Pertumbuhan ekonomi di kuartal dua tahun ini seperti dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin, di luar prediksi. Pasalnya, ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,18 persen. Menko Perekonomian Darmin Nasution girang. Namun, sejumlah kalangan seperti pengusaha malah kaget. Di linimasa, sikap netizen juga terbelah, ada yang pro dan kontra. Beneran nih?
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 sebesar 5,18 persen year on year. Pertumbuhan ekonomi kumulatif semester-I 2016 sebesar 5,04 persen. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal kedua 2015 yang hanya 4,66 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor domestik yang mempengaruhi yaitu harga komoditas nonmigas di pasar internasional yang mengalami peningkatan. Selain itu, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) naik dari 30,20 dolar AS per barel pada kuartal I 2016 menjadi 42,13 dolar AS pada kuartal II 2016. "Faktor domestik lainnya yakni realisasi belanja pemerintah (APBN) pada kuartal-II 2016 yang mencapai Rp 474,28 triliun. Angka ini naik dari realisasi belanja pemerintah pada kuartal-II 2015 yang hanya Rp 384,74 triliun. Perlambatan minimum yang landai di 2015 dan sekarang sudah mulai naik," jelas Suryamin di kantornya.
Dari sisi investasi, realisasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) kuartal II 2016 sebesar Rp 151,6 triliun. Selain itu, pada kuartal II 2016 juga terjadi pergeseran panen raya tanaman pangan dan peningkatan produksi mobil sebesar 10,96 persen menjadi 316.351 unit. Ditambah jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia juga mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016. Jumlah wisman yang masuk ke Indonesia mencapai 2,67 juta kunjungan.
"Karena industri akomodasi, transportasi, rumah makan itu meningkat. Dari sisi transportasi, ini karena arus mudik juga memberikan peran. Upah buruh, THR, gaji ke-13 dan 14 PNS, bansos dan lainnya," paparnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution girang. Kata dia, capaian itu memang sesuai dengan prediksinya. "Kan saya sudah bilang, malah lebih tinggi dari yang saya bilang. Saya bilang 5,1 persen jadi 5,18 persen. Banyak data menunjukkan ekonominya sudah menggeliat naik, apakah itu data ekspor impor," sebutnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani kaget dengan pencapaian itu. Dia membantah. Indikator perekonomian yang dirilis BPS bertolak belakang dengan kondisi sektor riil yang masih lesu. Menurutnya, kondisi di lapangan justru lebih buruk dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sikap netizen pun terbelah. Ada yang memuji, ada pula yang tak percaya begitu saja. Pembaca di link berita terkait, Arief Rizal menyebut, yang merasa ekonomi meningkat hanya kelas menengah ke atas saja. "Yang tumbuh cuma ekonominya PNS aja. Pedagang kecil, buruh swasta kecil dan menengah masih tetep kembang kempis," sebutnya, diamini Dedy Rismawan. "Ekonomi hancur lebur. Rakyat kecil menangis semua."
Di Twitter, akun @bengkeldodo bertanya. "APBN defisit lagi. Katanya pertumbuhan ekonomi kita naik Pak Presiden?," cuitnya. Akun @equityworldcom malah memuji. "Indonesia Hebat! Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua Melesat 5,18 Persen," kicaunya, dijawab @riza_londo. "Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Semakin Meningkat." Yang lainnya tak percaya begitu saja. "Pemerintah ngomong angka dan angka. Faktanya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan," cuit @ChristSarkol, diamini @LPKKI1. "Apakah di daerah pertumbuhan ekonomi di angka 5,15 persen, akan tetapi mulai ada tanda-tanda pencurian di rumah meningkat," sindirnya. ***