Kediaman Gloria Natapradja Hamel di Perumahan Megapolitan, Cinere Estate, Blok G, Nomor 96 A, Jalan Sulawesi, Cinere, Depok, Jawa Barat sepi. Tak ada kendaraan di halaman samping rumah.
Pagar dan pintu garasi yang ada di samping dalam keadaan tertutup. Begitu juga seluruh kaÂca jendela rumah, yang ditutupi teralis dan tirai berwarna putih. Tidak terdengar ada aktivitas dari dalam rumah.
Dari luar, kediaman Gloria itu terlihat agak tak terurus. Beberapa bagian pagar terlihat berkarat, cat putih tembok banguÂnan sudah memudar, dan kusam di beberapa bagian. Tapi, rumah dua tingkat berukuran besar itu terlihat masih dihuni, karena ada bendera merah putih berkibar di depan rumah, dan tanaman di pagar yang tampak terawat.
Rakyat Merdeka pun menÂcoba menemui pemilik rumah. Setelah beberapa kali mengucap salam, tidak ada yang merespon. Baru sekitar 15 menit kemudian, muncul Acih Nurhayati, penÂgasuh Gloria sejak kecil.
Menurut Acih, rumah terseÂbut sepi karena ayah Gloria, yaitu Didier Hamel sedang keÂluar. Sementara itu, Gloria baru akan kembali bulan September. "Ayahnya pulangnya di atas jam 12 malam. Kalau Gloria, katanya sih yang saya dengar boleh pulang dari tim Paskibraka September nanti," ujarnya.
Acih menjelaskan, selama ini, Gloria memang tinggal bersama ayahnya, Didier di Perumahan Megapolitan Cinere Estate. Sementara ibu Gloria, Ira Natapradja tinggal di Kemang, Jakarta Selatan. Didier dan Ira sudah berpisah sejak beberapa tahun lalu.
Perkawinan mereka dikaruniai seorang anak tunggal, yakni Gloria Natapradja Hamel. Ia lahir di RS Puri Cinere, Depok, dan sejak Play Group sampai SMA menjalani pendidikan di Cinere. "Tapi Gloria juga sering ketemu ibunya di luar, meski tinggal di sini sama ayahnya," jelasnya.
Acih menyatakan, Didier Hamel masih enggan bicara ke meÂdia massa terkait Gloria. Meski begitu, Didier Hamel yang berkewarganegaraan Perancis dan kurator seni itu, tetap memantau perkembangan soal Gloria melaÂlui pemberitaan.
"Dia juga telepon Gloria terus akhir-akhir ini. Saya pun sudah bilang ke ayahnya, kalau wartawanmau bicara dan omong-omong sama dia terkait Gloria. Tapi ayahnya bilang belum mau bicara, dan minta wartawan supaya ke ibu Gloria saja," kata dia.
Bagi Acih, Gloria sudah diÂanggap seperti anaknya sendiri. Sebab, dirinyalah yang mengasuh Gloria dari bayi. Acih menuÂturkan, sejak kecil Gloria memiliki mimpi dan cita-cita yang tinggi. Saat SD, Gloria bercita-cita menjadi pilot.
"Lalu SMP berubah mau jadi pengusaha, bangun gedung tingÂgi. Terakhir dia pernah bilangmau jadi desainer atau peranÂcang busana," tuturnya.
Acih menambahkan, selain menjadi anggota Paskibra di sekolahnya, SMA Dian Didaktika, Cinere, Gloria juga mengiÂkuti sejumlah kegiatan lain. Mulai dari broadcasting, basket dan band bersama teman-teman sekolahnya. Gloria ikut band sebagai pemain bass atau gitar.
"Sebab Gloria selama ini kursus gitar di Cinere, tidak jauh dari sini. Jadi, setiap hari kegiataannya banyak. Gloria memang tak kenal kata capek," ucapnya.
Menurut dia, Gloria juga semÂpat ikut kursus vokal. Tapi tidak dilanjutkan, lantaran sadar suarÂanya tak terlalu bagus dan lebih berminat main gitar. "Makanya, kursus gitar bass," tandas Acih.
Terkait masalah kewarganegaraan Gloria, Acih mengaku tidak tahu tindakan apa yang akan dilakukan oleh pihak keluarga, agar masalah serupa tidak teruÂlang di masa datang. Namun dia menilai, status kewarganegaraan tersebut seharusnya sudah tidak perlu dipermasalahkan. Pasalnya, Gloria sendiri sudah menyatakan akan jadi WNI. "Tinggal masalah waktu sampai dia cukup umur untuk punya dokumen kewarganegaraan saja," imbuhnya.
