Berita

Menperin: Cukai Untuk Minuman Kemasan Tidak Tepat

SELASA, 28 JUNI 2016 | 21:40 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Menteri Perindustrian, Saleh Husin, menilai penerapan cukai kemasan plastik minuman tidak tepat. Karena kemasan plastik minuman bukan bahan yang dapat mencemari lingkungan.

"Karena kemasan plastik berbagai ukuran dan bentuk untuk minuman tersebut dapat didaur ulang dan saat ini sudah ada industri recycle-nya," jelas Menperin lewat pesan singkat malam ini (28/6).

"Hampir 70% produk minuman dikemas dalam plastik yang bisa didaur ulang," sambungnya.

Menurutnya, bila cukai dikenakan terhadap kemasan plastik minuman akan membuat perlambatan industri minuman.

"Konsumsi akan dikurangi dan berdampak pada perlambatan industri minuman dan industri plastik/kemasan plastik itu sendiri," ungkapnya.

Kedua, daya saing industri minuman nasional akan rendah apabila kebijakan cukai ini dikaitkan dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Industri minuman nasional tidak akan berdaya saing di pasar ASEAN. Pasar ekspor industri minuman kita ke ASEAN akan diisi oleh pesaing-pesaing kita. Sementara konsumsi dalam negeri cenderung turun," ungkap mantan anggota DPR RI ini.

Selain itu, pengenaan cukai kemasan plastik minuman menjadikan disharmonisasi kebijakan yang saat ini sedang/sudah disosialisasikan oleh Pemerintah.

"Antara lain kemudahan-kemudahan investasi, tax incentive (tax holiday dan tax allowance dalam upaya memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional) untuk industri hulu+ intermediate plastik dan industri minuman, fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah untuk kemasan plastik dalam upaya meningkatkan daya saing industri nasional," tandasnya.

Sebelumnya Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan soal cukai untuk kemasan plastik. "Nanti akan mencakup semua yang memakai kemasan," ungkapnya.

Dia menjelaskan kebijakan cukai itu supaya pemakaian atau konsumsi plastik tidak lumayan besar sehingga menimbulkan sampah yang sangat sulit di-recycle.

Karena sesuai fungsi cukai adalah mengurangi penggunaan barang yang memberikan dampak negatif untuk lingkungan kesehatan dan lainnya. [zul]

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Salaman Andika Perkasa Dicuekin Kapolda Jateng dan Pj Gubernur

Rabu, 25 September 2024 | 11:18

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

UPDATE

Sultan Bachtiar Najamuddin Rising Star Bengkulu

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:53

Korea Selatan Sepakat Tanggung Biaya Keamanan Tentara AS Sebesar Rp17 Triliun

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:50

Lawan Hoaks Menuju Pilkada Jakarta Berintegritas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:41

Jadi Irup Terakhir Sebagai Presiden, Jokowi Berterima Kasih ke TNI

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:14

APPI Optimis Multifinance Dapat Bantu Pemerintah Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:47

Kabinet Prabowo-Gibran Idealnya Lebih dari 50 Persen Diisi Profesional

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:24

Jokowi: HUT TNI Tahun Ini Paling Merakyat

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:44

Dinasti di Parlemen, Ini Daftar Anggota Dewan yang Punya Relasi Keluarga

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:20

Peluru Israel Tidak akan Pernah Habis

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:54

Brent Melonjak dalam Sepekan Imbas Timteng Memanas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:53

Selengkapnya