Berita

Jenderal Tito Karnavian/Net

Wawancara

WAWANCARA

Jenderal Tito Karnavian: Saat Ini Aparat Polri Dan TNI Tengah Ditempatkan Di Titik-titik Rawan Konflik

SELASA, 02 AGUSTUS 2016 | 08:37 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kondisi di Tanjungbalai, Sumatera Utara berangsur kon­dusif usai kerusuhan bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) yang terjadi pe­kan lalu. Saat ini, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, sudah mengantongi nama-nama yang diduga jadi provokator. Selain itu, Tito juga memburu para provokator yang menyebarkan kebencian melalui media sosial. Karena, pihaknya menduga kerusuhan yang terjadi tidak terlepas dari isu SARA yang disebarkan lewat dunia maya.

"Tadi dengan Menkominfo sudah bicara. Karena kalau me­nyebarkan info SARA melalui media elektronik ada ancaman pidananya tuh enam tahun," kata Tito di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Berikut ini penjelasan bekas Kapolda Metro Jaya itu.

Bagaimana perkemban­gan pasca kerusuhan di Tanjungbalai?
Sejauh ini Kepolisian sudah menetapkan 12 orang tersangka. Empat tersangka diduga terlibat dalam perusakan dan delapan tersangka dalam kasus penjara­han. Tadi dengan Menkominfo sudah bicara. Karena kalau me­nyebarkan info SARA melalui media elektronik ada ancaman pidananya tuh enam tahun.

Sejauh ini Kepolisian sudah menetapkan 12 orang tersangka. Empat tersangka diduga terlibat dalam perusakan dan delapan tersangka dalam kasus penjara­han. Tadi dengan Menkominfo sudah bicara. Karena kalau me­nyebarkan info SARA melalui media elektronik ada ancaman pidananya tuh enam tahun.

Dari 12 tersangka, itu pro­vokator dari medsos?
Sekarang belum. Kami lagi mencari itu (provokator di media sosial). Tapi kami sudah tahu ada beberapa nama, sedang dikem­bangkan.

Situasi di sana sekarang bagaimana?
Saya baru saja kembali dari Sumatera Utara, tatanan situasi sudah aman dan kondusif, baik di Tanjungbalai maupun Tanah Karo. Kami juga sudah mem­pertemukan pihak yang ber­masalah untuk mencari solusi.

Ada penambahan pasukan TNI/Polri?
Saat ini aparat Polri dan TNI tengah ditempatkan di titik-titik rawan konflik agar meredam situ­asi memanas. Penebalan pasukan sudah dilakukan dari Polri mau­pun TNI. Kami lokalisir masalah­nya. Pertemuan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat sudah, dan mereka membuat kesepaka­tan untuk menjaga ketertiban di Tanjungbalai.

Terkait kerusuhan di Tanah Karo, apa penyebabnya?
Di Kabupaten Karo itu ada in­siden yang berawal dari relokasi pengungsi Sinabung di Desa Lingga. Kemudian masyarakat Desa Lingga belum berkenan dengan pengungsi yang dire­lokasi di sana.

Kenapa warga tidak mau menerima?
Karena masalah tanah. Warga Desa Lingga mengharapkan agar relokasi pengungsi dilaksanakan di tempat lain, karena desa yang akan dipindahkan sebanyak em­pat desa. Jika tetap direlokasi di tempat itu, warga setempat takut akan terdesak oleh pengungsi Sinabung.

Memang belum dibicarakan sebelumnya?
Kami menduga, salah satu penyebab terjadinya kerusu­han adalah belum selesainya pembicaraan di tataran dia­log antarwarga. Alhasil saat pengembang akan membangun tempat pengungsian di sana, warga memasang pagar yang menghalangi jalan. Sehingga ketika akan dibuka, pagar itu ke­mudian dibersihkan, ditolak oleh warga, kemudian ada peristiwa alat berat yang dibakar berikut ada tenda polisi yang memang ditempatkan di sana untuk an­tisipasi, mengamankan situasi masyarakat yang ada resisten kemudian dibakar.

Lantas bagaimana penga­manan di sana?
Penguatan pengamanan telah dilakukan di Tanah Karo agar kerusuhan tidak kembali ter­jadi. Dialog dengan melibatkan Polda Sumatera Utara, Dandim, Kapolres, Bupati dan DPR telah dilakukan.

Pembicaraan dengan pe­merintah pusat bagaimana?
Intinya warga menghendaki relokasi itu dibicarakan kem­bali. Mereka memberikan saran agar relokasi pengungsi Gunung Sinabung, yang empat desa tadi, ditempatkan di lokasi lain. Itu akan dibicarakan lebih lanjut dengan pemerintah daerah dan pusat sehingga kita harapkan titik temu, solusi, dan jalan kelu­arnya bagi relokasi empat desa pengungsi Gunung Sinabung ini.  ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya