Berita

Mendikbu Muhadjir Effendy/Net

Politik

Gagasan Berkemajuan Menteri Muhadjir, Full Day School , Dan Daya Saing Bangsa

RABU, 10 AGUSTUS 2016 | 22:46 WIB | OLEH: MANEGER NASUTION

GAGASAN Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy yang akan menerapkan full day school atau sekolah seharian adalah gagasan berkemajuan, meskipun menuai pro-kontra. Yang pro meyakini bahwa gagasan itu akan bermanfaat membentuk karakter anak-anak Indonesia, membantu orang tua yang sibuk bekerja, dan bahkan diharapkan bisa mempersiapkan daya saing Indonesia. Bagi yang kontra, konsep tersebut dianggap akan membebani para siswa yang harus seharian di sekolah.

Merespons pro-kontra itu, Menteri Muhadjir sudah menguraikan basis argumentasinya, meskipun belum komprehensif, bahwa konsep full day school tidak seperti yang dikhawatirkan publik. Menurut Menteri Muhadjir, program yang akan menyasar sekolah dasar dan menengah pertama tersebut justru akan membuat para siswa senang meskipun seharian ada di sekolah.

Berikut tiga alasan Menteri Muhadjir:


Pertama, pendidikan karakter. Tidak ada mata pelajaran. Full day school adalah pemberian jam tambahan. Tapi dalam jam tambahan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa membuat para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan adalah ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, seperti jujur, toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, dia mengatakan para siswa bisa dijauhkan dari pergaulan yang negatif.

Kedua, orang tua bisa jemput anak ke sekolah. Pertimbangan lain dari program full day school adalah masalah hubungan antara orang tua dan anak. Untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan, pada umumnya orang tua bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan program tersebut, orang tua bisa menjemput anak mereka di sekolah saat pulang kerja.

Misalnya, saat ini, siswa pulang dari sekolah pukul 1 siang, sementara orang tua baru pulang pukul 5 sore. Antara jam 1 sampai jam 5 tidak tahu siapa yang bertanggung jawab pada anak, karena sekolah juga sudah melepas sementara keluarga juga belum ada.

Dan, ketiga, membantu sertifikasi guru. Program full day school diyakini dapat membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar 24 jam/minggu sebagai syarat mendapatkan sertifikasi guru. Nanti guru akan mendapat dari program tambahan jam belajar di sekolah dari program ini.

Bahkan publik berharap program full day school itu meningkatkan karakter dan daya saing bangsa. Potensi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang diakui banyak pengamat ekonomi di dunia. Bahkan survey Mc Kinsey mengakui potensi Asia dan Indonesia di dalamnya sebagai salah satu negara yang perekonomiannya bakal terus tumbuh di tengah krisis yang menimpa Eropa dan AS.

Ada beberapa syarat agar Indonesia memiliki daya saing.  

Pertama, adalah basic inquirement kebutuhan dasar. Yaitu pendidikan, infrastruktur.

Kedua, adalah efisiensi yang mengikuti tuntutan zaman. Peningkatkan efisiensi Itu termasuk teknologi, kecanggihan manajemen.

Ketiga, adalah inovasi. Inovasi akan menaikan kompetitif indeks secara global. Mekanismenya dilakukan melalui Kurikulum kita rombak, karena adanya inovasi. Basisnya adalah kreatifitas dan keunikan.

Keempat, adalah karakter bangsa. Jika pendidikan karakter bangsa menjadi salah satu fokus full day school, maka gagasan Menteri Muhadjir soal full day school patut diapresiasi publik.

Saya meyakini kalau full day school bisa memberesi persoalan karakter bangsa ini, maka daya saing bangsa akan menaik.

Tentu, ada baiknya publik memberi kesempatan kepada Menteri Muhadjir untuk menjelaskan visi, misi, dan aksi full day school itu. Menteri Muhadjir pasti mendengar dengan baik aspirasi publik. Dan dengan rendah hati melibatkan publik khususnya pakar dan penyelenggara pendidikan untuk merumuskan jenis kelamin full day school secara komprehensif, integral dan holistik, sebelum dijadikan keputusan nasional yang berlaku luas. Sehingga kekhawatiran sebagian publik tentang dampak dari full day school bisa dikelola menjadi peluang. [***]

Penulis ada Komisoner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya