deutsche Bank AG mengaku belum bisa memenuhi porsi kredit UMKM. Karena itu sekarang ini mereka secara intesif melakukan pemÂbicaraan dengan regulator terkait ketentuan penyaluran kredit ke UMKM tersebut.
Namun menurut Chief Country Officer Deutsche Bank Indonesia Kunardy Lie, sebeÂnarnya Deutsche Bank berupaya mengalihkan fokus pembiayaanÂnya ke sektor mikro seiring menurunnya permintaan kredit korporasi. Sebab, tren penurunan permintaan kredit, khususnya yang berasal dari korporasi, keÂmungkinan masih akan mengaÂlami pelambatan ke depannya.
Hal ini sebagai dampak lanÂjutan dari kinerja buruk sejumÂlah perusahaan, yang terimbas penurunan harga komoditas dan pelemahan ekspor selama semester I-2016.
"Sebenarnya Deutsche Bank tertarik untuk ikut masuk meÂnyalurkan pembiayaan ke sekÂtor UMKM, tapi kami masih melakukan pembicaraan dengan regulator (terkait besaran porsinÂya), harus hati-hati supaya tepat penyalurannya," kata Kunardy kepada
Rakyat Merdeka.Sebagai bank asing, kata Kunardy, Deutsche Bank jelas tidak memiliki kekuatan bisnis di sektor tersebut. Pasalnya, selama ini mayoritas nasabahnya merupakan korporasi besar, baik lokal maupun asing.
"Kita coba berbicara dengan regulator bahwa kita ada wacana untuk ikut fokus ke UMKM, tetapi kita juga ingin membangun infrastruktur sendiri, sehingga tidak menimbulkan biaya atau risiko yang besar. Jangan sampai kredit ke UMKM malah menimÂbulkan biaya mahal," terangnya.
Senada dengan
Deutsche Bank, Chief Executive Officer (CEO) Citibank Indonesia Batara Sianturi mengakui, saat ini presentase portofolio segmen UMKM Citibank baru 5 persen terhadap total kredit.
"Di sisi lain kami juga aktif dalam upaya meningkatkan literasi keuangan melalui Citi Peka, dan memberikan pengharÂgaan kepada pengusaha mikro berprestasi," tuturnya kepada
Rakyat Merdeka.Berdasarkan laporan keuanÂgan, presentase penyaluran kredit UMKM Citibank Indonesia baru mencapai 3,20 persen terhadap total kredit pada kuartal III-2015. Pada periode sama penyaluran kredit terhadap segmen usaha kecil dan menengah (UMK) mereka menyentuh 1,46 persen dari total portofolio kredit.
Ke depan, lanjut Batara, pihaknya akan tetap berkonsentrasi pada penyaluran kredit yang dipatok bisa tumbuh hingga 14 persen.
"Kita berusaha memenuhi kredit UMKM 20 persen dari total kredit Sejauh ini, fokus kamki adalah bisnis ritel, seperti kartu kredit dan nasabah segmen
affluent atau
Citigold. Di sampÂing itu, dalam segmen korporasi kami fokus memberikan kredit untuk multinational and local company, public sector, dan fiÂnancial institution," bebernya.
Sementara
Head of Global Markets Hong Kong and Shanghai Banking (HSBC) Indonesia Ali Setiawan mengaku sudah memenuhi ketentuan minimum porsi kredit sebesar 10 persen ke UMKM. "Tapi memang keterÂbatasan
networking bank asing memang menjadi alasan utama tersendatnya penyaluran kredit keÂpada sektor UMKM," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari menuturkan, Bank Sentral tengah menyiapÂkan aturan terkait penyesuaian perhitungan pemenuhan kredit UMKM bagi kantor cabang bank asing yang ditargetkan dapat selesai pada tahun ini.
"Kami menyadari kantor caÂbang bank asing (KCBA) itu networking-nya terbatas dan kemampuan atau kapasitasnya memang bukan ke UMKM," ucapnya.
Meski demikian, bank asing tersebut diperkenankan melakuÂkan metode
linkage atawa pemÂbiayaan melalui lembaga keuanÂgan mikro konvensional dan syariah, serta lembaga keuangan bukan bank untuk memenuhi rasio tersebut. "Bukan hanya dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), melalui koperasi juga bisa," pungkas Yunita. ***