Partai Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto gencar melakukan konsolidasi internal untuk mengejar ketertinggalan setelah "kekosongan" dua tahun terakhir akibat konflik dualisme kepemimpinan.
Sebagai partai, Golkar menyadari harus memiliki alat yang dapat diandalkan untuk merebut pemilih pemula dan pemuda, selain pemilih tradisional yang selama ini mengantarkan Partai Golkar masuk dua besar di setiap Pemilihan Legislatif setelah bergulirnya reformasi 1998.
Selain Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) sebagai sayap resmi yang sifatnya "menyatu" dengan struktur Partai, Golkar juga memiliki aset yang luar biasa besar yaitu ormas kepemudaan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia).
Upaya merebut simpati pemilih pemula dan kaum muda menjadi agenda besar calon Ketua Umum AMPI, Muhammad Ikhsan.
Ikhsan mengatakan, di bawah kepemimpinan Dave Laksono, AMPI mampu melahirkan banyak pemimpin daerah dan anggota dewan baik di pusat maupun daerah. Ia menyayangkan, setelah Dave demisioner dan pemilihan pemimpin AMPI baru terus tertunda, AMPI terlihat lesu dan tidak lagi menunjukan tajinya. Bahkan, saat Rapimnas Golkar terakhir tidak terlihat seragam biru AMPI di arena rapat.
"Untuk itu, Musyawarah Nasional AMPI yang rencananya akan digelar September mendatang, harus dapat melahirkan pemimpin baru yang dapat mengantarkan AMPI menjadi garda terdepan Partai Golkar dalam merebut pemilih pemula dan kepemudaan," tegas Ikhsan, dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi (Kamis, 18/8).
Baginya, kepemimpinan AMPI yang baru harus mampu mengonsolidasi organisasi secara internal, menghidupkan lagi mesin-mesin organisasi di daerah melalui program-program keorganisasian dan komunikasi yang intensif. Dengan menghidupkan kembali mesin politik AMPI, akan meningkatkan posisi tawar AMPI dalam menopang kerja Golkar sebagai sarana penyaluran politik resmi AMPI.
"Mengingat Pileg dan Pilpres 2019 tinggal kurang dari tiga tahun, tentu reposisi kepemimpinan AMPI harus mampu melakukan perekrutan calon pemilih potensial baik dari kalangan pemilih pemula, pemuda, maupun PNS," jelasnya.
Karena bentuknya berupa ormas, lanjut dia, AMPI bisa menjadi ujung tombak Partai Golkar untuk merebut pemilih pemula. Ormas yang telah berusia 38 tahun ini memiliki struktur tidak saja di seluruh provinsi, tapi juga sampai ke tingkat kabupaten hingga kecamatan seluruh Indonesia.
Dengan aset AMPI yang luar biasa besar, sepatutnya kepemimpinan AMPI yang baru mampu menjadikan ormas besar ini sebagai pilar utama penanaman ideologi partai dengan program kaderisasi yang segaris, seiring dan sepadu padan dengan ideologi Partai Golkar.
"Tentu akan sangat disayangkan bila Munas AMPI nanti tidak menghasilkan pemimpin dari kalangan aktivis kepemudaan, tetapi terjebak kepentingan transaksional. Sayang sekali jika Munas AMPI memilih pemimpin berdasarkan uang, bukan kapasitas visi dan gagasan," tambahnya.
Ikhsan menegaskan, langkahnya mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum AMPI adalah demi menjawab panggilan sejarah.
"Saya akan mencoba bertarung dalam perebutan kepemimpinan AMPI bermodal gagasan dan ide, serta jaringan dukungan politik baik di pusat maupun di daerah," pungkasnya.
[ald]