Belum lama dilantik, Menteri Pendidikan dan KebuÂdayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menggulirkan ide kontroversial untuk dunia pendidikan Indonesia. PengÂganti Anies Baswedan itu mewacanakan sekolah sehari penuh atau full day school untuk siswa SD dan SMP.
Meski mendapat respons "hanÂgat", Muhadjir mengaku senang karena masyarakat mengkritisi gagasannya. Dia menegaskan, ide itu akan dikaji dan diuji. Tak akan diterapkan jika ditemukan banyak kelemahan.
"Ini kan masih sosialisasi, melontarkan gagasan. Kita ingin dapat masukan. Saya justru kalau ada orang yang baru diberi tahu langsung terima, malah curiga. Ini berarti tanda masyarakat kritis, masyarakat bagus. Saya juga senang kalau nanti ide itu diuji betul, sehingga nanti betul-betul matang," kata Muhadjir saat ditemui di Jakarta, Selasa malam lalu. Berikut penjelasan bekas Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Gagasan Anda menerapÂkan sistem full day school mendapat respons luar biasa. Tanggapan anda?Ini kan masih sosialisasi, melontarkan gagasan. Kita ingin dapat masukan.
Tapi di masyarakat terlanÂjur heboh…Saya justru kalau ada orang yang baru diberi tahu langsung terima, malah curiga. Ini beÂrarti tanda masyarakat kritis, masyarakat bagus. Saya juga senang kalau nanti ide itu diuji betul, sehingga nanti betul-betul matang.
Cerita sampai ide ini keluar bagaimana?Apa yang saya sampaikan sudah dipraktikkan oleh banyak sekolah, khususnya sekolah swasta. Dan itu memang betul, dan justru saya banyak diilhami oleh banyaknya sekolah swasta yang menyelenggarakan full day school itu.
Apakah harus dengan full day?Sebetulnya tidak otomatis namanya
full day school. Saya ini pembantu presiden dan harus melaksanakan visi presiden. Dan visi presiden tertuang dalam Nawacita. Dalam Nawacita ada program pendidikan. Ide ini semata-mata untuk menyiapkan generasi muda Indonesia yang lebih bagus dan punya daya saingtinggi.
Dan cara menyiapkannya adalah dengan mewacanakan full day school ini?Nanti kalau memang akhirnya ini belum juga bisa dilakÂsanakan, saya akan mencari pendekatan yang lain. Saya tak berniat menimbulkan polemik di masyarakat atas adanya wacana penerapan
full day school ini.
Kenapa gagasan anda dituÂjukan untuk SD dan SMP?Porsinya pendidikan dasar itu, 80 persen pendidikan karaÂkter dan 20 persen pendidikan pengetahuan. Nah waktu itu kita mencari cara bagaimana mengimplementasikannya. Kan dalam Nawacita ukuran penÂdidikan dasar itu ada 18 butir. Mulai religius, karakter, kreatif, mandiri, cinta Tanah Air, dan seterusnya.
Karena 18 butir itu tidak mungÂkin disisipkan dalam mata pelajaÂran, maka dari itu wacana penamÂbahan jam sekolah muncul. Atas dasar itu saya perlu melihat, perlu adanya penambahan waktu baik di SD dan SMP dan itulah karena saya harus mengimplementasiÂkan visi beliau.
Saat ini respon di masyarakat beragam. Ada yang menduÂkung dan banyak juga keÂberatan…Nanti yang belum paham akan saya beri pemahaman. Setelah itu nanti kita akan olah respons masyarakat. Sebetulnya semua sudah siap. Dirjen-dirjen pun sudah siap. Ini masih panjang prosesnya. Nanti akan kita kemÂbalikan ke presiden.
Anda yakin gagasan ini suÂdah cukup bagus…Saya ingin sekali sekolah itu menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Jangan swalayan, mall, dan lainnya. Itu dasar dari penambahan jam tersebut. Tapi ini kan masih sebatas ide. Soal sekolah yang masih belum laik buat lama-lama belajar pun kami paham. Jadi inikan bisa diterapÂkan secara bertahap.
Saat ini muncul petisi yang menolak gagasan Anda?Jadi kalau saya sekarang ngÂgak punya beban, mau 10 ribu (jumlah orang yang menolak di petisi), 100 ribu pun nggak apa-apa. Ini memang baru dilonÂtarkan kok, baru ide. Tapi intinya begini, saya tidak mau berpanÂjang-panjang. Ini baru ide.
Saya terima kasih atas respons masyarakat dan kami akan susun yang lebih menyeluruh yang lebih utuh. Nanti akan saya samÂpaikan lagi ke masyarakat. Nanti biar ada uji. Kalau memang kira-kira dilanjutkan, mana yang akan kita sempurnakan, kita sempurnakan. Kalau tidak (jadi diterapkan-red), tidak apa-apa, nanti kita tarik. ***