Berita

Natalius Pigai/Net

Wawancara

WAWANCARA

Natalius Pigai: Kita Ini Multi Etnik, Multi Minoritas, Perlu Sekali Toleransi Dipelihara

SELASA, 09 AGUSTUS 2016 | 08:58 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan mengumumkan secara menyeluruh penyebab kerusuhan yang terjadi di Tanjungbalai, Sumatera Utara pada akhir Juli lalu. Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menya­takan, pihaknya telah menemui semua pihak yang terkait.

Komnas HAM memasti­kan akan menginformasikan fakta peristiwa kerusuhan Tanjungbalai kepada masyarakat Indonesia. Terlebih, berbagai informasi tentang latar peristiwa tersebut menyebar simpang siur. Komnas HAM akan menyam­paikan informasi secara benar dan fakta peristiwa.

"Kami ingin menginformasi­kan fakta peristiwa kepada rakyat Indonesia. Itu sangat penting untuk kasus ini. Karena berbagai informasi simpang siur di masyarakat. Karena ada juga, ada juga kelompok-kelompok yang ekstrim ber­beda pendapat dengan yang nasionalis. Dan juga institusi pemerintah memiliki perspektif sendiri," katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Berikut peti­kan wawancaranya.


Bagaimana perkemban­gan penyelidikan kasus Tanjungbalai?

Jadi kami Komnas HAM melakukan pemantauan dan penyelidikan di Tanjungbalai sejak pekan lalu ya. Kami telah menemui semua pihak yangterkait, mulai dari pertemuan dengan Ibu M (Meliana-red) yang pertama kali menyampai­kan pengumuman mengenai speaker masjid. Kemudian kami juga telah menemui Ibu beri­nisial U (Uwok-red). M dan Uitu bertetangga. U itu memiliki warung sebagai penjual dan anak seorang ustad. Selanjutnya kami juga bertemu dengan Dewan Kesejahteraan Masjid. Kami juga lakukan pertemuan dengan Kepolisian Resor Tanjungbalai. Selain itu kami juga bertemu dengan komunitaskeluarga besar marga Tionghoa.

Temuan awalnya?
Jadi kami ingin menginformasi­kan fakta peristiwa kepada rakyatIndonesia. Itu sangat penting untuk kasus ini. Karena berbagai informasi simpang siur di masyarakat. Karena ada juga ada juga kelompok-kelompok yang ekstrim berbeda pendapat den­gan yang nasionalis. Dan juga institusi pemerintah memiliki perspektif sendiri.

Maksudnya?
Setelah komunikasi dengan Ibu M, jadi antara M denganU, posisi komunikasi keduanyaditanggapi beragam. Contoh, ada yang mengatakan intonasi Ibu M itu berlebihan dalam mengingatkan. Tetapi perspektif dari Kepolisian itu intonasi yang biasa. Nah itu kan pandangan yang berbeda di antara pihak

Ada yang juga mengatakan Ibu M marah-marah kepada U. Ada juga perspektif yang bilang M melecehkan speaker masjid. Kemudian ada yangbilang M mengatakan kepada U, dia bertanya mengapa speaker masjid lebih keras sekarang. Kalau ada yang bilangitu ko­munikasi biasa, nah sekarang siapa yang memelintir dan mengembangkan isu SARA? Saya kiri itu yang penting kami sampaikan.

Kemudian dari sisi penegak hukum. Kepada kami mengatakan berhasil mencegah tinda­kan-tindakan yang mengelim­inir akibat yang lebih tidak diinginkan.

Nyatanya?
Banyak yang mengatakan Kepolisian tidak siaga. Datang setelah 2-3 jam peristiwa terjadi. Lalu ada juga intelijen. Kan komunikasi verbal antara M dan U kan terjadi tanggal 23 Juli. Sedangkan kerusuhan pecahtanggal 29.

Selama ini Sumatera Utara dikenal toleransinya, namun bisa pecah kerusuhan, dari pandangan Komnas HAM, potensi kerusuhan di daerahseperti apa?
Jadi memang di Tanjungbalai itu bisa dibilang karena ketidaksigapan aparat. Semua wilayah di Indonesia menyimpan potensi kerusuhan yang berba­siskan SARA.

Seperti di Tanjungbalai, tahun 1979 pernah terjadi kerusu­han etnik antara Melayu den­gan Aceh. Lalu tahun 1989 itu terjadi konflik antara Melayu dengan Tionghoa, kemudian tahun 1998 juga terjadi imbaskerusuhan 1998.

Nah sekarang peran pe­merintah harus memberi­kan perlindungan toleransi.Karena itulah peran pemerintah yang harus dijalankan terus menerus.

Artinya memang aparat yang dituntut harus bersiaga?
Ya. Karena bangsa kita itu multi etnik. Dan itu kekayaan kita,keberagaman. Tapi bangsa kita juga multi minoritas.

Bisa dijelaskan?
Seperti orang Papua di Jawa itu minoritas. Orang Tionghoa di Bali minoritas. Di Jawa, Katholik minoritas, di NTT, muslim minoritas.

Makanya harus terpelihara toleransi antara pihak-pihak. Tapi yang bertugas memeli­hara toleransi itu semua adalah negara. ***

Populer

UPDATE

Selengkapnya