Sejumlah anggota DPR menyesalkan materi doa yang dibawakan anggota Komisi III DPR, H.R. Muhammad Syafi'i, pada penutupan Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2016-2017 dan Pidato Presiden RI dalam rangka Penyampaan RUU Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, Selasa lalu (16/8). Sebab doa tersebut bernada kritikan kepada Pemerintah.
Romo Syafi'i, sapaannya, menjelaskan doa yang dipanjatkannya merupakan refleksikan atas kondisi bangsa saat ini pada momentum HUT RI ke-71. [Baca: Doa Menggemparkan Di Depan Jokowi, Ya Allah Jauhkan Kami Dari Pemimpin Khianat]
"Saya coba refleksi kemerdekaan 71 tahun ini dengan kondisi yang ada. Dan saya jumpai situasi terakhir yang saya temui," ujar Romo Syafi'i, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (18/8).
Politikus Gerindra ini mengaku dirinya merasa bangsa ini dalam keadaan menderita, situasi ekonomi, politik juga sudah pada tingkat yang berbahaya. Atas keadaan tersebut, dia bersedih dan menangis karena belum maksimal berbuat untuk Indonesia.
"Jadi saya menangis. Pengalaman saya selama ini lapas-lapas narkoba bisa kencang, peredaran narkoba luar biasa. Korupsi dimana-mana. Kasus-kasus besar engga ada temunya, sedangkan kecil-kecil dipermasalahkan. Itu bercampur baur soal itu. Kalah saya enggak mampu (selesaikan masalah) ini, saya mundur saja. Bahkan diganti," katanya menceritakan perasaannya dalam memanjatkan doa tanpa konsep tersebut.
"Saya setelah saya berdoa nangis saya kaget kok tiba-tiba orang tepuk tangan dan salami saya. Saya kembali ke ruangan saya merasa puas, saya merasa tenang. Tahu-tahu ramai di medsos (media sosial). Sungguh enggak saya duga," ungkapnya.
Legislator dari daerah pemilihan Sumatera Utara I ini menambahkan bahwa dalam konsep Islam, doa ada dua hal. "Vertikal ke Allah, horisontal ke manusia. (Kata Allah, red) 'Mintalah kepada-Ku maka Ku-kabulkan. Doa juga mengajak orang dalam ruangan itu agar bisa linear pada orang yang kita doakan ke Allah," tandasnya. [zul]