Rojan, sekuriti di Perumahan Megapolitan Cinere Estate, Depok menilai, pemerintah kurang tepat melarang Gloria ikut mengibarkan bendera di Istana, karena dianggap sebagai warga Prancis. Pasalnya, meski Gloria merupakan anak hasil pernikahan campuran, tapi dara berkulit hitam manis itu lahir dan besar di Indonesia. "Gloria itu anak Depok. Ngomongnya aja Depok banget, kok dibilang warga Perancis," kata dia.
Namun, kata Rojan, pemerintahakhirnya bersikap tepat karena telah memperbolehkan Gloria menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) dalam upacara penuÂrunan bendera, Rabu sore.
"Kalau tidak boleh juga kami semua kecewa. Soalnya setahu kami, Gloria itu gede di sini. Dia ya anak sini," tuturnya.
Menurut Rojan, di matanya dan di mata warga, Gloria adalah anak yang ramah, sopan dan tidak banyak bertingkah. Bahkan, jika melewati pos keamanan, Gloria kerap menyapa atau minimal tersenyum. "Namanya warga perumahan kan ada saja yang bertingkah dan aneh-aneh. Kalau Gloria beda dari yang lain," kata Rojan.
Menurut Rojan, sikap Gloria itu sangat mirip dengan keramahan yang selalu ditunjukkan ayah Gloria, Didier Hamel. Didier selalu mengucapkan salam saat melintas dengan mobilnya di depan Pos Satpam tempatnya bertugas. Apalagi jika portal perumahan sudah ditutup, pada malam hari pukul 24.00.
"Ayahnya Gloria, kalau setiap lewat depan pos satpam dengan mobilnya, selalu ucapkan salam dengan penuh semangat. Dia pasÂti bilang assalamualaikum sambil buka kaca mobil," paparnya.
Rojan menerangkan, setiap hari Didier lebih sering beÂrangkat dari rumahnya sekitar pukul 09.00 atau pukul 10.00 pagi. Pulangnya kadang jam 1 dini hari, kadang jam 3 dinihari. Sehingga, saat Didier pulang, portal di depan pos Satpam pasti sudah tertutup. Karena portal ditutup jam 12 malam.
"Karenanya sekuriti pasti memÂbukakan portal perumahan. Saat itu beliau pasti buka kaca mobil, dan ucapkan assalamualaikum sambil senyum. Orangnya meÂmang ramah, meski agak tertutup. Kami maklum, mungkin karena warga negara asing," ucapnya.
Selain ramah, Gloria diangÂgapnya sebagai anak yang sangat mandiri dan tangguh. Sebab, oleh warga diketahui Gloria tinggal bersama ayahnya di Perumahan Megapolitan Cinere Estate. Sementara ibunya tinggal di Kemang, Jakarta Selatan. "Biar orangtuanya pisah, Gloria tetap lurus aja orangnya. Itu anak udah kelihatan memang mandirinya dan pantang menyerah," ucapnya.
Ia mengaku cukup bangga, Gloria menjadi tim Paskibraka 2016. Begitu juga dengan warga sekitar. Sebab, Gloria bisa diÂanggap sebagai anak mereka. Akibatnya, hampir semua warga di sana, sangat antusias melihat Gloria di televisi.
"Pas mau upacara penurunan bendera, beberapa warga yang biasa nongkrong di sini, seÂbagian pada pulang ke rumah. Katanya mau nonton Gloria leÂwat TV di rumah. Tapi sebagian lagi nonton di pos satpam sama saya," kata Rojan.
Kantor sekuriti atau pos satpam, dimana Rojan berjaga, hanya berada sekitar 100 meter dari rumah Gloria atau tepat di jalan masuk ke rumah Gloria di Jalan Sulawesi, Blok Gnomor 96 A, Cinere. Dalam pos satpam itu terdapat televisi jadul 14 Inc.
Sementara itu, ibunda Gloria, Ira Natapraja mengaku tak meÂnyangka jika urusan kewarganeÂgaraan bisa menjegal anaknya yang masih remaja tersebut. "Saya kan tidak ngerti, saya simÂpel saja dan saya tak tahu akan berefek seperti ini," katanya.
Ira menuturkan, paspor Perancis dibuat Gloria pada 2014. Ayah Gloria, Didier Hamel diketahui warga negara Perancis. Pada suatu kesempatan, Gloria kerap diajak ayahnya untuk meÂnemui keluarga di Perancis.
Dari foto-foto yang tersebar di Instagram Gloria Hamel, dia beberapa kali mengunjungi kota Paris dan berpose dengan kakek nenek dari pihak ayahnya. "Karena dia sering bepergian sendiri ke luar negeri. Dia harus pegang identitas dong. Makanya dia buatÂlah paspor Perancis," tuturnya.
Ira mengatakan, Gloria masih berusia 16 tahun, sehingga belum bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun, Ira memastikan nama Gloria tercantum dalam Kartu Keluarga (KK). "Gloria, lahir, besar dan mengenyam pendidikandi Indonesia, bukan di luar negeri," tukasnya. ***