Menggandeng Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade SuÂpandi dan satu orang koleganya, pria yang akrab disapa Ongen ini berhasil mewujudkan mimpi Indonesia memÂproduksi pesawat tanpa awak (drone) amfibi. KeberhasiÂlan ini dirasakan spesial bagi anak negeri, lantaran drone yang dihasilkan Ongen sanggup take off dan landing tak hanya di darat tapi juga di atas air.
Ongen melabeli pesawat dronenya OS Wifanusa. Wifanusa merupakan kependekan kata will flying around nusantara. Setidaknya sudah dua tipe drone yang sukses digarap Ongen yakni; OS Wifanusa SL-D70 dan OS Wifanusa SL-D28.OS Wifanusa SL-D70 memiliki panjang rentang sayap mencapai 4,2 meter, sedang OS Wifanusa SL-D28 memiliki rentang sayap 6,4 meter.
Spesifikasi OS Wifanusa ini boleh dibilang wah juga lho. Drone ini sanggup terbang hingÂga 8-10 jam melesat dengan kecepatan 100 kilometer per jam di atas ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut. Daya jelaÂjahnya mencapai 800 kilometer. Jangkauan kontrol autonomous system-nya sekitar 100 kilometer. Untuk urusan operasi pengintaÂian, OS-Wifanusa dilengkapi dengan kamera suveillance, kamera medium format 80 MP plus kamera multispektral.
Kini drone produksi anak bangÂsa ini sudah lulus uji fungsi dan mengantongi sertifikat kelaikan militer dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan (Kemhan). Doktor Maritim lulusan IPB ini berhasil menyelesaikan tiga set drone pesanan Kemenhan. Nantinya ketiga set drone ini akan diguÂnakan oleh dinas topografi TNI Angkatan Darat untuk pengaÂwasan di wilayah perbatasan di Kalimantan dan di Zona Ekonomi Eksklusif Natuna (ZEE Natuna).
Keberhasilan Ongen ini meruÂpakan buah dari jalan panÂjangnya. Dia bersama timnya melakukan riset drone ini sejak 2013. Kepada
Rakyat Merdeka dia membagi kisahnya;
Sejak kapan Anda mengÂgarap OS Wifanusa ini hingga akhirnya drone buatan Anda berhasil mengantongi sertiÂfikat dan dipesan Kemhan? Ini cerita panjang. Dari muÂlai kita menginisiasi riset pada Januari 2013 melalui Indonesia Maritime Institute kita aktif kampenye tentang maritim. Nah, waktu itu teman-teman merasa kalau hanya kampanye-kampaÂnye begitu saja, kurang greget. Dari situ kita bertekad untuk bisa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dunia maritim. Dari situ kita mengumpulkan ide dan muncullah ide untuk membuat flying boat (perahu terbang) dengan memadukan dua ilmu yakni; naval engineering denganaeronautical. Waktu itu kita beriÂnisiatif melakukan riset untuk mewujudkan (
flying boat) itu. Kita berjibaku bersama tim riset waktu itu. Setelah bekerja delapan bulan suntuk kita masih gagal.
Setelah sempat gagal, Anda menyerah? Tidak. Saya kembali memÂbentuk tim riset baru lagi yang kedua. Dan ternyata setelah bekerja berbulan-bulan kemÂbali gagal. Saya nggak mau menyerah, terus saya bentuk tim yang ketiga. Dan syukurlah baru berhasil membuat model
flying boat dan berhasil terbang.
Senang dong karya Anda berhasil terbang waktu itu, lalu selanjutnya... Nah untuk membuat pesawat itu kan dimulai dengan skala yang kecil, sedang, baru yang ukuran rill. Setelah membuat ukuran yang mini, kita sampai pada pembuatan skala sedang yakni skala 1:3. Saat itu dari beberapa hasil pengujian diangÂgap sudah stabil sudah layak untuk kita lanjutkan ke skala 1:1. Setelah dari situ kita lanjutkan ke skala yang rill yang targetnya berpenumpang empat orang. Jadi saat itu saya belum terpikir membuat pesawat tanpa awak atau drone.
Lalu kenapa saat ini pesaÂwat penumpang itu justru jadi drone? Itulah ternyata dalam perjalanÂnya waktu itu tiba-tiba boomÂing tentang drone. Rupanya Kemhan saat itu akan mengadaÂkan pengadaan drone. Mereka menanyakan itu pesawatmu bisa enggak jadi drone? Saat itu saya langsung bilang bisa. Logika, meski saat itu pesawat saya pesawat penumpang dan tidak dirancang untuk drone, tentunya mudah dong untuk dijadikan drone. Logikanya kan saya tingÂgal masangin sistem auto pilot, autonomous system, pasangin kamera yang sesuai kebutuhan. Nah waktu itu teman-teman di Kemhan meminta saya untuk mencobanya. Saya diberi waktu dua bulan, setelah selesai, kita langsung uji terbang di waduk Jatiluhur dan sukses. Drone kita ini termasuk unik di dunia karena tergolong drone amfibi, bisa mendarat dan
take off di darat dan air. ***