Berita

Idrus Marham:net

Wawancara

WAWANCARA

Idrus Marham: Kalaupun Dilakukan, Reshuffle Kabinet Itu Harus Menjamin Adanya Peningkatan Kinerja

SELASA, 26 JULI 2016 | 09:03 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Politisi yang satu ini diga­dang-gadang bakal masuk kabi­net lewat reshuffle jilid II dalam waktu dekat ini. Saat dihubungi Rakyat Merdeka baru-baru ini, Idrus menjawab diplomatis saat ditanya soal peluangnya masuk kabinet. Dia membantah kabar dirinya diminta Presiden Jokowi untuk jadi menteri. Namun di sisi lain, ia mengatakan, tak menutup kemungkinan di­rinya bakal jadi menteri. Hanya saja, ketika berbincang dengan Rakyat Merdeka kemarin, ia mengaku mendapat pesan dari Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto untuk fokus mengurus partai. Berikut ini penuturan Sekjen Partai Golkar ini terkait kemungkinannya jadi pembantu presiden;

Kabarnya Anda diminta jadi menteri?
Jadi, di mana pun ada, masuk menteri, masuk di partai itu kan juga adalah untuk kepentingan bangsa, rakyat. Nah Golkar ini sudah satu setengah tahun ini kan konflik. Kan perlu penan­ganan yang serius, pengurus yang lebih fokus.

Maksudnya, Anda diminta fokus untuk ngurus partai dulu?

Maksudnya, Anda diminta fokus untuk ngurus partai dulu?
Jadi ketua umum bilang, ba­hasanya begini, Bang Idrus, kita sudah 20 tahun bareng dalam perjuangan. Biarlah kita sama-sama kita menuntaskan periode ini sampai 2019. Jadi ya udah, kita nggak masalah. Karena ini butuh keseriusan mengurus partai, dan selesaikan tugas ini. Gitu.

Lalu Anda dipanggil ke Istana itu buat apa dong?
Apa itu, nggak... Yang pasti kan kalau bicara itu bicara un­tuk masa depan bangsa, bicara tentang nasib rakyat, tentang masa depan, tentang kemajuan ke depan ini, bicara tentang daya saing Indonesia menghadapi persaingan global. Kita ini partai kan perlu keseriusan untuk diurus dengan baik. Supaya target-target politik seperti dicanangkan oleh Ketua Umum bisa tercapai.

Selain bicara soal bangsa, soal reshuffle dikomunikasi­kan juga dengan Presiden?
Ah nggak. Saya ketemu ada banyak orang. Ada dengan Pak Novanto, ada dengan Ical saja ber­dua, dan lain-lain bareng-bareng. Saya ketua pelaksana Rapimnas, salah satu agenda Rapimnas itu adalah kita membuat satu pemba­hasan khusus terhadap perhadap pencalonan Jokowi sebagai capres pada 2019 yang akan datang. Ini selaku Ketua penyelenggara yang ngomong ya. Bukan sebagai Sekjen...

Buat apa Golkar tiba-tiba kasih dukungan pada Jokowi sebagai Capres tahun 2019?
Ya saya kira gini lho ya. Dalam rangka untuk kesinambungan pembangunan ke depan. Melihat kinerja Jokowi selama ini, ke­mampuan eksekusi program pro-rakyat, kesamaan visi Jokowi dengan partai Golkar, maka ka­lau ada putra terbaik bangsa kita dukung, dari mana pun dia.

Masak iya mau dukung pemerintah, tapi nggak diberi peran dalam kabinet?
Ya kan saya kira, masak harus Sekjen, kan tidak. Jadi di partai ini kan banyak kader. Jadi perlu pembagian tugas, peran. Jadi ada di partai, ada di menteri, ada di anggota DPR-RI, ada di tempat-tempat lain lagi. Itu lah fungsinya partai.

Maksudnya, Anda lebih memilih tetap jadi Sekjen Golkar ketimbang jadi men­teri?
Bukan. Tidak bisa. Bukan saya yang milih. Tapi ini penu­gasan. Ini partai kita gitu loh. Bukan gitu caranya.

Jadi gimana dong?
Ya untuk sementara ini rasa-rasanya, saya masih diperankan sebagai Sekjen.

Sebenarnya Golkar mau apa tidak sih adanya reshuffle?
Bukan. Jadi kita terserah pada Presiden. Karena undang-undang memberikan hak prerogatif ke­pada Presiden. Terserah Presiden mau memanfaatkan atau ndak. Kalau dilakukan pun reshuffle, kepentingan kita adalah bahwa reshuffle itu harus menjamin adanya peningkatan kinerja, efek­tifitas kinerja, dan produktivitas kinerja. Dan siapa-siapa (yang dipilih) itu terserah Presiden. Bila diminta, kader Golkar cukup banyak untuk itu.

Berapa orang dari Golkar yang diminta jadi menteri?
Saya belum tahu, tapi sampai sekarang ini saya masih ngurus partai... Karena Golkar ini butuh keseriusan untuk Golkar jaya, untuk Golkar menang.

Jadi saya sekarang ini masih fokus partai. Pada gilirannya mungkin peran saya berubah. Dari mengurus partai, men­jadi menteri. Mungkin juga dari mengurus partai jadi anggota DPR. Mungkin juga dari mengu­rus partai, ada fungsi-fungsi lain yang ada di republik ini. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya