Berita

ilustrasi/net

Bisnis

PGN Dikhawatirkan Jadi "Sapi Perah" Pertamina

RABU, 27 JULI 2016 | 18:58 WIB | LAPORAN:

Rencana pemerintah memberikan jalan PT Pertamina untuk akuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dikhawatirkan pelaku pasar. PGN dikhawatirkan menjadi 'sapi perah' Pertamina dalam ekspansi bisnis usahanya.

Begitu dikatakan analis Woori Korindo Securities, Reza Priyambada saat berbincang di Jakarta, Selasa (26/7).

"Untuk diketahui, sentimen market atau pelaku pasar kurang suka jika PGN berada dibawahnya Pertamina. Pasar maunya dibawah pemerintah," jelasnya.


Reza menjelaskan, jika di bawah Pertamina akan banyak sentimen negatif yang akan mempengaruhi kinerja keuangan PGN secara keseluruhan. PGN masih mencatatkan kinerja positif di tengah pelambatan ekonomi.

"Nah yang sebenarnya ditakuti pelaku pasar di tengah laba yang masih berhasil dicatatkan PGN yakni nantinya hanya dijadikan sapi perah saja oleh Pertamina," jelas Reza.

"Utang Pertamina yang besar nantinya bisa saja digunakan untuk menutup utang. Ujung-ujungnya dividen payout ratio juga kecil alhasil pemegang saham di bursa yang memegang PGN pun dividennya berkurang."

Ada baiknya, jelas Reza, pemerintah selaku pemegang saham mayoritas haruslah mengadakan RUPS untuk meminta persetujuan pemegang saham minoritas PGN. Hal ini, sambungnya untuk menjelaskan secara transparan mengenai rencana akuisisi tersebut.

Sebelumnya, Ekonom Dradjad Wibowo mengatakan rencana akuisisi haruslah ditunda. Pasalnya transparansi harus dinomorsatukan agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

"Rencana pemerintah menggabung Pertamina dan PGN sebaiknya dikaji ulang dengan cermat," imbuhnya.

Dradjad menjelaskan alasan pemerintah untuk mengkaji ulang akuisisi PGN oleh Pertamina. Pertama, alasan klasik dari merger dan akuisisi, yaitu adanya kesulitan likuiditas atau solvabilitas, tidak berlaku dalam kasus Pertamina dan PGN.

Sebagai target (sasaran), PGN justru bagus likuiditas dan solvabilitasnya.
"Kedua, belum terdapat kajian yang meyakinkan bahwa penggabungan Pertamina dengan PGN akan memberikan sinergi operasional yang menghasilkan efisiensi," ungkapnya.

Adapun alasan ketiga, merger besar yang terjadi akhir-akhir ini lebih dipicu keinginan meningkatkan efisien dan memangkas biaya dalam salah satu sub sektor, minyak saja atau gas saja.

"Bukan menggabungkan minyak dan gas. Contohnya merger antara Shell dan BG Group. Motivasi utama adalah pemangkasan biaya dalam pengembangan ladang gas di Australia," katanya.

Dengan perkembangan di atas, dan ketiga alasan di atas, Dradjad menyarankan perlunya kajian yang lebih komprehensif terhadap rencana pembentulkan holding BUMN migas ini. [sam]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya